[Lentera ….ємЈΞ]


Baca dengan hatimu, lalu berikan isinya padaku (Ku tunggu! Koment-y!!!) ~,~


Pilihan


KETIKA HATI HARUS MEMILIH

Berulang kali kisahku tak berujung jadinya, Hingga kali ini aku putuskan untuk menghentikan petualanganku di umur 19 tahun.

            “I Love U Dee…!” Irham masih pada posisi berlutut.
            “Gak malu lo kaya gitu mulu,,, berdiri napa?” Ucapku kemudian.
            “Gila lo Ham… Gak segitunya kali…!!!” Sergah Ine, sahabat baiknya.
            “Udah akh,,, Gua duluan aja yah.?” Pintaku sembari menjauh dari mereka. Sudah beberapa hari ini aku pusing dibuatnya. Entah apa yang dipikirkan oleh si Irham, yang jelas. Belakangan ini aku mulai tidak perduli dengannya.
            “Bruck…!” segera kubanting badanku ke Kasur. Ada rasa kesal yang menghujaniku diperjalanan kerumah tadi. Pikiranku bertumpu pada sikap Irham tadi di Mall. “Bisa-bisanya ia merengek didepan orang banyak untukku” Pikirku lagi.
            Sejenak ku review kembali masa yang tak ingin aku ingat sebelumnya. “Kita udah putus,” Ucap Irham di tempat yang sama setahun yang lalu. “Tapi yank… aku masih care…” Rengekanku yang masih ku ingat. “Kamu harus ngerti,,,kita gak cocok,,,”….
            “Dek….” Sakit rasanya mengulang ingatan itu kembali. Lagi-lagi hatiku perih,,, “Hikz….hikz…” Jelas terdengar suara tangisanku. Rasanya memang benar-benar sakit, hampir sudah tidak bias kutahan lagi. “Kalo aja Irham ngerti perasaan aku seperti setelah ia mengalaminya. Mungkin tidak akan pernah ada sakit ini” Pikiranku berkutat pada asa yang semakin membuatku sesak.
            “Aku gak bisa bersikap baik-baik saja terhadapmu Irham,,, hatiku sakit” Bisiku pada diriku sendiri…
            “Hufh..” Sudah 2 jam lebih aku bersikeras mengeluarkan rasa sakitku lewat tangisan. Sudah cukup aku mendramatisir hatiku… segera ku seka dua belah pipi kiri dan kananku.
            “Tek… tek… tek…” Suara highilsku menggema diseluruh ruangan. Belom sempat ku lepas sudah ku ajak ketempat tidur tadi. “Mba…???”  suaraku menyapu ruang makan. Aku celingukan di buatnya, tapi Mba nah gak juga aku lihat.
            Kulepas semua pakaian beserta aksesoris yang melekat di tubuhku. Segera kuambil handuk untuk menutupi sisi sensitive dibadanku. “Enak kali yah kalo mandi…” Ku sunggingkan senyum kecut. Entah inpirasi darimana aku bisa setenang ini dengan jiwa yang sangat menyedihkan.
            “Maaf non… Mba baru dari belakang rumah non,, ambil buah-buahan ini” Seloroh Mba nah dari balik pintu kamar mandi. “Oh… gak apa-apa Mba, tolong bereskan baju yang berserakan ya Mba. Aku lagi males” ucapku sedikit teriak.
            Kalo lagi marah emang enak ngeguyur ubun-ubun sampe dingin. Baru seluruh badan biar tambah dingin. Belum hilang panas dihatiku, ku ceburkan kepalaku pada bak mandi… lalu berteriak-teriak sekenanya dalam air. “Gua benci lo, gua gak akan maafin lo, lo thu bener-bener berengsek.. Cowo sialan” Berkali-kali kata kasar itu terucap dari mulutku yang tersumpel air. Sesekali aku terbatuk keci. Tapi aku tetap mengulanginya lagi. Kali ini cukup satu setengah jam untuk membuat tubuhku menciut diair.
            “Lega rasanya setelah berteriak-teriak… seperti itu…” Meskipun sebenarnya hanya sekedar membuat hatiku sedikit tidak terbebani saja akibat rasa sakitny.
            “Lho Mba Na ko ngilang lagi.!” Ucapku, setelah selesei menyapukan pemandanganku keseluruh ruangan.
            “Mba…………………………..???” Teriaku sangat kencang.
            Setelah tidak mendapat jawaban, aku segera berlari kearah kamar. Terdengar dering handphoneku agaknya.
            “Hallo!?” Sapa orang disana. “Ya hallo Ne!” Aku mengetahui sumber suara dari nomer telfonnya yang pernah aku save. “Dee,,, gua pusing! Irham mohon-mohon ke gua buat ngomong sama lu, Bingung gua mau mihak siapa. Lu juga, segitunya banget sih. Irham gak bisa dimaafin lagi apa?”Ucap Ine panjang lebar, “Gak!” Jawabku singkat.
            “Gua pikir Irham punya kesempatan ke-2 ko Dee!!!” Ine masih mengatakan harapannya. “Gak Ne! Males gue bahas dia, dah akh…!” Segera kumatikan handphoneku agar ine gak cuap-cuap tentang Irham lagi. Tak lupa ku non aktifkan nada dan getar, biar Ine menunggu sampe besok jika ingin membahas soal ini lagi.
            “Hemmhhh…!” Meskipun masih sakit, ingin sekali aku memaafkan dan melupakannya perbuatannya(Bingung). Rasa kantuku tak dapat kutahan sekarang. And then I`am Sleep.
@@
            Tingnong… Tingnong… !!! Tingnong… Tingnong…
            “Duh Mba Na ini kerjaannya ap sih. Tak pernah ada untuk mengerjakan tugasnya, meskipun untuk sekedar membuka pintu” Aku menggerutu. Segera aku bergegas menghampiri daun pintu, baru setelah beberapa langkah aku sampai Mba Nah baru menampakan batang hidungnya “Maaf Non, tadi dari belakang. Ambil sayauran ini.!” terangnya kemudian. “Ya udah! Biar saya aja yang buka pintunya Mba. Mba siapin sarapan aja!” Jawabku pada akhirnya(Dibelakang rumah ditanemin apa aja sih banyak bener kayanya).
            “Klek!” Terbelalak aku dibuatnya. Ine membawa Irham dihadapanku dimuka rumahku. “Ine!” Teriakku. “Sory Ne, Gua pingin masalahnya selese. Daripada lu berdua main kucing-kucingan mendingan kalian dikumpulin begini. Ngomong deh biar dia ngerti” Ucap ine membela diri.
            “Boleh kita masuk Dee!!” Tiba-tiba Irham menyela pembicaraan aku dan Ine. “Gak!” Jawabku ketus. “Dee!!! Dengerin gua dulu, biarin gua ngebela diri. Baru setelah itu terserah lu” Ucapan irham ada benarnya, dan aku tak merasa rugi jika aku memperkenankannya.
            “Gua punya waktu 1 jam buat lu.!” Ucapku tanpa meliat kearahnya. “Tapi Dee,, Penjelasan gua butuh waktu lebih dari 1 jam!!!” Irham meminta sedikit kompromi dariku. “Ok. Setengah jam” Selaku. “Ini lebih tidak cukup untuk…!!!” Sebelum Irham menyeleseikan kata-katanya. “1 Menit” Ucapku tandas menghentikan penawarannya. “Baiklah. 1 Jam akurasa sudah lebih dari cukup!” Ucapnya pasrah. “Time up!” Sentakku.
            “Cukup. Lu juga jangan keterlaluan gitu dong Dee!! Sekarang lu yang gua lihat sangat jahat” Ine menengahi kami. “Siapa yang memulai?” Aku tak mau kalah. “Dee!!!” Ine semakin kesal. “Ine…” Aku tak mengurungkan niatku. Kemudian…
            “Aku menyesal pernah memutuskanmu, dia tak pernah berubah sedikitpun. Bahkan ia meninggalkanku lagi Dee!” Irham memulai pembicaraannya. Aku dan Ine terdiam, entah kami harus mendengarkannya atau menghentikannya. Dan Pada akhirnya kita bertiga duduk bertiga secara bersamaan di teras depan.
            “Aku tak menyangka. Kepergiannya kali ini tak membuatku sesakit dulu. Justru aku measa sangat sakit saat kamu date bareng adi dee! Aku merasa sangat tidak rela menyerahkanmu pada siapapun. Aku mencintaimu dee…” Entah kata-kata itu tulus atau tidak.tapi hatiku seperti baja sekarang, ada perasaan sakit yang sangat tebal didalamnya.
            “Aku menyadirinya Dee. Kamu benar-benar mencintaiku dengan tulus, dan aku tak pernah mendapatkannya sebelumnya” Aku melihat wajahnya. Berbeda sekali pada saat ia  menjadikaku sebagai pelariannya selepas kepergian Ima.
            “Irham. Aku tidak ingin kamu mengeluarkan semua perasaan cinta ini, bukan karena kamu tidak berhak. Aku piker kata-kata itu akan jadi sia-sia nantinya. Hatiku sakit Am, kamu tau aku sangat mencintaimu. Seharusnya kamu sedikit berbaik hati kepadaku kala itu. Hingga aku tak menyimpannya sedalam ini. dan satu hal, semenjak kamu memilihnya. Aku telah melepaskanmu dengan susah payah. Dan jika kamu berharap aku akan menerimamu. kamu akan membuatku sangat bersusah payah nantinya. Karena itu akan membuatku belajar mencintai seseorang yang sangat tidak aku sukai” Ku katakana ini dengan sangat yakin. Aku berhak mendatangkan atau membuang apapun yang aku miliki. Dan akupun telah memilih untuk membuangnya agar tidak semakin menyulitkanku dilain hari.
            Ine diam saja mendapati jawabanku. Irhampun begitu,tak ada kata-kata yang terlontar dari mereka. “Baiklah, Aku tidak ingin ada perseteruan diantara kita. Tapi aku tidak akan mudah untuk berinteraksi denganmu Irham” Kalimatku memuat ine prihatin dengan irham. “Lu gak papa?” TanyaIne.
            “Gua masuk yah. Ne,, gua titip Irham. Please,ngertiin gua yah Ne” Berat sebenarnya aku bersikap seperti ini. tapi keputusan harus dibuat. Yah, inilah keputusan yang ingin aku buat.
            Sejak hari itu,tak kutemui Irham maupun ine. Entah bagaimana keadaan mereka. Entah apa yang terjadi pada mereka. Whatever,,, Itu adalah hidup mereka.
@@
            “Gimana kabar lu dee!” Ucap Ine.
            “Baik gua Ne. gak pernah gua ngerasa sebaik ini.” Jawabku.
            Bla-bla-bla
            Kami bertemu tepat didepan ruang rector. Tidak terasa minggu depan kami akan diwisuda. Entah apa yang terjadi pada Irham. Yang jelas setelah berakhirnya masalah itu aku dan Ine mulai konsen ke kuliah dan hobby kita. No men no problem! Memang hubungan akan menghambat kita pada ketenangan. Hubungan memang berawal dari sebuah masalah dan berakhir dengan masalah juga.
            “Hem… Cantik gak?” Ucap Ine membuyarkan lamunanku.
            “Cantik. siapa?” Kuraih foto gadis cuteitu dari tangannya.
            “Cewe Irham Dee!” Jawab Ine lirih.
            “Ia… Cantik Ne!” Ada rasa iri dalam hatiku. Gadis itu lulusan unifersity paling keren dijakarta, pasti anaknya pinter banget. Ine mengatakan bahwa ia gadis yang sangat baik, ramah dan… “Akh.. Aku iri, karena sosok sesempurna gadis cantik itu bisa memiliki seorang Irham. Sesosok laki-laki yang sampai saatinipun sangat sempurna menurutku” Hatikumembatin.
            “Gua tau. Sebenarnya lu sayang kan sama Irham Dee!” Ucap ine lagi memecah keheningan.
            “Emm..”Aku tak dapat lagi berdebat kaliini. Waktu yang kuhabiskan untuk menyeleseikan study sudah membuktikan perasaanku pada Irham itu apa.
            “Kenapa Dee… Kenapa waktu itu???” Ine kembali mencari jawabanku.
            “Aku tak pernah benar-benar mencintai seseorang seperti aku mencintai dia Ne!” akuterdiam, mengenangnya kembali. “Hatiku semakin sakit saat akuharus memaksaakan perasaan kita, pada saat aku menyadari bahwa kita memang tidak ditakdirkan bersama Ne”ine masih memandangku “Mungkin kami memang saling mencintai, tapi hubungan kami tidak pernah terlihat semakin baik dari hari kehari. Aku ingin ia bahagia Ne, aku ingin agar kita berdua sama-sama bahagia” Kali ini aku yang terdiam.
            “Andai waktu dapat mempertemukan kita kembali sekalipun, aku merasa kita tidak akan lagibisa mempertahankanhubungan itu.hubungan yang tak pernah ada kedamaian didalamnya. Mungkin aku akan menyesal, tapitidak untuk membuatnyamenyesal telah melepaskanku” Kueratkan peganganku pada foto si cantik, aku berharap bisaberbesarhati menerima ia.
Kemudian Ine tersenyum penuh arti. “Akh Dee! Kamubenar-benar tulus” Akumembalas senyuman Ine.
           

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

░░░░░░░░░░░░░░░░░▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓

Cari Blog Ini

Entri Populer

KOMIK YANG MEMBERIKU INSPIRASI, IDE BAGUS DAN BANYAK SYARAT MAKNA!!!!!!!!!!!!

KOMIK YANG MEMBERIKU INSPIRASI, IDE BAGUS DAN BANYAK SYARAT MAKNA!!!!!!!!!!!!
Special Komik Ku,



EmJe`S World

Miftahul Jannah(EMJE),,,

“Aku adalah seorang perempuan yang ingin mengenal dan dikenal oleh seorang laki-laki,

Aku adalah seorang teman yang ingin menjadikan dan dijadikan sebagai sandaran hati,

Aku adalah Seorang saudara yang ingin mencontoh dan dicontoh oleh mereka saudara-saudaraku yang baik hati,

Aku adalah seorang murid yang ingin belajar dan diajar dengan guru-guruku saat ini,

Aku adalah seorang anak yang ingin berbakti dan diabdi keluargaku sampai nanti,

Dan aku seorang penulis yang ingin memberi dan diberi pada saat nanti,

Aku adalah seorang hamba yang terus berdoa pada Sang Rabbi sampai akhir hayatku nanti”


Aku… Seorang manusia biasa yang tak luput dari kasih dan mengasihi…


_________________

ємЈΞ