[Lentera ….ємЈΞ]


Baca dengan hatimu, lalu berikan isinya padaku (Ku tunggu! Koment-y!!!) ~,~


Renungan


JILBAB

Kau… Adalah penjaga dari segala bentuk kemaksiatan
Penghalang panas teriknya neraka jahannam
Penerang dunia dalam keindahan
Penyejuk sukma yang paling dalam

Andai aku dapat menjagamu dalam iman
Alangkah bangga yang akan aku dapatkan
Bersamamu adalah suatu bentuk kemuliaan
Yang akan senantiasa menemaniku kala cobaan dating

Terhinanya aku kala aku mulai lalai
Akibat perlakuanku yang sangat tidak sopan
Andai Allah mau mengabulkan setiap permintaan
Doaku adalah semoga diistiqomahkan

Amin

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Malam ini

Buat temen-temen yang care dan selalu ada dihatiku.
---------------------------------------------------------------
Salam hangat kupersembahkan! beribu kata ingin ku curahkan, batapa aku merindu kalian. betapa banyaknya harapan agar kalian kabulkan. "Akh! Aku sedang bicara, abaikan jika ini tak penting! meskipun aku masih berharap"(Hhe),,,
~> Teriring sejuta salam yang telah lamma tersimpan dalam. Salam yang serta merta ada dalam keheningan, kesendirian dan kegalauan. Salam yang tak kunjung aku sampaikan dan tak mungkin kututurkan, salam yang hanya mampu aku pendam.
~> Aku Hanya Tidak Ingin Memperlakukan Kalian Berbeda Sekarang (Amin) you are the best friend!!!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pilihan


KETIKA HATI HARUS MEMILIH

Berulang kali kisahku tak berujung jadinya, Hingga kali ini aku putuskan untuk menghentikan petualanganku di umur 19 tahun.

            “I Love U Dee…!” Irham masih pada posisi berlutut.
            “Gak malu lo kaya gitu mulu,,, berdiri napa?” Ucapku kemudian.
            “Gila lo Ham… Gak segitunya kali…!!!” Sergah Ine, sahabat baiknya.
            “Udah akh,,, Gua duluan aja yah.?” Pintaku sembari menjauh dari mereka. Sudah beberapa hari ini aku pusing dibuatnya. Entah apa yang dipikirkan oleh si Irham, yang jelas. Belakangan ini aku mulai tidak perduli dengannya.
            “Bruck…!” segera kubanting badanku ke Kasur. Ada rasa kesal yang menghujaniku diperjalanan kerumah tadi. Pikiranku bertumpu pada sikap Irham tadi di Mall. “Bisa-bisanya ia merengek didepan orang banyak untukku” Pikirku lagi.
            Sejenak ku review kembali masa yang tak ingin aku ingat sebelumnya. “Kita udah putus,” Ucap Irham di tempat yang sama setahun yang lalu. “Tapi yank… aku masih care…” Rengekanku yang masih ku ingat. “Kamu harus ngerti,,,kita gak cocok,,,”….
            “Dek….” Sakit rasanya mengulang ingatan itu kembali. Lagi-lagi hatiku perih,,, “Hikz….hikz…” Jelas terdengar suara tangisanku. Rasanya memang benar-benar sakit, hampir sudah tidak bias kutahan lagi. “Kalo aja Irham ngerti perasaan aku seperti setelah ia mengalaminya. Mungkin tidak akan pernah ada sakit ini” Pikiranku berkutat pada asa yang semakin membuatku sesak.
            “Aku gak bisa bersikap baik-baik saja terhadapmu Irham,,, hatiku sakit” Bisiku pada diriku sendiri…
            “Hufh..” Sudah 2 jam lebih aku bersikeras mengeluarkan rasa sakitku lewat tangisan. Sudah cukup aku mendramatisir hatiku… segera ku seka dua belah pipi kiri dan kananku.
            “Tek… tek… tek…” Suara highilsku menggema diseluruh ruangan. Belom sempat ku lepas sudah ku ajak ketempat tidur tadi. “Mba…???”  suaraku menyapu ruang makan. Aku celingukan di buatnya, tapi Mba nah gak juga aku lihat.
            Kulepas semua pakaian beserta aksesoris yang melekat di tubuhku. Segera kuambil handuk untuk menutupi sisi sensitive dibadanku. “Enak kali yah kalo mandi…” Ku sunggingkan senyum kecut. Entah inpirasi darimana aku bisa setenang ini dengan jiwa yang sangat menyedihkan.
            “Maaf non… Mba baru dari belakang rumah non,, ambil buah-buahan ini” Seloroh Mba nah dari balik pintu kamar mandi. “Oh… gak apa-apa Mba, tolong bereskan baju yang berserakan ya Mba. Aku lagi males” ucapku sedikit teriak.
            Kalo lagi marah emang enak ngeguyur ubun-ubun sampe dingin. Baru seluruh badan biar tambah dingin. Belum hilang panas dihatiku, ku ceburkan kepalaku pada bak mandi… lalu berteriak-teriak sekenanya dalam air. “Gua benci lo, gua gak akan maafin lo, lo thu bener-bener berengsek.. Cowo sialan” Berkali-kali kata kasar itu terucap dari mulutku yang tersumpel air. Sesekali aku terbatuk keci. Tapi aku tetap mengulanginya lagi. Kali ini cukup satu setengah jam untuk membuat tubuhku menciut diair.
            “Lega rasanya setelah berteriak-teriak… seperti itu…” Meskipun sebenarnya hanya sekedar membuat hatiku sedikit tidak terbebani saja akibat rasa sakitny.
            “Lho Mba Na ko ngilang lagi.!” Ucapku, setelah selesei menyapukan pemandanganku keseluruh ruangan.
            “Mba…………………………..???” Teriaku sangat kencang.
            Setelah tidak mendapat jawaban, aku segera berlari kearah kamar. Terdengar dering handphoneku agaknya.
            “Hallo!?” Sapa orang disana. “Ya hallo Ne!” Aku mengetahui sumber suara dari nomer telfonnya yang pernah aku save. “Dee,,, gua pusing! Irham mohon-mohon ke gua buat ngomong sama lu, Bingung gua mau mihak siapa. Lu juga, segitunya banget sih. Irham gak bisa dimaafin lagi apa?”Ucap Ine panjang lebar, “Gak!” Jawabku singkat.
            “Gua pikir Irham punya kesempatan ke-2 ko Dee!!!” Ine masih mengatakan harapannya. “Gak Ne! Males gue bahas dia, dah akh…!” Segera kumatikan handphoneku agar ine gak cuap-cuap tentang Irham lagi. Tak lupa ku non aktifkan nada dan getar, biar Ine menunggu sampe besok jika ingin membahas soal ini lagi.
            “Hemmhhh…!” Meskipun masih sakit, ingin sekali aku memaafkan dan melupakannya perbuatannya(Bingung). Rasa kantuku tak dapat kutahan sekarang. And then I`am Sleep.
@@
            Tingnong… Tingnong… !!! Tingnong… Tingnong…
            “Duh Mba Na ini kerjaannya ap sih. Tak pernah ada untuk mengerjakan tugasnya, meskipun untuk sekedar membuka pintu” Aku menggerutu. Segera aku bergegas menghampiri daun pintu, baru setelah beberapa langkah aku sampai Mba Nah baru menampakan batang hidungnya “Maaf Non, tadi dari belakang. Ambil sayauran ini.!” terangnya kemudian. “Ya udah! Biar saya aja yang buka pintunya Mba. Mba siapin sarapan aja!” Jawabku pada akhirnya(Dibelakang rumah ditanemin apa aja sih banyak bener kayanya).
            “Klek!” Terbelalak aku dibuatnya. Ine membawa Irham dihadapanku dimuka rumahku. “Ine!” Teriakku. “Sory Ne, Gua pingin masalahnya selese. Daripada lu berdua main kucing-kucingan mendingan kalian dikumpulin begini. Ngomong deh biar dia ngerti” Ucap ine membela diri.
            “Boleh kita masuk Dee!!” Tiba-tiba Irham menyela pembicaraan aku dan Ine. “Gak!” Jawabku ketus. “Dee!!! Dengerin gua dulu, biarin gua ngebela diri. Baru setelah itu terserah lu” Ucapan irham ada benarnya, dan aku tak merasa rugi jika aku memperkenankannya.
            “Gua punya waktu 1 jam buat lu.!” Ucapku tanpa meliat kearahnya. “Tapi Dee,, Penjelasan gua butuh waktu lebih dari 1 jam!!!” Irham meminta sedikit kompromi dariku. “Ok. Setengah jam” Selaku. “Ini lebih tidak cukup untuk…!!!” Sebelum Irham menyeleseikan kata-katanya. “1 Menit” Ucapku tandas menghentikan penawarannya. “Baiklah. 1 Jam akurasa sudah lebih dari cukup!” Ucapnya pasrah. “Time up!” Sentakku.
            “Cukup. Lu juga jangan keterlaluan gitu dong Dee!! Sekarang lu yang gua lihat sangat jahat” Ine menengahi kami. “Siapa yang memulai?” Aku tak mau kalah. “Dee!!!” Ine semakin kesal. “Ine…” Aku tak mengurungkan niatku. Kemudian…
            “Aku menyesal pernah memutuskanmu, dia tak pernah berubah sedikitpun. Bahkan ia meninggalkanku lagi Dee!” Irham memulai pembicaraannya. Aku dan Ine terdiam, entah kami harus mendengarkannya atau menghentikannya. Dan Pada akhirnya kita bertiga duduk bertiga secara bersamaan di teras depan.
            “Aku tak menyangka. Kepergiannya kali ini tak membuatku sesakit dulu. Justru aku measa sangat sakit saat kamu date bareng adi dee! Aku merasa sangat tidak rela menyerahkanmu pada siapapun. Aku mencintaimu dee…” Entah kata-kata itu tulus atau tidak.tapi hatiku seperti baja sekarang, ada perasaan sakit yang sangat tebal didalamnya.
            “Aku menyadirinya Dee. Kamu benar-benar mencintaiku dengan tulus, dan aku tak pernah mendapatkannya sebelumnya” Aku melihat wajahnya. Berbeda sekali pada saat ia  menjadikaku sebagai pelariannya selepas kepergian Ima.
            “Irham. Aku tidak ingin kamu mengeluarkan semua perasaan cinta ini, bukan karena kamu tidak berhak. Aku piker kata-kata itu akan jadi sia-sia nantinya. Hatiku sakit Am, kamu tau aku sangat mencintaimu. Seharusnya kamu sedikit berbaik hati kepadaku kala itu. Hingga aku tak menyimpannya sedalam ini. dan satu hal, semenjak kamu memilihnya. Aku telah melepaskanmu dengan susah payah. Dan jika kamu berharap aku akan menerimamu. kamu akan membuatku sangat bersusah payah nantinya. Karena itu akan membuatku belajar mencintai seseorang yang sangat tidak aku sukai” Ku katakana ini dengan sangat yakin. Aku berhak mendatangkan atau membuang apapun yang aku miliki. Dan akupun telah memilih untuk membuangnya agar tidak semakin menyulitkanku dilain hari.
            Ine diam saja mendapati jawabanku. Irhampun begitu,tak ada kata-kata yang terlontar dari mereka. “Baiklah, Aku tidak ingin ada perseteruan diantara kita. Tapi aku tidak akan mudah untuk berinteraksi denganmu Irham” Kalimatku memuat ine prihatin dengan irham. “Lu gak papa?” TanyaIne.
            “Gua masuk yah. Ne,, gua titip Irham. Please,ngertiin gua yah Ne” Berat sebenarnya aku bersikap seperti ini. tapi keputusan harus dibuat. Yah, inilah keputusan yang ingin aku buat.
            Sejak hari itu,tak kutemui Irham maupun ine. Entah bagaimana keadaan mereka. Entah apa yang terjadi pada mereka. Whatever,,, Itu adalah hidup mereka.
@@
            “Gimana kabar lu dee!” Ucap Ine.
            “Baik gua Ne. gak pernah gua ngerasa sebaik ini.” Jawabku.
            Bla-bla-bla
            Kami bertemu tepat didepan ruang rector. Tidak terasa minggu depan kami akan diwisuda. Entah apa yang terjadi pada Irham. Yang jelas setelah berakhirnya masalah itu aku dan Ine mulai konsen ke kuliah dan hobby kita. No men no problem! Memang hubungan akan menghambat kita pada ketenangan. Hubungan memang berawal dari sebuah masalah dan berakhir dengan masalah juga.
            “Hem… Cantik gak?” Ucap Ine membuyarkan lamunanku.
            “Cantik. siapa?” Kuraih foto gadis cuteitu dari tangannya.
            “Cewe Irham Dee!” Jawab Ine lirih.
            “Ia… Cantik Ne!” Ada rasa iri dalam hatiku. Gadis itu lulusan unifersity paling keren dijakarta, pasti anaknya pinter banget. Ine mengatakan bahwa ia gadis yang sangat baik, ramah dan… “Akh.. Aku iri, karena sosok sesempurna gadis cantik itu bisa memiliki seorang Irham. Sesosok laki-laki yang sampai saatinipun sangat sempurna menurutku” Hatikumembatin.
            “Gua tau. Sebenarnya lu sayang kan sama Irham Dee!” Ucap ine lagi memecah keheningan.
            “Emm..”Aku tak dapat lagi berdebat kaliini. Waktu yang kuhabiskan untuk menyeleseikan study sudah membuktikan perasaanku pada Irham itu apa.
            “Kenapa Dee… Kenapa waktu itu???” Ine kembali mencari jawabanku.
            “Aku tak pernah benar-benar mencintai seseorang seperti aku mencintai dia Ne!” akuterdiam, mengenangnya kembali. “Hatiku semakin sakit saat akuharus memaksaakan perasaan kita, pada saat aku menyadari bahwa kita memang tidak ditakdirkan bersama Ne”ine masih memandangku “Mungkin kami memang saling mencintai, tapi hubungan kami tidak pernah terlihat semakin baik dari hari kehari. Aku ingin ia bahagia Ne, aku ingin agar kita berdua sama-sama bahagia” Kali ini aku yang terdiam.
            “Andai waktu dapat mempertemukan kita kembali sekalipun, aku merasa kita tidak akan lagibisa mempertahankanhubungan itu.hubungan yang tak pernah ada kedamaian didalamnya. Mungkin aku akan menyesal, tapitidak untuk membuatnyamenyesal telah melepaskanku” Kueratkan peganganku pada foto si cantik, aku berharap bisaberbesarhati menerima ia.
Kemudian Ine tersenyum penuh arti. “Akh Dee! Kamubenar-benar tulus” Akumembalas senyuman Ine.
           

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

sepucuk isi hati



 SURAT DARIKU

Hari ini aku sempatkan diriku untuk menatap layar monitor yang on line.. mulai ku buat beberapa kalimat untuk mewakili perasaanku pada seseorang. Sayang aku terlalu bingung untuk mendeskripsikan semua yang sudah tertera dalam lubuk hatiku ini, apa lagi kadarnya mungkin sudah terlalu lama itu tersimpan. Sulit jika aku harus berkata dengan jujur dan menuturkan sebuah cinta dengan fulgar(Dalam kebencian).
Dear, ??
Salam maaf terlebih dahulu untuk membuka kata yang mungkin akan membuatmu sakit. Tambah satu salam sayang yang ingin aku terakan pada awal kalimat suratku yang menjadi landasan keberanianku untuk ini. Sekali lagi teriring rindu yang menjadikan Maluku ini adalah tameng dari kesetiaan yang pernah ada dalam diriku(yang pasti untukmu!)
          Bagaimana keadaanmu setelah tidak lagi menjalani hari-hari berikutnya bersamaku, setelah keputusanmu untuk meninggalkanku dulu? peace(Maaf adalah kata yang dari awal sudah aku katakan.!) aku memang masih merasa sakit karena itu.
          Tega! Itu adalah kata yang aku tahu hingga saat ini. Karenamu aku sakit separah ini.. (yah, kamu pernah tau seperti apa!). tapi aku tidak ingin membahas perlakuanmu(karena kamu tidak akan mengelak dan membiarkan diriku terus menyalahkanmu tanpa penjelasan untuk melawan tudinganku. Tentu itu karena kamu berfikir _semua terserah padaku) setidaknya hanya itu yang aku tahu.
          Terlepas untuk kata maaf atas apa yang pernah kau lakukan padaku, terselip rasa rindu yang besar, hingga mengalahkan segala asa yang sudah berundak-undak menjadi sesak. Taukah kamu mengapa bisa seperti itu?
          Yah.. ini adalah perasaan yang pernah kau tanyakan sebelumnya. “CINTA” kalimat yang dulu enggan aku sampaikan. Lebih tepatnya tidak pernah aku ucapkan. dan surat ini datang untuk menyampaikan sebuah Cinta(Karena mu!).
          Kurang lebih satu tahun telah berlalu, tidak hanya aku. Kamupun tentu telah mendapati sosok lain dengan tipe yang berbeda-beda tanpa ku tau. Begitupun sebaliknya, entah apa yang ekngkau fikirkan tentangku, karena satu tahun kedepan sejak hari itu aku tiba-tiba memberimu berlembar-lembar kertas beratas namakan cinta.
          Cinta yang dulu tak pernah aku deskripsikan, cinta yang dari awal tidak sepenuhnya aku ungkapkan, dan cinta yang seharusnya dari awal sudah aku berikan. Cinta ini datang terlambat seperti kebiasaanmu yang tidak pernah  mau tepat waktu.
          Kehilanganmu membuatku mengerti, betapa berharganya dirimu bagiku. Sayang aku mendapati itu setelah kepergianmu. Aku tak pernah mau jika harus kamu tinggalkan, aku tak sanggup tak memiliki hatimu lagi karena keputusan itu. Berharap engkau akan mengerti diriku, tentang perasaan yang kupunya ini.
          Perasaan yang pernah kamu tanam. Perasaan yang telah menemaniku, hingga detik ini! dan perasaan yang telah engkau perjuangkan bukan? Hingga kau mendapatkanku.
          Dengan datangnya surat ini, Lihatlah aku! Tak pernahkah kau berfikir betapa jahatnya dirimu, betapa tak berperasaannya kamu telah meninggalkanku dan tak ada belas kasih sedikitpun dari rasa cinta yang pernah ada untukku.
          Andai aku tak menemukanmu kala aku sedang sepi, andai aku juga tak mendapatkanmu dalam harap, mungkin cinta ini takan pernah ada! Dan takan pernah membawa luka hingga terbilang dalam seperti ini. Dan takan pernah kau dapati banyak kata cinta seperti apa yang sedang aku tuturkan dalam suratku ini.
By. Orang yang sangat membencimu

“By. Orang yang sangat membencimu!” Kalimat itu adalah alasan aku membuat sebuah surat, jika aku tidak sedang membencinya tentu aku akan memperjuangkannya, bukan lagi mengutarakan sebuah cinta lewat kata-kata. Sayangnya perasaan benci dalam hatiku tak pernah bisa membunuh rasa cinta yang ada dalam benakku.
Tanpa ragu ku print out Surat untuknya, lalu kumasukan pada selembar amplop hitam bergambar hati yang sangat merah.
“Surat dariku” Kutulis  demikian, untuk menegaskan isi hatiku. Sebelum kuberikan, dalam hati aku berkata “Mungkin tak akan ada yang akan membuatku jatuh cinta sampai seperti ini, tapi camkan! Perasaan sakitku juga tak akan pernah ada yang akan menyamainya
Entah apa yang akan tersimpan dalam hati dan tindakannya! Entah apa yang ada dalam harapnya! Bukan itu intinya. Aku ingin mengeluarkan apa yang pernah ia sebabkan,aku ingin ia tau apa yang telah ia tuaikan. Dan apa yang masih tersimpan dalam.
“Cinta dan Dendam pertama_ku” Ucapku kemudian sebelum terlelap dalam banyak angan. It`s my love you are Sick.
Baru setelah off line, ku pejamkan mataku. Menanti saat ia membaca tulisanku.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

huft!!!!


Sementara


A

Air…
Sudah lama aku mengalir,,,
Mengikis jalanan yang terjal bagai karang,,,
Perlahan tapi pasti.
Melanjutkan hidup penuh tujuan.
Menanti ujung yang akan memeluku di akhir nanti.


Arah…
Ku pelajari dirimu dalam diam,,,
Membelai keramahan dalam terjangan,,,
Oh hidup! Kembalilah padaku dengan normal.
Jadikan aku pemelik sejati.
Dari keputusan apapun yang akan terjadi.

Angin…
Bawa aku pada suatu kebenaran,,,
Hapus bimbang dalam diriku,
Buatku menerti takdirku,
Walau hanya sekedar tentang isi hati.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tanya hati.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kegalauan-ku selepas ada yang pergi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Seseorang yang sempat menemaniku 'ThankzZ'

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ujung



DI UJUNG  DETIK

                Di benaknya ada dendam. Dengan tegas ia mengatakannya lewat kata-kata.
            “Bukan karena sayang. Tapi karena aku tidak bisa berhenti untuk membencinya“ Kalimat itu membuat Iren Lega. Kali ini ia tidak ingin dianggap baik dengan cara munafik.
            “Aku senang mendengarnya. Tapi apa kemarahanmu tidak terlalu berlebihan“ Mereka beradu pandang, seperti akan banyak masalah setelah ini.
            Iren mengalami trauma dimasa kecilnya. Kedua orang tua yang di pisahkan dengan kata Cerai masih menggantung di sisi kelam kehidupannya. Masalalunya membuatnya enggan untuk mudah percaya. sosok Kaka mengubah hatinya, cinta pada kaka menutup lukanya, sayang ini harus terjadi.
            “Kakak tidak ingin menyakiti adik. Kakak harap adik mau mengerti“  Adalah kalimat Kaka untuk memutuskan Iren, tidak ada yang lain dan tak ada penjelasan sedikitpun.
            Hati Iren lemah. Rasa harunya membuat hati dan perasaannya sakit, hubungannya dengan kaka memanglah seumur jagung, tapi cintanya yang kian lama makin bertambah akan dicurahkan kemana lagi. Ia benar-benar terpukul.
            Esoknya.
            “Ren. Aku sangat mengerti ini tidak mudah”, ”tapi bagaimanapun kamu harus tetap melewatinya“ ucap kedua sahabatnya bergantian.
            “Aku baik-baik aja. Kalian tidak usah khawatir, aku cukup kuat untuk mengalaminya“ Kedua sahabatnya tersenyum tipis. Vina dan Tia, mereka ingin merasakan kekecewan itu, Iren hanya diam berkaca-kaca.

±±±

            Didalam hatinya Iren sangat marah. Iren menghakimi keputusan Kaka yang di anggap tidak adil. Yah, tidak adil baik untuknya maupun untuk Kaka.
            Leni.  Sosok wanita yng di benci Kaka atau Akakah Aditya itu adalah cinta pertamanya, Leni tidak lain adalah adalah Kakak kelas Iren dibangku SMA, Iren tidak cukup mengenal Leni dan bagaimanakah hubungannya dengan Kaka.
            Kaka hanya bercerita. Leni mengkhianatinya setelah ia memutuskan untuk tinggal di Jakarta dengan Leni.  Kaka menceritakan sosok Leni dengan kemarahan yang di tahankan, ia bahkan tidak memperhatikan iren. sebenarnya kebencian Kaka kepada leni membuat Iren takut perasaan itu bisa membuat Kaka tidak akan pernah berpaling dari Leni. Iren berfikir kemarahan Kaka membuktikan betapa besar kaka mencintai leni,  hingga ia tak kuasa untuk membenci pengkhianatan Leni terhadapnya.
            Iren merasa bahwa ia telah menjadi pihak ketiga dihubungannya kali ini. Terbukti, menurutnya Kaka meninggalkan Iren untuk Leni. Rupanya Leni hilaf dengan kasalahannya dan meminta cinta Kaka kembali. Kaka yang Iren curigai masih memiliki parasaan basar terhadap leni membenarkan semuanya.
            “Kaka tidak akan berfikir tentang diriku. Karena hanya ada Leni dihatinya“ gerutu Iren dengan kisruh.
            Yang membuat Iren tidak habis pikir adalah Ia telah melakukan banyak hal untuk Kaka, bahkan tanpa sadar ia telah menjadi penawar luka Kaka untuk sementara dan Kaka  sedikitpun tidak mencoba memahami hati Iren, barang kali satu kata maaf untuk Iren.
            Dihati Iren. yang ada Kaka telah mengacuhkan kemelut Iren yang di tahankannya, Kaka mengakhiri kebahagiaan Iren dengan tenang.

±±±

            Datanglah hari ini, tragedy pada siang minggu pekan setelah Iren patah hati. di “ RS. SELAMAT “
            “Aku minta maaf“ Kata Vina dengan sedikit laga.
            “Untuk apa“ Iren meraba perubahan pada wajah sahabatnya.
            “Ia Ren kita hanya ingin kamu jauh lebih baik“ Sahut Tia menimpali. Iren semakin tak mengerti dengan kedua sahabatnya.  “ Kami ingin kamu tau sebelum… “ tambah Vina.
            “…“ Lalu mereka mulai menceritakan kronologisnya.
            “Kaka mengenal dirimu jauh sebelum Kaka mengenal Leni.  dan cinta pertamanya adalah kamu, bukan Leni. kamu cukup pendiam dan tertutup, itu membuatnya segan untuk mendekatimu. Diam-diam ia mengagumimu di dalam hati Ren, special meskipun di pendam sendiri katanya. Sampai pada akhirnya ia bertemu Leni, bukan Leni yang dapat menggantikanmu. Ada septi, Nindy dan ada beberapa perempuan yang pernah dekat dengannya. Menurutnya Leni jauh Lebih baik kemudian dijadikannya Leni sebagai pacar. Dan soal pengkhianatannya itu, jelas ia sangat marah. Aku rasa kamu mengerti bagian ini“ Papar Vina dengan hati-hati.
            “Kaka tidak sanggup untuk mendekatimu. Sampai pada akhirnya ia memendam perasaannya sendiri, perasaan cintanya yang tak terbalaskan sangat menyakiti dirinya sendiri. Tapi ketika leni dipercaya untuk menjadi tempat curahan hatinya, Leni berkhianat“ Tia melanjutkan.
            Iren bergeming. Ada penjelasan untuk rasa sakitnya. Ada sebab yang mengakibatkan kekecewaannya.
            “Iren… ” Sapa Vina dengan lembut. Penjelasan kedua sahabatnaya memenuhi titik-titik rumpang dibenaknya.
            “Aku.!!“ Iren mencoba untuk berkata-kata atau sekedar  beropini untuk usaha kedua sahabatnya itu yang sudah susah payah memberikan pengertian kepadanya.
            “Ada yang ingin kamu sampaikan Iren?“ Tia menangkap perubahan dari wajah Iren yang sembab, Iren menangis. Ia menangisi ketidakberdayaannya untuk situasi ini.
            “Aku ingin tau. Kenapa semuanya berakhir seperti ini!!!“ Iren bersusah payah menyeleseikan satu kalimatnya ini.
            “Emm… “ Tia kembali menjelaskan. Sesaat kemudian“ Kaka tidak menyangka bisa didekatkan denganmu. Ia sangat bahagia cinta pertamanya bersambut dengan baik. Rasa bahagianya melebihi rasa syukur saat mendapatkan Leni. Kau adalah cinta yang dipendamnya dalam-dalam “ sejenak Tia terdiam, ia tak kuasa untuk melanjutkannya.
            “Iren.  Seperti halnya dirimu yang  merasa tidak adil karena kamu telah menemani Kaka setelah putus dari Leni. Kaka juga ingin berlaku adil dengan memilih Leni yang sudah menemaninya selama ini sebelum kamu menyambutnya“  Vina menghembuskan nafasnya lalu melanjutkan.
            “Hubungannya dengan Leni jauh lebih lama dari hubungannya denganmu. Akan jauh lebih menyakitkan jika Leni yang harus ditinggalkan“ Semuanya terdiam. Saat butiran-butiran yang menggenangi kedua bola mata Iren tumpah.
            Kedua sahabatnya tersedu, Iren sudah lemah tak berdaya. Ia mulai menerima sikap yang di ambil oleh Kaka untuknya, ada keikhlasan dihatinya. Ada satu yang ingin ia dapatkan dari Kaka untuk yang terakhir kalinya.  Suatu penjelasan yang  di utarakan langsung  oleh Kaka sendiri. Tapi sebelum semuanya sesuai dengan apa yang diharapkannya. Sambil memeluk Iren.
            “Ren. Kaka mengatakan ini sebelum ia memutuskanmu. Iren tidak mengkhianatinya, Iren melakukannya untuk mengetahui kebenaran hubungan mereka. Leni lebih dulu mengetahuimu. Dan diapun merasakan ketakutan yang sama, karena Leni tau Kaka tidak akan pernah berpaling darimu selamanya“ Ucap Vina.

±±±

            Suasana haru membahana dikamar yang serba putih itu. Dokter , suster berlarian dengan panik. Mereka tetap berusaha untuk berharap.  Semua alat medis yang dapat digunakan dimanfaatkannya dengan segera. Vina dan Tia bergabung dengan keluarga Iren yang lain diluar. Kaka masih berlari dari koridor menuju ruangan UGD dengan sangat cepat, Dialah yang paling berharap agar bisa kembali pada Iren.  semuanya tegang, Isak semakin jelas terdengar dari dalam ruangan Iren berbaring.
            “Vin… , Tia… IREN???“ Sergah Kaka menggapai tangan mereka yang sedang berpelukan., raut kesedihannya jelas tak tersembunyikan.
            “Irenn…!!!“ Vina tak kuasa untuk berkata-kata, tangannya dilingkarkan pada Tia kembali.
            “Keluarga Iren Aprilia Anandi. Kami….!“ Mimpi buruk untuk kaka. Ia mendapatinya seperti sambaran petir. Hening, lengang dan gelap.
            “Bruck…!!!“

±±±

            News Info.
            Minggu, 18 April 2010 Pukul 12:37. terjadi kecelakaan, truk bermuatan lebih melaju diatas kecepatan  180 Km/Jam. Diduga pengendara adalah teman dari pengemudi yang sedang mabuk. Kecelakaan ini menewaskan beberapa pengemudi motor dan mobil di sekitarnya. Diidentivikasikan ada beberapa zenajah yang tidak memiliki identitas, berikut adalah nama-nama yang baru diketahui :
*               DIKA PRASETIO
*               ANGGRAENI
*               SANDI LAWATA
*               IREN APRILIA ANANDI
Dua orang luka parah dan segera di bawa ke  “  RS. HAMPIR SELAMAT “ oleh warga sekitar. Dua orang lainnya tewas, dan dua pengendara truk sedang dievakuasi. Demikian berita siang ini. Saya Ifta Mufti, Star TV melaporkan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kenyataan


KENYATAAN DARI CINTA


            Di pagi hari. Pukul 06:45.
            Sesampainya di sekolah. Ku lihat sosok yang taka sing, terlalu lekat jika ku bilang hanya sekedar kenal.
            Alfi. Anak kelas X11 Ipa 1. Ku lihat ia sedang bersanding dengan seorang perempuan yang seangkatan denganku. Saat ku perjelas penglihatanku, ku kenali perempuan itu adalah Isti kelas X.4 yakni pacarnya.
            “ Dek “ Hatiku menghela nafas. Karena hampir danau mata hatiku tak terbendung. Ku bulatkan tekad buat tegarkan hatiku, ku lewati mereka yang sedang berdiri di depan pintu gerbang. Seakan meninggikan cintanya untuk menundukan perasaanku. Pikirku dalam kekecewaan.
            Suasana yang gaduh membuat setengah hati ku sedikit terbantu. Setidaknya, tak ada yang melihat mataku berkaca-kaca dan menyadari tentang kehancuran hatiku yang membuat luka.
            Tapi tak bisa di bohongi sosok sahabat menjabat erat tanganku, penuh rasa yang memenuhi celahan hati yang telah retak.
            “ Jangan menangis “ Pintanya dengan suara rendah. Yang membuatku serasa lepas, karena sedari tadi telah menekan jiwa raga yang telah mati rasa.
            “ Dji “ Apa kamu menyadarinya, dengan apa yang terjadi padaku “ Sambil terbata-bata. Ku beranikan mencurahkan isi hatiku yang merapuh. Sembari linangan-linangan air, terus menuruni lengkukan pipiku.
            Tak ada argumen sepatah katapun yang keluar dari suaranya, Ia hanya berucap.
            “ Apa kau tak menyadari bahwa mataku sedari tadi tertuju hanya padamu” …
            “ Kamu takan pernah bisa membohongi hatiku “ Tambahnya sambil mengajakku ke kamar mandi.
            Ku usap, ku hapus air yang membasahi pipiku. Ku hapus pelan-pelan asa di dalam hatiku. Ku beranikan diri terima kenyataanku, andai ku tau cintanya bukan di peruntukan kepadaku.

۝Ώ۝

            Ku coba membuka lembaran baru untuk menutup lembaran yang lama. Seminggu telah berlalu, dua minggu dan hampir satu bulan taada cerita aku dan dia di buku harianku. Hatiku meredam rasa itu setelah hampir setengah tahun, baru kali ini aku merasa tenang tanpa kecemburuan yang selalu berkecamuk itu.
            Tapi ketenangan ku lebur seketika ia berubah baik, menjadi manis. Tatapannya, perhatiannya dan juga semua kata-kata yang ia katakan terdahulu. Jujur kehadirannya menjatuhkan hati ku, mengembalikan dilema yang pernah melanda nuraniku.
            Ku sadari cinta takan pernah pupus begitu saja, semudah tangan yang bisa ku balikan kapan saja.
            “ Ku akui, sungguh aku tetap mencintainya “
            Genap ! Tak kurang dan tak lebih. Sudah satu tahun ku jalani cerita cinta ini dengannya. Kini hatiku terasa kacau dan gundah, ku pikir bisakah aku membuangnya.
            Sosok itu kembali “ Adji “ ucapannya membuyarkan lamunanku.
            “ Apa sih yang lagi kamu pikirin ? “ Hanya senyuman yang aku beri untuk membalas ucapannya.
            Setumpuk perasaan aneh, tapi ada secercah kebahagiaan di dalamnya. Sejak kapan, secara tiba-tiba. Untuk pertama kalinya, tersipu malu di hadapannya hari itu.

۝Ώ۝

“ Akh, apa yang aku pikirkan “ Ucapku dalam hati.
            “ Heuhuh “ Ku helakan napas dalam-dalam. Saat ku lihat tempat tidur, ku rebahkan badan yang mulai pegal-pegal itu. Ku otak atik memutar otak untuk memikirkan apa yang sedang terjadi ketika itu.
            Mataku sayu dan hampir terlihat gelap dunia yang aku tempati ini. Tiba-tiba suara dering telfon mengagetkanku hingga aku terduduk sigap. Jantungku hampir saja copot.
            “ Hallo !!! “ ku kucek-kucek mata ini untuk lebih menyadarkanku dari tempat maya.
            “ Halo, ini Syita ya. Ini Alfi, jangan ucap satu katapun. Cukup hanya mendengarkan aku berucap saja “  Sergah ia dengan intonasi yang tergesa-gesa.
            “ Syita. Ingin aku ungkapkan keresahan yang menghujam hati dalam setiap detakan jantung ini. Ingin rasanya ku ungkapkan semua tentang segala apa yang memenuhi  ruang hatiku. Ingin…?! “ sebelum sempat Alfi menyelesaikan maksud yang ingin ia sampaikan.
            Tanpa pikir panjang. Ku tutup gagang telfon, ku cabut kabel telfon, ku banting  dan ku  rogoh rasa yang sudah susah payah  ingin ku hapus dari dulu. Ku buang lalu ku tendang , meski rasa itu begitu dalam.  Ku ambil paksa dan ku lempar jauh-jauh dari tempat kehidupan ku.
            Puas memang hati ini. Tapi keputusan ini sungguh merobek-robek cinta yang ku miliki dan menjadikannya seperti kepingan-kepingan dan serpihan-serpihan yang tak ada arti lagi. Ku keluarkan perasaan sakit dengan menulis surat dan mengungkapkan kekecewaanku padanya. Ku lampiaskan perasaanku yang hancur dengan menguras air mata dan mengeluarkan kata-kata makian yang dari dulu ingin aku katakana padanya.
            Selesainya surat untuknya itu. Ku lipat, ku lipat surat itu seperti ku lipatnya perasaan yang selama ini di peruntukan padanya. Lega, kini aku mengakhiri semua rasa yang menyakiti. Walaupun sebelumnya terselip keinginan untuk menyambutnya. Tapi nggak, terasa lelah hati saat ku jalani bersamanya. Ingin ku hentikan dengan mengakhirinya terlebih dahulu dari hatiku.
           

۝Ώ۝


            “Alhamdulillah “ keputusanku di terima baik olehnya. Rasa kagumku kembali bersemi namun dengan nama yang berbeda, yakni “ Persahabatan “
            Hubungan kita membaik, sejak hari-hari yang kita jalani berulang baru. Dan itu membuat aku bahagia.
            Sekarang keadaannya berbalik. Kini dia selalu memandangku meski dengan tatapan biasa aku memandangnya.
            Bukan karena dendam. Aku pernah seperti itu, tapi setidaknya apa yang terjadi tentang jungkir baliknya cinta di hatiku tak sia-sia dan sekarang dimana hari keedihan berganti keceriaan awal dari kebahagiaan yang akan datang.
            Terbukti, kesedihan itu memang mendatangkan kebahagiaan. “ Adji “ Sosok yang tak asing, yang tak pernah ku sadari kehadirannya kini begitu dekat. Saat ku tau ternyata sosok sahabat yang menemaniku, membantuku serta menjagaku. Memiliki perasaan yang lebih dari sekedar yang aku bayangkan. Setelah beberapa tahun tak bertemu.
            Ia ungkap cintanya bersama kedua orang tuanya. Ia ingin mengenal lebih jauh tentang aku dan keluarga ku untuk meminang dengan bawaan Izajah nilai terbaiknya, disinilah bukti cintanya... membuat cinta itu sejati dengan di buktikannya ke jenjang pernikahan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Penantian


HARI YANG INDAH
                “ Aku akan mengabulkan keinginan Ibu…! “ Ucapku pada sore itu.
            “ Ibu juga ingin engkau bahagia anakku… “ Bantah Ibu.
            “ Akh, Ibu hanya bergurau. Kau iyakan saja omongannya. Jangan kau ambil hati anakku “ Bapak menimpali.
            Waktuku tersa terhanti, sejenak pikiranku terus bergulat. Apakah yang harus aku lakukan.
            Esoknya,
            Aku datang dengan tergopoh-gopoh. Badanku kuyup oleh hujan, hari ini aku sangat lelah sudah beberapa tempat aku datangi tapi tidak ada yang dapat memperkejakanku hingga saat ini.
            “ Sudah pulang kamu ? “ Sapa Ibusembari menuangkan minuman dari kendi.
            “ Ibu tidak lihat, aku sudah barada di rumah “ Jawab aku dengan guyonan.
            “ Sudahlah. Toh kamu ini seorang perempuan, mau pa lagi ? “ Ucapan Ibu kali ini sedikit mengusik.
            “ Akh Ibu, Sekarang zamannya emansipasi. Memang Ibu pingin aku seperti apa ? “ Aku membuncahkan penolakanku.
            “ apa kamu masih memikirkannya ? “ Sontak hatiku berdenyar.
“ Aduh,, indahnya perasaanku “ Gerutu aku didalam hati.
“ Ibu ini, Lagi-lagi di sangkutpautin sama dia. Ibu itu setuju atau tidak sih ? “ Jelas aku geram dengan sikap plinplan Ibu.
“ Bukannya begitu. Akh kamu cari tau sendiri kenapa ! “ Pinta Ibu sekenanya dengan sangat menyebalkan.
“ Ibu jangan terus-terusan mengganggu dia. Bukankah dia sudah menuruti kemauan Ibu “ Bapak segera menengahi kami.
Belakangan ini pikiranku penuh. Ada Ibu, Bapak dan…. Rizki.
Belakangan ini Ibu menunjukan sikap ketidak sukaannya pada Rizki. Padahal saat ini aku sendiri belum tau ingin bersikap seperti apa kepadanya.
“ Apa engkau mencintaiku ? “ Pinta Rizki untuk menjawab. Kejadian ini terjadi dua bulan yang lalu sebelum aku putus dengannya. Aku tak pernah tau benar hatiku, tapi aku jua tak ingin melepaskannya, aku memang egois.
“ Sikapnya itu yang membuat ibu ragu “ Ucap Ibu untuk menguatkan pendapatnya.
“ Ibu… aku tau kenapa aku memilihnya. Anakmu ini juga punya alas an “ Rupanya kata-kata itu hanya mampu kurekat dalam-dalam.
“ Anakku… Bapak dan Ibu hanya ingin yang terbaik. Dan Rizki bukan yang kita maksud “ Ucapan Bapak selalu membuatku luluh. Ia tak pernah menolak keinginanku, bagaimana mungkin aku membantahnya.
“ Ia pak. Aku kata kalian saja “ Jawab aku pasrah.

$N$N$

            Lama setelah ia meninggalkanku, ia kembali disaat yang tidak tepat. Aku mulai menyisihkan hatiku di saat dia datang.
            “ Haruskah ku tanam kembali benih cinta yang sudah terkoyak sebelumnya ? “ Hatiku bimbang.
            “ Aku ingin mengajukan kata maaf, aku pernah bersalah ! “ Ucapnya di bawah pohon beringin tempat kita bertemu sekarang.
            “ Untuk apa ? “ Tanyaku memastikan.
            “ Semuanya. Semua yang aku lakukan untukmu dan untukku “ jawabnya mengundang Tanya.
            “ Apa ? “ Kataku lagi.
            “ Aku berniat memutuskanmu jauh hari sebelum itu terjadi. Dan aku melakukannya degan alasan “ Jelasnya.
            “ Tapi untuk apa ? “ Pintaku lagi.
            “ Karena aku ingin menjadikanmu sebagai istri bukan hanya sekedar pacar “ Kalimat itu membuatku terpesona. Kalimat itu begitu dahsyat hingga membuatku bahagia.
            “ Aku tidak menyukai caramu. Memutuskanku dengan tegesa-gesa tanpa ada penjelasan,. Kau telah menunjukan sikap yang begitu konyol. Aku sangat tidak suka memikirkan caramu itu “ Aku teringat kata-kata Bapak dan Ibu.
            “ Bapak dan Ibu ingin yang terbaik untukmu. Dan Rizki bukan yang kita maksud “ Bukan Rizki, bararti akan ada orang lain. Memikirkan itu aku tidak dapat menetralisasi hatiku. Cintaku kepada Rizki…Cintaku kepada Bapak dan Ibuku…
            “ berkenankah engkau berdatang kerumah untuk menanyakannya langsung “ Ucapku kemudian.

$N$N$

            Satu bulan. Setelah itu ia benar-benar menginjakan kaki pada sabtu sore pada tanggal 4 November 2010. Hatiku dak-dik-duk tak karuan, tapiaku masih terlihat wajar untuk kedua orang tuaku.
            “ Pak, Bu ! “ Sapa Rizki, setelah di perkenankan duduk.
            “ Saya ingin berbicara kepada bapak dan ibu ! “ Tambahnya. Ibu dan Bapak terlihat keget mendapati Rizki seperti itu.
            “ Ya sudah, bicaralah… “ Bapak mempersilahkan. Ibu permisi kebelakang untuk membuat minuman.
            “ Kedatangan saya ini untuk meminta kepada Bapak. Agar Bapak dapat mengijinkan saya untuk mendampingi anak Bapak “ Ucap Rizki dengan mantap. Ia terlihat begitu yakin dengan ucapannya.
            “ Pranggg…!!! “ Dua gelas jatuh dari nampan, mata Rizki dan bapak membelalak kepada Ibu mereka berdua sangat kaget.
            “ Maaf Rizki, Bapak. Ibu tidak sengaja ! “ Ucap ibu kemudian.
            “ Mari Ibu, Aku Bantu “ Aku yng dari tadi menguping di celah daun pintu merogoh kepingan-kepingan kaca beling dengan sangat hati-hati.
            “ Biar saya saja yang membuatnya lagi “ Pintaku dengan tidak yakin. Langkah Ibu perlahan mendekati Rizki. Ibu memegang tubuh Rizki seperti pada anaknya.
            “ Apa kamu bersungguh-sungguh ? Apa ini tidak main-main ? “ Tanya Ibu sedikit memaksa.
            “ Ibu. Rizki datang kesini dengan penuh keyakinan ! “ Jawab Rizki tandas.Aku mendapatkan kepastiannya. Dan akupun mendapatkan keyakinan darinya.
            “ Anakku… !! “ Ucap Ibu ketika melihatku mematung. Aku sangat terharu dengan yang Rizki lakukan.
“  Oh… apa ini benar, bukan sekedar mimpi “ Hatiku menerawang.
“ Lalu sekarang bagaimana ? “ Tanya Bapak dengan Ibu dan Aku.
“ Tanya anakmu saja. Ia yang lebih pantas untuk menjawabnya ! “ Lempar Ibu kepadaku untuk menjawab.
“ Akh,,, Ibu ini … !!! “ Aku tak dapat berkata-kata lagi, hatiku brbunga-bunga, senyumku merekah, Ibu hanya menggeleng-geleng.
“ Anakku… ! “ Kata Ibu.
“ Ibu tak pernah sedikitpun menganggap Rizki itu buruk. Ibu hanya takut Jika Rizki hanya akan bermain-main “…” Kamu terlalu mencintainya !!! “ Tambah Ibu.
Ia. Kamu tetap akan menentukan kehihidupmu anakku ! “ Bapak sumringah dengan kejadian ini.
“ Bapak, Ibu. Maafkan saya yang telah berani menyakitianak kalian.saya hanya merasa belum pantas untuk melakukan ini sewaktu itu. Itu membuatku terus berfikir bagaimana bisa berlaku seharusnya, sampai pada akhirnya saya memutuskan untuk mengakhiri masa pacaran kami. Aku ingin mencari apa yang bisa aku berikan baru aku berani meminta apa yang aku inginkan “ Sejenak ia terhenti. Butiran-butiran bening dari arah pipiku mengundang perhatiannya. Aku menangisi kebodohanku sendiri yang merasa telah tersiksa olehnya, padahal aku telah menyiksa diriku sendiri dengan pemikiran-pemikiran yang mencemarkan namanya di hatiku sendiri.
“ Maafkan aku… “ Kata Rizki begitu lirih. Bapak dan Ibu membiarkan kami berdua dengan berjarak.
“ Mengapa kamu membiarkanku selalu menyalahkanmu ?? “ Tangisku mulai terdengar, ada perasaan tak terdefinisikan.
“ Aku hanya ingin kamu tau aku bersungguh-sungguh pada waktunya “ Ia kembali berkata dengan lirih.
Ia membuatku jatuh dengan sikapnya dan telah jatuh terlalu dalam  dengan cintanya. Ia membiarkanku berfikir tidak akan ada apa-apa dan tidak akan terjadi apa-apa, dia tidak pernah memberitahukan rencananya tentang ini.
            “ Selamat ulang tahun “ Kata Rizki kemudian.
            “ Lamaran malam ini adalah hadiah untukmu “ Tambahnya. Aku menunduk malu, hatiku terlalu berbahagia untuk mengingat kesedihanku sebelumnya.
            “ Anakku… Ibu dan Bapak juga ingin memberikan hadiah untukmu “ Kata Ibu kemudian. Lalu dengan berbarengan mereka berkata :
            “ KAMI AKAN MEMBERI RESTU KEPADA KALIAN “

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
░░░░░░░░░░░░░░░░░▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓

Cari Blog Ini

Entri Populer

KOMIK YANG MEMBERIKU INSPIRASI, IDE BAGUS DAN BANYAK SYARAT MAKNA!!!!!!!!!!!!

KOMIK YANG MEMBERIKU INSPIRASI, IDE BAGUS DAN BANYAK SYARAT MAKNA!!!!!!!!!!!!
Special Komik Ku,



EmJe`S World

Miftahul Jannah(EMJE),,,

“Aku adalah seorang perempuan yang ingin mengenal dan dikenal oleh seorang laki-laki,

Aku adalah seorang teman yang ingin menjadikan dan dijadikan sebagai sandaran hati,

Aku adalah Seorang saudara yang ingin mencontoh dan dicontoh oleh mereka saudara-saudaraku yang baik hati,

Aku adalah seorang murid yang ingin belajar dan diajar dengan guru-guruku saat ini,

Aku adalah seorang anak yang ingin berbakti dan diabdi keluargaku sampai nanti,

Dan aku seorang penulis yang ingin memberi dan diberi pada saat nanti,

Aku adalah seorang hamba yang terus berdoa pada Sang Rabbi sampai akhir hayatku nanti”


Aku… Seorang manusia biasa yang tak luput dari kasih dan mengasihi…


_________________

ємЈΞ