[Lentera ….ємЈΞ]


Baca dengan hatimu, lalu berikan isinya padaku (Ku tunggu! Koment-y!!!) ~,~


Sebuah Jalan! Untukku?

Post`Q Sekarang



Sebuah Jalan! Untukku?
EmJe
      Pagi! Adalah permulaan yang sangat pas untuk mengawali hari.Sejuk,segar, dan penuh dengan semangat.Andai hari dimulai oleh siang! Panas, terik, lesu, dan… Akh, terlebih jika malam yang akan mengawalinya. Dunia akan terbalik nanti, dimana siang akan dijadikan untuk bersantai. Beristirahat dan terlelap, maka malam akan digunakan untuk bekerja keras.
      Padahal sudah cukup aliran listrik yang kita gunakan disiang hari. Jika alam berganti apa jadinya hidup ini. Mungkin inilah satu dari sekian keadilan Allah. Yaitu, pagi!
      Aku memang pengagum suasana pagi. Embun berserakan, teduh beratapkan. Meskipun kadang hujan, aku tak pernah berhenti untuk tetap menyukainya. Buatku pagi adalah awal, siang merupakan proses,dan malam itu akhir dari sebuah perjalanan panjang.
      Aku tidak terlalu menyukai proses, dan akhir. Terkadang proses menyita waktu, tenaga, fikiran dan sebagainya. Sedangkan akhir tidak selalu baik. Itu sebabnya aku lebih memilih angka satu dari angka selanjutnya.
      Untuk seorang pecinta pagi, aku cukup rajin dipagi hari. Bangun pkl 04:oo subuh. Beres-beres bentar, bersih-bersih dikamar mandi(Baca:Mandi), menyiapkan ini-itu dan solat.
Solat dipagi hari itu tidak bising. Belum lagi aku merasa benar-benar sendiri dipagi hari, memfokuskan semua hanya padaku.
“Alhamdulilahirrabil`alamin…” Gumamku. Selesei salam terakhir, kukatupkan kedua tangan pada wajahku, menyeka seuntai asa yang berlalu lewat linangan. Sedih rasanya jika harus mengingatnya.
“Jangan! Jangan pergi!” Pekik Ibu dengan tergopoh-gopoh. Diusianya yang sangat tua, ia mampu melakukan banyak hal untuk menghidupiku. Itu sebab mengapa aku seorang diri diperantauan.
“Akh… Ibu. Sungguh aku sangat merindukanmu…” Nafasku terengah-engah, isakku tak dapat lagi kusimpan. “Ya Allah. Berikanlah aku sejuta keyakinan agar aku bisa tegar!!!”Amin! dalam hatiku.
Kuseka seluruh rasa sakitku. Kubenahi segera sajadah dan mukenaku, hanya satu yang sampai saat ini bisa kupatuhi. MEMBAWA PERLENGKAPAN SOLAT KEMANAPUN PERGI.
“Hhhehhh…” Kuhempaskan seluruh nafasku. Sedikit hilang rasa sesakku. Lalu kutenteng bekal yang sudah kusiapkan terlebih dahulu.
“Bissmillah…”
Dipagi hari aku bisa berjalan kearah universitas 1. Bukan untuk mengajar, ataupun kuliah. Tapi untuk segera menggantikan penjaga warnet yang sudah bekerja dari jam 6 sore.Milik keluarga Irsya, Sahabatku disini.
Sungguh beruntung aku bisa bertemu dengannya. Setelah kuputuskan untuk berdiri sendiri, aku seperti tak tau arah, tak tau apa yang bisa aku lakukan diluar rumah.
“Maaf Kak, boleh nitip ini sebentar?” Ucapnya kala itu. Disebuah terminal bus jurusan Jakarta.Aku mengernyitkan dahi, “Ada juga seseorang yang mau mempercayakan barang bawaannya pada orang asing” Pikirku.
“Em… Iya!” Aku hanya menatapnya sekilas,karena ia memburu barang bawaannya yang lain yang belum ia turunkan dari angkutan umum.
“Makasih!” Tegurnya lagi. “Aku Irsya. Maaf yah, jadi merepotkan Kakak. Ini loh kak, Cuma barang bekas aja kok!” Terangnya. Aku hanya tersenyum samar, dan mengangguk pelan.
“Kakak mau kemana?”
“Huh! Siapa sih yang mau diajakin bicara!” Aku tak bersua, kemudian membuang muka padanya.Kekesalanku belum hilang terhadap ibu, ditambah orang asing yang terlalu mengakrabkan diri. “Menyebalkan!”
Pikiranku dikunang-kunangi oleh tutur kata Ibu sedari dirumah, wajar otakku penat akibat mengingatnya. “Akh… Ibu! Apa salahku? Apa karena aku ingin mandiri?” Kata-kata itu selalu ada dalam hatiku. Entah apa piker ibu, hingga aku harus tunduk menyamai pintanya.
      Hidupku teratur semenjak Mba Dea terbunuh dengan tragis. Polisi menemukan jasadnya didalam sebuah mobil yang menancap pada sebuah pohon yang tumbang.Mba ditemukan dengan tanpa busana! Mungkin telah dijamah, pikir salah satu petugas TKP. Satu hal yang aku syukuri adalah sang pelakupun ikut tewas bersama terenggutnya semua apa yang Mba Dea punya.
Kehormatan! Nyawanya!
Sejak hari itu, ibu kerap menjagaku tidak kurang dari 24 jam. Padahal, aku selama ini tidak berniat macam-macam. Rupanya Ibu benar-benar ingin memastikan aku selamat sampai dilepaskannya diriku kesebuah pelaminan.
“Ibu… Bagaimana aku tau tentang hidup. Jika Ibu selalu membatasi masalahku?” sentakku. Rasanya gerah aku diikutinya melulu. Baikpun niatnya sama saja bagiku, akutidak suka TITIK.
“Jangan! Jangan pergi!” Ucapnya sambil bersimpuh. Tak tega aku dibuatnya, tapi Ibu harus mengerti aku cukup tau untuk bersikap pada diriku sendiri. “Ibu… aku merindukanmu…” Hanya kalimat itu yang ada dalam segala sesalku.
Y@Y
      Keputusan yang kuambil tanpa persetujuan Ibu. Ibu sakit karena Ibu. Sebenarnya akupun sakit! Tapi biarlah Ibu tetap tidak tau. Tapi sekarang, andai Ibu ada disisiku akan kukatakan pada Ibu betapa sakit rasa sakitku. Ibu…
      Setelah menetapkan kakiku pada tempat yang yang tak pernah kau tuju. Tak sengaja lelaki berparas lugu merayuku, meyakinkanku. Betapa aku sangat membutuhkannya kala itu.
      Jika aku tau, ia hanya ingin merenggut keperawananku. Tak kusetujui uluran tangannya, tak kuambil pula pilihan ini. Jika begini akhirnya! Pilihan yang baru aku tahu akibatnya.untung pengalaman Mba Dea segera mengingatkanku. Dengan itu aku tak lagi dapat diperdaya oleh pria itu. “Ibu… Aku baru tau maksud Ibu” Tangis hatiku. Melihat bagian tubuhku banyak tergores, luka.bajukupun sudah tak seperti biasa, terlihat agak kusut.
      Aku sempat lepas. Tapi tidak dengan apa yang aku bawa, selain diriku sendiri. Di tengah kerumunan orang yang menunggu. Aku bener-bener sendu!
      “Ibu… Anakmu bu…” Kacau aku kala itu. Lantas Irsya sekejap sedikit hapus laraku.
      “Kaka kenapa?” Ucapnya memperhatikanku. Aku masih acuh. Sudah pupus segala apa yang pernah aku perjuangkan. Hingga akhirnya tak lagi kubanggakan dan berusaha untuk merundukan segala badan.
      “Aku…???”Berkali-kali ingin kutmpahkan keluhku. Tapi wanita itu bukan siapa-siapa, dan aku tak ingin percaya lagi pada semuanya.
      “Kak. Rumah saya deket sini… jika tidak keberatan. Kakak bisa membantuku sekali lagi mengantarkan ini sampai depan rumahku?”Ia menyapaku lagi, padahal dihatiku sudah tak peduli lagi.
      “Em…” Sesekali aku berfikir. Lagi pula aku sedang tidak ingin kemana-mana lagi.
      “Em…???” Sesekali aku berfikir. Lagi pula aku sedang tidak ingin kemana-mana. Mau apa lagi! Akh, biarlah. Mungkin ia dapat membantuku.
      “Boleh! Tapi, apa ada balasannya untukku?” Ucapku. Aku bukan tidak iklas saat berniat membantunya. Tapi… kejadian yang telah terjadi… mau tidak mau harus membuatku jauh lebih pandai memanfaatkan peluang, apalagi dengan kondisiku sekarang yang tanpa apa-apa, tidak mungkin rasanya jika tidak memanfaatkan apa yang ada.
      “Ada ko! Anggep sebagai rasa terimakasih Irsya, karena Kaka bersedia membantu!” Ucapnya tanpa banyak bertanya. Kemudian aku mengikutinya membawa serta barang bawaannya.
      Kulihat didalamnya potongan-potongan kain. Mungkin sisa potongan-potongan menjahit! Pikirku. Lalu akan ia jadikan apa?”
      “Maaf. Tadi, siapa namamu?” Tanyaku. Mencoba mengakrabkan diri, berharap mendapatkan sesuatu darinya! Mungkin dari apa yang aku bawa.
      “Eh, Iya. Nama aku Irsya Kak! Kaka Siapa?” Sambutnya sangat baik.
      “Aku Desi. Jangan panggil Kakak. Kita kayanya seumuran!” bla-bla-bla. Akhhirnya kamipun berbincang-bincang. Tanpa ada perintah tanpa menunggu tanda. Baru kuketahui, ternyata ia sangat pintar membuat kain-kain perca itu menjadi sebuah karya. Beruntungnya aku, setelah itu kuceritakan keluh kesahku dan diberikanlah bantuannya padaku ditempat itu.
      Selang beberapa waktu. Setelah kutau tentang banyaknya lapangan pekerjaan yang bisa kutuju.kupinta satu untuk bisa memenuhi kebutuhanku. Meskipun harus lebih dulu menunggu untuk lebih dan lebih dari itu. Aku akan tetep bersyukur sedikit besarnya pemberian Allah kepadaku.
Y@Y
      Waktu telah tepat 06:00. Sift berganti, Andre yang kini kugantikan. Ia tersenyum padaku,menunjuk lelah letihnya waktu yang berlalu. “Kugantikan Ndre! Kamu boleh pulang dengan rindu” Ledekku.Andre semakin menunjukan senyum sumringahnya padaku.
      “Ku gantikan des. Kamu boleh pulang dengan rindu”Adalah kalimat yang pernah terlontar saat aku hendak menyusul ibu.Sayang, takdir tak menentu. Hingga aku tak bisa bertemu.
      Ia kini yang mendampingiku, setelah kepergian ibu. Kepergian ibu yang kutau saat hendak mmbawa kabar disaat itu. “Bahwa aku! Anakmu, behasil mempertanggung jawabkan sikapku pada ibu”
      Tapi… andai aku tau ibu akan meninggalkanku, sebelum menyambut tangannya, menghapus tangisnya dan merampungkan tiap kegelisahannya. Sungguh Ibu. Aku akan terus mendengarkanmu,,, tanpa bertanya. Tanpa berkata akh, karena aku tau mengapa dulu ibu sangat menghawatirkan aku sampai seperti itu.
      Itu adalah kenangan yang membuatku berkesimpulan tentang sebuah jalan. Pagi, awal. Siang, proses dan Malam adalah Akhhir.
      Seperti yang kulalui. Awal perjalananku yang penuh dengan keyakinan. Proses yang menghantarkanku pada banyak hal dan akhir dari sebuah perjalanan panjang. tentang perjalanan hidup yang baru selesei aku lalui, tapi juga sebuah awal dari awal hidupku kedepan. Tentang banyak proses dan akhir kehidupan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

░░░░░░░░░░░░░░░░░▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓

Cari Blog Ini

Entri Populer

KOMIK YANG MEMBERIKU INSPIRASI, IDE BAGUS DAN BANYAK SYARAT MAKNA!!!!!!!!!!!!

KOMIK YANG MEMBERIKU INSPIRASI, IDE BAGUS DAN BANYAK SYARAT MAKNA!!!!!!!!!!!!
Special Komik Ku,



EmJe`S World

Miftahul Jannah(EMJE),,,

“Aku adalah seorang perempuan yang ingin mengenal dan dikenal oleh seorang laki-laki,

Aku adalah seorang teman yang ingin menjadikan dan dijadikan sebagai sandaran hati,

Aku adalah Seorang saudara yang ingin mencontoh dan dicontoh oleh mereka saudara-saudaraku yang baik hati,

Aku adalah seorang murid yang ingin belajar dan diajar dengan guru-guruku saat ini,

Aku adalah seorang anak yang ingin berbakti dan diabdi keluargaku sampai nanti,

Dan aku seorang penulis yang ingin memberi dan diberi pada saat nanti,

Aku adalah seorang hamba yang terus berdoa pada Sang Rabbi sampai akhir hayatku nanti”


Aku… Seorang manusia biasa yang tak luput dari kasih dan mengasihi…


_________________

ємЈΞ