[Lentera ….ємЈΞ]


Baca dengan hatimu, lalu berikan isinya padaku (Ku tunggu! Koment-y!!!) ~,~


Hening... bukan lagi tidak ada apa-apa...
Bising... juga bukan, tidak terjadi apa-apa.
Aku hanya ada di sini karenamu.
Kamu yang tak mengerti aku atau aku yang tidak bisa mengikutimu.
Ini hatiku...
Ini Susahku...
Harus bagaimana aku mengenalmu,, karena kamu tak pernah bertanya sedikitpun Tentangku...
Tentang diriku...
Sebenarnya apa kamu benar-benar ingin tau,???

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Karena kamu tidak mencoba bertanya. itu sebapnya kamu juga tidak tahu maksud dari hati kita.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

CINTA DAN HATIMU

Kudapati tatapannya tak biasa. Satu detik…, lima detik. Dan …!!! “Akh tuh anak bikin ngilu hati aja.Belakangan ia tampak aneh gak seperti biasanya,!!!“

Aku hanya termangu. Hatiku dibanjiri kegundahan yang teramat sangat. Lagi dan lagi. Seeet,!!! Tatapan tajam laki-laki itu. Saat kusambut, ia hanya berlalu tanpa suatu pesan yang kumengrti.

“Kali ini aku harus tau“ Ucap hatiku harap-harap cemas.

“Sem…?“

“Ya,!“

“Eh,! Anu.?“

“Apa? …,!!“

“Soal…“ Ucapku pada akhirnya. Sebelum sempat ku utarakan maksud hatiku.

“Kalo gak ada yang penting banget. Gua duluan aja ya.? “ Ia berlalu dengan sikap tak peduli.

“Uuh dasar.!!“ Ucapku dengan geram mendapat perlakuannya.

“Bego banget sih, jelas-jelas dia gak suka gitu. Bisa-bisanya hal yang sudah ku ketahui jawabannya kuajukan lagi sebagai pertanyaan.“ Sahut hatiku, SAKIT.

Sungguh tak pernah terpikirkan untuk mengenal rasa itu dari dirinya. Aneh, tanpa ba-bi-bu rasa itu menyelinap disela hati tanpa kuketakui kapan kedatangannya. “Hufh,,, SABAR.”

Aku masih mematung memandangi Sem yang berjalan membelakangiku. Aku masih berharap ada sesuatu dari tatapannya.

Mungkin beberapa menit. Lalu…

“Ran napa sih, dari tadi muka ko di tekuk mulu. Lusuh loh,,,!!! Ada apa?“ Ucap Iren memperhatikanku dengan seksama. Tanpa peduli itu aku langsung ngeloyor tanpa permisi.

“Khairan…!!!“ Tak sedikitpun kuhiraukan teriakannya Tak kupedulikan Iren memanggil. Setibanya di dalam kelas aku masih diam tanpa kata Aku rasa Iren sangat mengerti dengan sikapku dan ia-pun tak bersuara.

Dipukul 11:39. Tak banyak pelajaran yang disampaikan nyantol diotak. Masalah Sem sudah memenuhi otakku yang buntu. Matematika benar-benar membuat otakku mandek. Makin di fokuskan justru makin terasa penat. Dan saat tersadar dari lamunanku Pak Yudit tiba- tiba menunjuk kearahku.

“Maju. Jawab soal Matematika di depan,!!“

“Ough…!!!”

Malam yang kelam. Hitam membias diawan, titik hujan tak lagi indah karena telah menjadi hujan yang deras. Tak kudapati bintang ataupun bulan diatap langit. Tiba-tiba kurasa pedih.

Andai malam ini indah membiarkanku menatap bulan dan bintang, mungkin rasa itu takan begitu sakit. Lama aku terhenyak, kupikir rasa itu begitu bening hingga tak dapat lagi kuraba.

Setengah tahun yang lalu, sosok itu telah menyentuh hatiku. Dan aku hanya seorang gadis yang telah menyimpan rapi perasaan itu tepat dalam hatiku.

Tak terkelakan. Perasaanku padanya membuatku selalu mengingatnya, memikirkannya dan tidak pernah bisa melupakannya.

“Dalam detik sekalipun” Hatiku berdecak getir. Meneteslah aliran yang selalu berusaha kubendung dihadapannya. “Agaknya perasaan indah ini mulai menyakitiku.” Pikirku.

“Apa yang aku inginkan?” Aku mengutuk hatiku yang lemah. Betapa terlenanya aku pada perasaanku sendiri. Bagaimana mungkin aku menghakimi perasaan setiap orang tanpa bertanya. Termasuk pada diriku sendiri.

“Bahkan ia tidak pernah menolakku atau sekedar mendekatiku. Lalu aku harus bagaimana?” hatiku semakin tak menentu untuk menghitung angka yang berkutat dari satu sampai sembilan. menyadari setiap angkanya saja, aku merasa sulit untuk melakukannya.

Kualihkan perhatianku pada buku tugas yang diberikan oleh Pak Yudit tadi siang Karena salahku sendiri. Akhirnya aku harus mengerjakan tugas tambahan yang dikumpulkan besok juga.

Aku merintih. Soal yang biasanya jadi makanan sehari-hari yang menyenangkan. Jadi paling tidak aku sukai hari ini. Bukan hanya hari ini tapi belakangan ini.

“Bagaimana mungkin Cinta bisa mengacaukanku. Keceriaanku, kreatifitasku bahkan mungkin masa depan hidupku akan pupus ketika cinta berdatang mengembangkan kempiskan perasaanku saat kehadirannya nyata didekatku.

Ada yang salah” Hatiku pasrah. Tapi memang tidak seharusnya seperti ini. Bukan Cuma bisa merusak hariku, tapi banyak yang akan terjadi jika kutahankan perasaanku ini.

Malam semakin larut, petang membuatku bergidik. Di timpal oleh suara lolongan Anjing yang mendukung suasana semakin geram.

“Oh. God,!“ Waktu menunjukan pukul 11 malam dan sampai saat ini-pun aku masih terjaga. Rasanya sungguh tidak nyaman, saperti terhimpit di uluh hati.

Dan tugasku masih tergeletak, tak terbaca.

“Ini semua karenanya“

“Atau karena diriku sendiri”

Matahari telah terbentuk, terlihat cakrawala telah menghampar melambi menunjukan cerahnya pagi ini.

Seperti biasa. Waktu menunjukan pukul 06:30 saat di mana aku harus bergegas, beranjak menuju sekolah yang jaraknya lumayan jika ditempuh pejalan kaki saperti aku.

Setibanya di Sekolah. Kulihat sosok yang tidak asing “Semi Aditya” ia menyambut pandangku, Membuatku terpaku dalam bisu. Ia yang mendapatiku tak bargeming seraya menebar senyum yang membuatku makin pilu.

Hari ini aku sempoyongan tak berdaya di buatnya. Diombang-ambing oleh sikapnya yang tak pernah ku pahami. Saat replay menyambut dua bola mataku lagi, kualihkan pandangku, bagaimanapun aku tak ingin terjebak dalam perasaan konyol jika hanya satu hati saja yang merasakannya.

“Aku Jera,!” Sungut hatiku.

Istirahat.

“Hey, wah lahap banget makannya. Laper non ? “ Niel menggodaku.

“Igh, orang makan memang karena laper. Soal lahap, buru-buru tau,!“ Oceh aku, lalu kembali menyantap Mie Ayam itu dengan lebih cepat.

“Emang mau kemana?” Tanya Niel pada Iren yang sengaja menemaniku, tapi gak ikut makan.

“Mau ke Kantor. Ada msalah sama Pak Yudit“ Jawab Iren dan memberi isyarat Niel agar mengikutiya.

“Ran. Bentar ya?“ Iren menjauh dari tempatku, Niel ngekor di belakang.

Sesampainya dikantor.

Pak Yudit memakiku. Sudah berapa kali ia mendapatiku seperti ini, bagaimana ia tidak marah.

“Apa yang kamu lakukan?” Bentak Pak Yudit.

“Apa? Maksud Pak Yudit Apa?” Aku bicara pada hatiku. kalimatnya tak kunjung membuatku mengerti. Karena itu adalah kalimat pertamanya yang aku dapati sesampainya aku di ruang guru tepat didepan mejanya itu.

“Kamu ini niat sekolah atau tidak?” Muka pak Yudit sangat serius, membuatku takut untuk berkata-kata. Membayangkan satu kesalahan akan mendaratkan satu pukulan keras kearahku, itulah yang aku fikirkan.

“Kamu pikir. Ini main-main,?” Ia terus memandangiku dengan tajam, tak sedikitpun pandangannya luput kearahku.

“Maaf pak,! Saya mengaku salah. Seharusnya saya mendengarkan dan memperhatikan apa yang bapak sampaikan didepan kelas kemarin bukannya melamun seperti itu. Saya tidak akan mengulanginya lagi.” Aku tertunduk. Sungguh aku tidak bisa berjanji, Aku tidak yakin akan melakukannya. Yah, setidaknya aku berani mengakui apa kesalahanku.

“Apa kamu ada masalah?” Tanya pak Yudit membuatku sedikit lega. Pak Yudit memang bukan Guru Killer yang di kenal orang-orang, melihatnya semarah itu jelas membuatku hawatir.

“Tidak Pak,!” Mana mungkin aku jujur untuk mengatakan “Sem penyebab aku seperti ini”

Sekembalinya aku dari Kantor untuk mempertanggungjawabkan Ocehan Pak Yudit yang tak kuperhatikan. Saat di daun pintu kelas.

“Sem, sampai kapan elo diem. Cewe Cuma nunggu, elo yang harus punya sikap,!“ Suara itu terdengar cukup maksa.

“Bukan Cuma gue yang cinta dia. Dia juga harus mencintai gue,!“ Jawab Sem terdengar kekeh.

“Elo gak akan pernah tau sejauh mana isi hatinya sampai elo jujur sama hati elo sandiri buat ngungkapin perasaan itu,!“ Niel pergi meninggalkan kemarahannya, Sem-pun menjauh pergi.

Tiba-tiba.

“Bruckkkk…!!!“ Sem berjalan tepat kearahku.

“Aow,!!!“ Badanku seketika terhempas ke lantai, sumber suara malah marah.

“Elo bisa ngeliat gak sih. Jalan tuh pake mata,!!!“

“Sem?“ Hanya satu kata yang bisa aku berikan setelah mendapat celaan semacam itu.

Kemudian,

“Eh, Bukan gue yang nabrak elo. Kita Cuma tabrakan. Lagian, gak ada yang jalan pake mata semua jalan tetep pake kaki,!“ Jawab aku dengan nada sedikit tertahan.

Teng, teng, teng !!! Lonceng berdentang lantang, tanda masuk kelas.

Dan untuk kesekian kalinya laki-laki itu enyah tanpa dosa, karena telah menggantungkan tanda Tanya di hatiku.

“Ieh,,, Sebel…!!!” Dengus aku kesal.

Dari dalam kelas, terlihat Sem sedang asyik mempermainkan Bola di hadapannya. Jelas saja karena di tangannyalah bola yang bernama basket itu tidak berdaya. Bak pebola professional saja. Wah, KEREN… Hee.

“Ran,, dia itu lebih dari sekedar lumayan lho…!“ Dari sebrang bangku terdengar suara Iren.

“Tapi kayaknya dia ada feel deh sama elo“ Tambahnya.

Bagaimanapun aku tak bisa membohongi diriku sendiri, jujur aku mencintainya. Tapi sikapnya belakangan ini…

“Peduli apa aku dengan perasaan orang lain, apa lagi dia. Akh gak penting,!” Sambil enyah dari hadapan Iren.

“Tuk…!” Sepatuku mentok pada bola yang ngegelinding. Entah darimana asalnya.

“Hai,,, Khair…“ Sumber suara membuatku tidak nyaman. Saat kulihat Sem, tanpa pikir panjang.

“Gak sopan, ganti nama orang seenaknya. Lo pikir waktu bikin bubur selametan nama gua ngikut subangan apa“ Buru-buru aku pergi.

“Kesabaranku habis, hatiku sudah cukup sumpek untuk menunggunya. Meskipun emansipasi telah di galakan, tradisi Indonesia yang kalem tidak akan ku hilangkan. Masa bodo, meskipun aku takan memilikinya, karena dia memang tidak pantas untuk mendapatkannya “ Sahut batinku kesal.

“Huh Cinta membuatku sok dramatis“

Dari kejauhan kutatapi wajahnya yang sayu. Aku terus mengulangi kata-kataku. Rasanya sikapku berlebihan untuk seseorang yang tidak bisa mengetahui hatiku. Terlihat Niel mencoba untuk mendekati Sem. Cuap-cuapnya tak bisa ku dengar.

“Sem. Lo yakin?“

“Hehh,,, rupanya perasaannya hanya sampai di sini,!“

“Darimana elo tau, bahkan elo juga gak pernah nanya,?!“

“Gak tau“ Ia berhenti sejenak. “Mungkin karena gue mencintainya “ Kemudian hening sesaat.

“Niel,,,gak akan ada yang lebih tau tentang sebuah hati. Selain perasaan seseorang yang sedang mencintai“ Tambahnya.

“Wah, gila lo…Bagus tuh buat dijadiin kata-kata mutiara tugas B.Indonesia“ Hahaha..

Dua sosok yang sedang beradu pandang itu terlihat begitu senang. Mereka berdua sama-sama tersenyum.

“Mungkin memang sampai di sini“ Tersimpan kekecewaan yang tersembuyikan karena selamanya takan terungkapkan jika tak pernah ada yang berusaha untuk menguaknya.

“Iren pulang yuk,?“

“Yuk,!“

Hari itu Iren mengatakannya. Rupanya Sem memang mempunyai maksud selama ia memperhatikanku, Iren menyadarinya dan mencoba mengetahuinya dari Niel. Dari situ Niel tau temannya itu ternyata mempunyai hati padaku. Untuk orang yang biasa-biasa aja seperti aku dan Sem. Jelas itu membiarkan yang lain tidak tahu apa-apa.

Sayangnya. Sem bermaksud tidak akan mengutarakan perasaannya padaku sampai aku menunjukan perasaanku padanya. Tentu sangat bertolak belakang denganku yang akan menjaga hatiku sampai seseorang yang aku cintai itu memintaku.

Agaknya terlalu dini jika aku memikirkan cinta sampai sedemikian rupa. Mungkin memang waktunya aku belajar dengan serius tanpa cinta yang aku paksakan dirasanya.

Mungkin memang harus berjalan sampai bertemu titik terangnya.tanpa ini itu yang dapat membebankan hidupku. Karena semua yang kita harapkan belum tentu seperti apa yang kita inginkan.

Kualihkan kembali pada buku tugas yang sempat aku abaikan. Dua kali kesalahan menambah dua kali lipat hukumanku.

Yang satu. Tugas yang aku acuhkan, yang kedua tugas yang aku tidak kerjakan juga. Dan sekarang masih dua tugas lagi sebagai tambahannya.

Mataku berbinar. Perlahan tapi pasti. Empat jam sudah menyeleseikan tugasku yang ke-tiga, tinggal satu lagi.

Mengerjakannya tanpa beban saja sudah bersusah payah. Apa lagi jika ditambah banyak pikiran. Bagaimana nilaiku tidak turun secara fantastis.

Bukan hanya pelajaran ini. Hanya saja Pak Yudit beranggapan aku anak paling jago dikelas soal Matematika. Memperhatikanku seperti itu siapapun akan kecewa.

“Termasuk aku” sahut hatiku. menyadari apa yang dilakukan itu tidak terlalu perpengaruh untuk hidupku kelak.

Hanya perasaan semu yang masih bisa berubah. Bukanlah sesuatu yang tidak begitu penting untuk ditukar dengan ilmu yang akan mensejahterakanku dimasa yang akan datang. Tentu itu sangat mahal untuk di pertaruhkan.

Selesei. Tidak ada yang sulit jika sudah kita usahakan. Yang akan menyatakan betul atau salah adalah Pak Yudit. Aku hanya menyeleseikan tugasku untuk mengerjakan kewajibanku.

“Huagh…” Ups, aku menguap tepat jam 11 malam. Lagi-lagi aku belum tidur. Masih karenanya. Tapi kali ini bibirku merekah. Hatiku bener-benar indah. Beginilah akhirnya. Cerita yang ku buat

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

TINTA PUTIH DI LEMBAR HITAM

Bagian 1

“Uhuk,, uhuk” Seyra terbatuk kecil. Rey yang bertanggung jawab membuat seorang gadis dihadapannya tersedak segera mengulurkan sebuah minum dingin bening yang lekas habis setelah disamber oleh Syra.

“Maaf, Jika ada yang salah dengan kata-kata yang tadi” Ucap Rey seraya memastikan tidak ada sesuatu yang perlu dikhawatirkan oleh Seyra karena Rey tidak akan meminta apa yang tidak pantas dia minta.

“Em,, anu. Aku … !!!“ Kalimatnya tergagap. Ada gundukan kebahagiaan yang hampir tidak bisa disembunyikan. Pipinya merona kemerahan, ia mulai malu-malu.

“Aku selalu melihatmu tertunduk“ Syra kehabisan akal. menjamah perasaannya sendiri akibat pernyataan ke dua dari Rey, dan ia terlihat begitu salah tingkah.

“Aku hanya tidak ingin pandanganmu, meluluhkanku“ Jawab Syra singkat. Agaknya, jawaban bijak itu punya kekuatan tersendiri agar ia tetap menjaga perasaannya, sehingga tidak tercurahkan dengan berlebihan.

“Lalu bagaimana tanggapanmu tentang pertanyaanku“ To the point, itulah yang telah dilakukan oleh Rey. Aku yakin posisi Syra benar-benar terpojokan.

“Kamu meminta pendapat tentang sesuatu yang seharusnya kamu sadari jawabannya. Tidak ada seorang perempuan yang terus membantu yang tidak memiliki alasan, tidak ada seorang perempuan yang rela menghabiskan waktu, tenaga bahkan pemikirannya tanpa sebuah alasan. Dan aku bukan seorang perempuan yang bisa melakukan apapun untuk orang lain tanpa sebuah alasan begitupun sebaliknya, jika kamu menganggap itu tindakan seorang perempuan untuk sahabat ataupun sebagai saudara tentu perasaanmu itu juga bukan cinta, karena apa yang aku lakukan seperti cara yang kamu lakukan“ Jawaban yang sangat realistis, Rey hanya terus memandangi Syra dengan kekagumannya sendiri.

“Apa yang akan membuatmu berfikir. Bahwa apa yang kamu lakukan itu hanya dilakukan untuku sehingga aku tau perasaan kita sama“ Rey bukan orang bodoh yang asal bicara cinta. Dan ia punya caranya sendiri dalam mencintai.

“Karena aku melakukan apa yang tidak aku lakukan dengan orang lain” Kali ini Syra yakin atas jawabannya. Ia tidak ragu lagi akan kata-katanya Karena ia menganggap jawabannya adalah benar.

Seperti yang seharusnya. Jika dua insan ingin menjalin sebuah cinta, satu sama lain harus sama-sama dalam posisi mencintai dan di cintai bukan hanya memiliki atau di miliki, agar kita tidak salah dalam mengaplikasikan cinta.

ףּ ףּ ףּ ףּ ףּ ףּ

Keesokan harinya, dua mata itu bertemu pandang kembali. Ada sunggingan senyuman dari keduanya, tapi ada batas jarak diantara mereka. Sebuah pagar besi yang keemasan dimuka rumah Syra. Rupanya Rey hanya berniat untuk melihat Seyra tanpa ada hal lain yang ingin ia dapatkan. kemudian Rey berlalu setelah melewati rumah Seyra untuk melakukan kegiatannya sehari-hari.

Rey bukan sosok laki-laki yang alim. Tapi meskipun begitu ia dapat memperlakukan sesuatu dengan baik Pada Apa yang Menurutnya Baik.

Seperti Seyra. Gadis berjilbab yang senantiasa berdiam diri didalam rumah, yang menurutnya pendiem dan gak banyak tingkah. Sejauh ini Rey mampu mencintai Syra dengan baik.

Di rumah Seyra.

“Syra. apa yang kalian lakukan kemarin?” Tanya diy’n dengan hati-hati. Ia tidak ingin mengusik sahabat terbaiknya itu.

“Apa??, memang menurutmu kita melakukan apa,!“ Jawab Seyra asal sambil belagak centil ala orang alim. Hehehe maksudnya enggak lebay,

“Em.. apa aja. Bisa makan, ngobrol atau..“ Ada penggantungan kalimat dikata-katanya. jelas itu akan menjadikan berbagai macam devinisi tersendiri bagi siapa yang mendengarnya.

“Maksud kamu apa?“ Syra memastikan agar tidak terjadi kesalah fahaman.

“Mungkin ada sesuatu yang tidak aku tahu kamarin“ kalimatnya mulai terdengar serius, menandakan syra harus segera menceritakan pengalamannya kemarin atau dia akan terlihat begitu menyebalkan dimata Diy`n yang berusaha mengetahuinya dengan cara yang sangat baik.

“Rey hanya mengungkapkan perasaannya” Tak ada kalimat selanjutnya. Seyra percaya akan ada banyak pertanyaan setelah ini. Jadi dia tidak harus bersusah payah mengingat-ingat kejadian 20 jam kebelakang. Dan diapun merasa tidak akan sanggup untuk cerita ulang menurut kronologis secara lengkap. dari pada timbul fitnah dia berniat hanya akan menceritakan apa yang dipinta oleh sahabat baiknya itu.

“Apa pendapat mu tentang pernyataannya?“ Kalimat Diy`n membuktikan teori syra benar bahwa akan adanya pertanyaan-pertanyaan lebih banyak.

“Aku hanya berusaha jujur tentang apa yang memang harus dia tau. Tapi hanya dalam batasan itu”

“Apa dia mengajukan pertanyaan lebih“

“Ya. Tapi Hanya sebatas apa yang pantas dia tau.“

“Lalu kalian??“

“Kita akan tetap berteman“

ףּ ףּ ףּ ףּ ףּ ףּ

Di rumah Diy`n.

Hari yang cerah, cicit cuit cicit cuit. Kicauan burung gereja menjadikan suasana pagi lebih bersahabat. Di hatinya Seyra sedang merindu, di harapkannya sang pujaan hati berlintas dihadapannya dan barang kali ia akan singgah semenit, harapnya.

“Seyra, Rey!” Ucap Diy`n. Seyra kembali tertunduk, Mukanya merah padam. Ia tertangkap oleh pandangan Rey. Itu membuat hatinya berdenyar. Rey tidak menghentikan langkahnya. Bahkan dia tak mencoba untuk lebih mempermalukan Seyra. Ia akan selalu menghormati perasaan Seyra yang sangat dicintainya itu.

Sudah satu tahun Syra dan Rey hanya seperti itu. Rey tak pernah komplen pada Syra. Begitupun sebaliknya… Syra tidak pernah meminta hal yang lebih. Menurutnya hubungan ini akan terjalin baik jika tidak berlebihan.

“Aku kangen,,, Diy`n,!” Kalimat pertama syra yang menyatakan perasaan lebihnya pada Rey.

“Aku tau. Kamu juga wanita biasa Ra,!” Diy`n menerawang hatinya. Karena ia juga pernah merasakannya.

“Apa kata-kataku salah,?” Syra sedang memahami sahabatnya, Diy`n.

“Apa yang kamu lakukan itu tidak harus benar. Karena benar bukan berati yang terbaik. Ya kan,!!” Diy`n tak ingin mengubah kebahagiaan sahabatnya itu.

“Tapi… kamu sudah melakukan hal yang terbaik. Insya Allah itu benar” Tambah Diy`n.

“Aku rasa… Rey juga akan berfikir hal yang sama”.. Ucap diy`n memeluk Seya dengan mesra.

“Diy`n….!!!“ Satu pukulan kecil mendarat tepat diubun-ubun diy`n. sahabatnya ini selalu menggoda Seyra dengan Rey.

“Aku becanda!“ Ucap Diy`n dengn sedikit kerlingan mata sebelah kanan. Ia memang sedikit iseng.

Seyra kemudian terdiam, sebelumnya ia telah memberi pelajaran yang sangat berharga pada Diy`n Sahabatnya. Dan satu pukulan lagi untuk kejailannya. Hahaha(dengan hati-hati tentunya)

TO BE CONTINUED

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

TINTA PUTIH DI LEMBAR HITAM

Bagian 2

“Gue pengen kita nikah“ Ucap Diy`n geram dibarengi satu pukulan tepat dipipinya.

“Hah. Untuk apa?“ Jawabnya dengan sinis. Dan mengacuhkan lebam dipipi_nya.

“Lo pikir kenapa?“ Diy`n tak mencoba merajuk, bahkan ini seperti sebuah ancaman.

“Alah, lo gak usah munafik. Ini udah biasa kan?“ Kali ini si cowok benar-benar keterlaluan.

“Bruckkk!“ Tinju terakhirnya amat mematikan, satu serangan menumbangkan lawannya dengan mudah dan….

Wiu,wiu,wiu, ambulan segera datang. HEBAT.

ףּ ףּ ףּ ףּ ףּ ףּ

“Woy. Ayo kesini, akh cemen. Cuma numpang duduk doang, PAYAH!“ Diy`n berlenggak-lenggok pukul 00:01 di tempat yang selalu buka di tengah-tengah jam malam. Jika subuh datang satu papan kecil berukuran 5x10 CM bertuliskan “Close” segera bergantung dipengaih pitu depannya. Gerakan Diy`n ngelantur. Ia sama sekali tak terjaga. Satu tangan yang melingkar ditubuhnyapun tak menyadarkannya. Ishak, sosok yang ia sebut pacar selama kurang dari 6 bulan.

Mau yang mana. Rambut, dahi, hidung, kedua pipi, bibir, leher , Teeet…!!! bagian selanjutnya sengaja kusensor. Ada pebaca -17. tapi +17 pasti tau maksudnya. Hehe,,

Jangankan sekali. Bahkan tiap berganti orang juga.. akh lo tau. Alhasil makhluk ini pun memiliki keberanian untuk melakukannya.

“Tenang beibh. Aku di sampingmu, akan ku pegang tubuhmu agar tidak terjatuh“ Sahut Ishak dengan sangat sadar sembari tersenyum menang.

“Uuh, cayang co cweet. Kamu baik banget deh!“ Diy`n benar-benar sangat tidak sadar. Dan ….

ףּ ףּ ףּ ףּ ףּ ףּ

“Diy`n.Apa kamu mencintai laki-laki yang seperti itu?“ Tanya Seyra. Teman baiknya Diy`n.

Ia. Gue suka banget. Banget!“ Jawabnya kelam. Ia sama sekali tidak mencoba untuk memandang Seyra didepannya. Ia hanya mengingat-ngingat yang ada di hatinya, si Ishak. Seyra menyadari ada sesuatu yang salah pada temannya. Ishak bahkan pernah berhubungan dengan anak paling seksi, berani dan terlihat mudah untuk di temani. Ada kekhawatiran di benaknya.

“Kamu yakin. Dia juga mencintaimu?“ Seyra berusaha menjelaskannya dengan cara yang bisa Diy`n terima.

“Apa maksud kamu? Aku tidak mengerti perkataanmu!“ Diy`n terusik dan Seyra menyadarinya. Jika ia terus memojokan Diy`n, akan lebih sulit untuk memberitahukan bagaimana Ishak dan kekeliruannya kali ini.

“Ishak akan menjagamu Diy`n. Jika ia memang mencintaimu“ Sahut Seyra dengan lrih lalu beranjak pergi.

ףּ ףּ ףּ ףּ ףּ ףּ

BELA DIRI, PENCAK SILAT, KARATE, Telah ia geluti. “Untuk menjaga diri“ dalihnya. Di usianya yang ke-18, ia memang cukup tangguh untuk di jadikan lawan tanding bahkan untuk kaum laki-laki sekalipun. Kekuatannya di akui oleh seluruh pengikut ekstra di sekolah.

Tidak ada yang berani mengganggunya atau sekedar melecehkannya dengan kedipan, sentuhan dan sapaan yang tidak pantas untuk perempuan pada umumnya.

Bahkan Seyra sesekali di jadikannya tempat untuk melakukan sebuah perlindungan. Kalianpun pasti akan salut terhadapnya.

Tapi pada dasarnya sama. Wanita punya hati yang perasa. Setelah ia jatuh cinta ia lupa apa yang pernah ia lakukan dan untuk apa.

“Cakep ya?“ Ujar nya pada Seyra sebelum Ishak mendekatinya.

“Ia“ Jawab Seyra dengan cepat secepat tarikan tangannya pada Diy`n.

“Kamu kenapa sih, Ishak bukan satu-satunya yang cakep di sini“ Seyra kemudian memberikan pendapatnya yang sempat ia cut.

“Tapi gak mudah buat dapetin dia. Keren kan?“ Tepis Diy`n dan masih Memuji Ishak.

Ia. karena gak ada yang mudah untuk di kerjain sama dia“ Seyra menimpali. Kalimat tidak sukanya tak tertutupi.

“Kamu kenapa sih“ Balas Diy`n Geram. Kemudian berlalu.

ףּ ףּ ףּ ףּ ףּ ףּ

“Aduh“ Diy`n mulai merasakan pukulan keduanya. Kemudian berkata,

“Seyra. Kamu beruntung yah bisa mencintai orang yang juga mencintaimu“ Seyra hanya sekilas memandang Diy`n dan terus berjalan ke dalam.

“Jadi kalian bisa sama-sama menjaga satu sama lainnya“ Diy`n melanjutkan. Kali ini Seyra menghentikan langkahnya. Ia mendapati satu kalimat yang mengungkit masalalunya Diy`n. Seyra thanya tersenyum simpul lalu berkata.

“Kita harus benar benar tau siapa yang telah kita cintai, kenapa dan untuk apa. Itu yang aku pikirkan“ Seyra tak ingin membuat sahabatnya bertambah sedih dan menghentikan kalimatnya.

“Cinta itu datang tak di undang. Benarkan?“ Sahutnya.

“Itu sebuah definisi bukan. Bukankah kita yang menyikapinya“ Jawab Seyra dengan bijaksana.

“Aduh..!“ ada sedikt rasa sakit di perutnya. Diy`n melemaskannya di atas sofa yang juga soft banget.

“Aku Bantu, Diy`n“ Seyra kemudian sejajar dengan lutut yang menyangga sebuah perut buncit di bulan tuanya.

“Kamu baik-baik saja Diy`n?“ Seyra meyakinkan keadaan sahabat dan cabang bayinya.

“Aku ingin melahirkan di rumah ini. Bukan Shalih, aku ingin kamu yang menemani persalinanku“ Wajah Diy`n terlihat lelah. Di usia ke-19 ia sudah di hadapkan situasi paling menegangkan sepajang sejarah paerjalanan wanita.

Dr. Sofi telah di panggil. Ada ruangan yang ada di rumah sakit di rumah ini, semua lengkap, bukan hal yang sulit melakukan ini untuk seseorang yang sangat berada seperti Diy`n. Seyra segera memberitahukan ini pada suami Diy`n.

setelah Diy`n menikah untuk syarat kehamilannya dengan Ishak ia segera menggugat cerei dan Shalih yang diam-diam mengagumi Diy`n menyatakan ingin menyempurnakan ibadahnya dengan menikahi Diy`n. Shalih tau Ishak adalah satu-satunya laki-laki yang pernah menyentuh Diy`n. Kesalahan ini terjadi bukan karena Diy`n Tidak sempurna tapi karena tidak ada manusia yang sempurna. Kesalahan tetaplah kesalahan, dan kita akan tetep belajar dari tiap-tiap kesalahan.

Bayi yang mungil, dengan berat 25 Kg tinggi 60 Cm berhasil selamat. Diy`n melewati kebahagiannya dengan setengah kekecewaan.

“Andai Aku berfikir kenapa dan untuk apa aku melakukannya” hening,,,

“Di waktu dan situasi yang seharusnya“ Tambahnya.

THE END

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Mr. Heart

NOVELET
ONe
Di muka computer.

Suara Guntur Terus Bersaut-sautan. Hujan Tak kunjung Reda, tak ku temui sinar matahari di hari ini. Langit benar-benar muram.
Seperti Hatiku,,,

Diary. Kenang aku..
Saved_06’April’2010 ( 20:07:42)
Detik–detik ku,
Pahami betapa kuatnya aku. Menyakiti diriku sendiri,
Tak terjamah lagi kebohongan hati ku,
Tak terangkai lagi rupa rinduku,
Mataku,
Mulutku, betapa susahnya menahan kemelutku.
Dan kamu adalah raibnya waktu.
(Karya Pribadi)
Tuts-tuts keyboard mulai terabaikan. Perhatianku bertumpu pada kalimat-kalimat indah dalam Saved Message di Hand Phone ku. Banyak Curhatan-curhatan berupa puisi yang aku sendiripun takjub dengan gaya bahasanya, entah inspirasi apa hingga aku dapat menciptakannya.
Puisi 2, Yang ditulis dari New Folder Karya ciptaku yang lain.
Ada yang bahagia,
Burung ini tak lagi bersusah payah karena masalahnya.
Ia mencoba agar tetap elok,,
Di dadanya ada sesuatu yang keras…
Ia tertawa, ia tersenyum, dan ia gembira.
Matanya sayu nanar,
Hatinya tanah lapang bidang.
Ia terus,
Cicit, cuit…
Cicit, cuit…sambil. membawa hujan di rumput kering,
( Karya Pribadi)
Saved:
09:58:13
02 03 2010
Kali ini haruku menyeruak dan mengaliri dadaku dengan perasaan bercampur. Sakitku, pedihku, senyum dan kebahagiaan.
Ada maksud dalam puisi-puisi itu, ditiap puisi tidak tertera judul tapi selalu kuakhiri dengan tulisan “(Karya pribadi)”. menurut satu temanku puisiku itu seperti karya-karya sastra lama, jadi tanpa mengurangi rasa hormat dan rasa kagumku pada penyair dan sastrawan yang terdahulu aku ingin mengenalkan inilah diriku, karyaku dengan gaya bahasaku. Semua itu bukan hanya merupakan sebuah imajinasi tapi keluar dari hati(Baca:Pengalaman).
TWo
Senin, Di muka computer.
.

1,2,3
Menit ke empat menyadarkan ku. Ku tatap monitor didepan ku. Screen sever menjadikan background 252859275_a016765549 bergambar garra itu lenyap menjadi tiga dimensi yang tak berujung. Ku goyang-goyang Mouse, Document–Microsoft Word aktif lalu kuarahkan kursor pada huruf terakhir yang ku ketik.
Enggak jauh-jauh dari tulisan diHand phone ku kemarin, karena yang aku tulis dikomputer ku adalah Cerita Pendek yang selalu aku buka dengan puisi-puisi seperti salah satu penulis terkenal yang entah aku sendiripun lupaJ
Atma, kalimat terakhir yang ada disamping kursor. Tokoh yang ku buat dari sosok Satya. Laki-laki yang telah membuatku menghasilkan penggalan-penggalan suatu karya. Dan ini salah satunya.
Drrrrrttt,,,Tiba-tiba Hatiku Bergetar hebat, Hand Phone ku berada dekat tepi meja. Sontak aku kaget dan reflek menangkapnya sebelum menyentuh lantai dan menjadikannya puing-puing mungkin.
“Halo, Assalamu’alaikum??“ Ucap Satya Dengan Suara Khasnya. Jelas aku tahu siapa sumber suara tanpa adanya pemberitahuan, karena perasaankulah yang menjadikan suaranya begitu khas dihidup ku.hehe
“Wa’alaikum Salam Satya“ Hatiku miris. “Akan ada yang buruk” Sahut hatiku.
“Aku ingin kamu yang menemui Faza?“ Lagi-lagi hatiku bergetar hebat. Entah pemikiran seperti apa yang dapat ku jadikan alasan perbuatannya.
“Tapi Satya. Faza sendiri acuh tak acuh, bagaimana aku…”
Tutt,,tutt,,tutt,, komunikasi diputus sepihak.
Derai air mataku membuncah, dadaku sesak merasakannya. Hatiku bagai teriris, sakit. Segera kuhubungi pemilik nomor 081991110446.
“Alaya ???“ Ucap aku ketika telfonku terjawab.
“Sivilia, ada apa?“ Mungkin ia mendapati ada keanehan pada suaraku. Ia terdengar begitu khawatir, memikirkan itu tiba-tiba ku tahankan perasaanku dan mencoba menguasai emosi ku.
“Akh, enggak. Gi paen Ya ?“ Dalih aku diikuti dengan sedikit guyonan.
“Sivilia. Aya pikir Vilia kenapa…!“ Ia tertipu. Ia tak menyadari aku telah membohonginya.
“Em,, Ya udah deh. Dah ya ?!“ Tutt,,,, aku tidak peduli apa yang akan dipikirkan olehnya. Aku terlalu bingung untuk bersikap. Aku terlalu sering melibatkannya ditiap permasalahanku, hampir semua permecahan ada padanya. Kali ini aku hendak melakukannya sendiri meskipun aku tidak yakin aku bisa.
Three
Esoknya. Di muka computer

Mataku kembali memandangi layar monitor yang ku acuhkan, mengetik beberapa kata atau sebuah kalimat. seperti menulis diary yang kini menjadi sebuah cerpen.
Hampir selesei dibagian pertama, Tapi aku terhenti untuk mengingat kejadian selanjutnya.
“Akh, aku lupa,!“ Sahut hatiku. Terpaksa aku harus membaca ulang cerpenku untuk menerawangi memoriku pada waktu itu.
Judulnya berupa tiga tanda Tanya dan satu tanda seru, entah maksudnya apa. Tidak ada yang special, karena tak ada satu kalimat yang cocok dengan ceritaku. Terlalu abstrak dan tidak mudah untuk dimengerti.
Aku mengulas kisah lamaku, Aku terlalu mengingatnya untuk aku lupakan. 17 September adalah hari itu. Saat Satya memutuskanku, Dari situlah cerita pendek ini dimulai.
“Aku tidak ingin menyakitimu lagi, lebih baik semuanya sampai disini,!“ Kalimat pertama dicerpenku. Hatiku berdenyar, hatiku masih merasakan sakitnya.
“Gak. Gak mau. Aku gak mau diputusin,!“ Jawabanku waktu itu membuatku kalut. Mengingat sikap satya sekarang rasanya tidak pantas aku melakukan itu untuknya ketika itu.
Ku baca satu persatu dengan cermat. Ku hayati dengan sungguh-sungguh, sesekali aku menangis, kemudian tertawa lalu terdiam.
Satya memutuskanku ketika kita sedang bermasalah. Aku marah padanya, ia yang memulai semuanya. ia mencoba membuatku kesal untuk menghidupkan suasana yang mulai membosankan. Tidak ada hal yang terlalu serius di antara kami. Kami berdua terlalu setia untuk melakukan perselingkuhan, kami terlalu sama untuk adanya perselisihan dan kita terlalu saling mencintai untuk melakukan sedikit kesalahan kecuali kita sama-sama sulit untuk mengkomunikasikan satu sama lain. Itu yang membuatnya melakukan banyak hal, aku sendiripun merasa tidak pernah berbuat banyak.
Tiba-tiba keputusannya itu terjadi, Hatiku sangat menolak. Apa ia melakukan ini agar aku sedikit bertindak untuknya? Melakukan sesuatu untuknya?
FOur
Esoknya Lagi, di muka computer.

Prosesi putusan telah selesei. Alur ke dua setelah putusan, Namanya Vina tokoh yang aku ambil dari sosok Faza. Mantan Satya sebelum bersamaku. Disinipun aku tak mengerti, satya berkali-kali bercerita tentang Faza yang telah menyakitinya, bagaimana ia bisa berfikir untuk bersamanya lagi.
“Lian. Atma bareng lagi sama Vina“ Lian adalah tokoh utama dalam cerpenku dari sosok diriku sendiri, Aku menambahkan tokoh pembantu dalam cerpenku yang ku namakan Isya, yang menyatakan kalimat tadi. Maklum cerpen itu kan fiksi jadi nyempil imajinasi dikit. Hehehe.
Sebelum aku melanjutkan cerita selanjutnya. Aku Teringat Satya, Ia menelponku agar aku menemui faza. Bagai mana aku bisa melakukan itu. Lalu untuk apa? Apa aku ikhlas jika faza dan satya kembali?
Kejadian itu membuyarkan konsentrasiku. Oh…tidak, terlalu sering mengulang cerita justru akan membuat otak mengingat kata dan alur yang sama. Bagaimana karya kita terlihat bagus, sebelum selesei aja udah bosen duluan.
Aku berhenti membaca. Meskipun begitu aku tidak akan menyia-nyiakan karya yang udah aku buat, Walaupun baru sebagian.
Sebelum menutup lembar kerja yang sedang aktif. Ku save terlebih dahulu untuk mempermudahkan aku saat berminat melanjutkannya kembali.
Klik File, save/CTRL+S, File name and save.
FIve
Kamis, di muka computer..

Lagi-lagi aku mengalihkan pandanganku pada Hand phone NOKIA 6070 Millik ku. Ku buka folder message Satya Saat ia masih bersamaku, beberapa sudah kuhapus karena aku begitu emosi kepadanya. Itu juga tinggal message yang ada diItem tersimpan yang lupa kuhapus.
Aku memandanginya dengan serius. Dan membacanya satu-satu lalu teringat kembali semua masalalu itu. Sebelum amnesia sesaat kambuh aku kembali menatap layar monitor komputerku yang belum ku tutup, hanya baru disimpen aja. Setelah berkali-kali berfikir tapi tidak mendapatkan ide.
Aku tak kuasa mendengar kabarnya. Aku sangat menolak kejadian yang Ais ceritakan, Ku benamkan dalam-dalam wajahku pada bantal dan guling. Ais tetap menceritakan apa yang diketahuinya. Aku tak dapat melihat gimik mukanya tapi dari suaranya ia terlihat sungguh-sungguh ingin menceritakannya.
“Bagaimana Lian?“ Tanyanya kemudian karena ia tetap tidak mendapatkan pandanganku setelah berhasil menceritakan apa yang telah ia ketahui.
“Lian…!“ Ais memelas. Ia ingin aku menghargai usahanya, sekedar untuk menatapnya mungkin.
“Ais…??!“ Ku tengadahkan wajahku dengan setengah membungkuk. Wajahku dipolesi air mata dan makeup yang acak-acakan. bukan itu yang aku hawatirkan. Tapi aku malu tengah membela cowo yang jelas-jelas sangat menyakiti diriku sendiri.
“Atma tidak seperti itu,!“ aku tidak yakin.
Lagi-lagi cerpenku terhenti. Tak ada kata-kata diotakku, sudah benar-benar mentok,!
“Apa karena aku seorang pemula ya, Jadi belum bisa menguasai tekniknya. Sebentar-sebentar dapet ide buat nulis sebentar-sebentar blank“ aku ngomel-ngomel sendiri. Tapi cerita yang ku tulis kini berada tepat pada kenyataanya. Ditengah tulisanku aku terus-terusan mengguyurkan air mataku, sesekali aku terisak dan menengadahkannya. Aku benar-benar masuk didalam ceritaku dan cerpen itu adalah perasaanku.
SIx
Jum`at, di muka computer

Drttt!!! Hand phone ku bergetar. Kali ini aku tidak hawatir akan terjatuh, pengalaman pertamaku sebelumnya tidak membiarkanku jatuh ke lubang yang sama. Hand phoneku berada ditengah-tengah meja. Jadi jauh dari kecelakaan hancur. Hihii
Temui aku di SD. NOW
Akh, Satya akhir akhir ini selalu membawa kabar buruk. Kenapa ia berusaha untuk selalu menyakitiku. Dan bodohnya aku adalah, aku tetap sangat merindukannya.
Mau ngapain c?
Balasku pada message Satya. Aku tidak yakin akan menolaknya, tapi setidaknya harus ada alasan ia bersikap seperti itu.
Akan ada Faza & aku.
Kalimat Faza membuatku enggan. Meskipun begitu aku tetap mengikuti Satya.
Kali ini komputer kumatikan. Save lagi, karena tadi sempet di edit. Baru keluar dari aplikasi. Mengklik Start, Turn off computer and turn off lagi. Aku segera berbenah dan bersiap-siap untuk melakukan permintaan Satya.
Mau ngapain c?
SMS aku sebelum benar-benar selesei.
No, coment.
Balasnya.
Gak nyampe setengah jam. Aku duduk dibawah pohon Sekolah Dasar yang Satya maksudkan. Tempat sekolah aku dan Satya sewaktu masih kecil.
Aku mengingatnya. Ia kakak kelasku disini, tapi baru dua bulan terakhir ini aku mengenalnya sampai pada sebuah hubungan yang sangat dekat. Ia juga sempat menjadikan tempat ini dalam acara KATAKAN CINTA_nya kepada ku. Lalu akan ia jadikan tempat ini untuk apa lagi.
Aku mendapati sosoknya. Rupanya ia telah menunggu, ada sosok yang semula membuatku enggan kini berada disampingnya.
“Duduk Sat…!“ Aku mepersilahkannya. Karena berdiri akan jauh lebih tidak nyaman. Jika mengingat banyaknya yang akan terjadi, berdiri pasti membuat kaki pegal.
“Aku ingin meminta maaf Sivilia!“ Faza membuka pembicaraan.
“Loh ko. Mba yang minta maaf?“ Faza dan Satya satu angkatan, lebih enak memakai kata ganti nama. Lagipula aku sangat menghindari namanya.
“Karena aku yang mengusulkan rencana ini“ Faza pada posisi berdirinya. Mungkin ia berfikir hanya Satya yang aku perkenankan untuk duduk, padahal gak gitu-gitu banget. Aku Cuma terlalu bingung bersikap pada seseorang yang berada pada posisinya itu. Diantara aku dan Satya tentunya.
“Satya yang akan menjelaskan semuanya. Lagipula aku pikir kalian memang harus bicara“ Ucap faza. Sesaat kemudian ia mengakhiri kehadirannya.
“Satya. Aku sampai disini dulu, menurutku akan lebih baik jika kamu yang menjelaskannya. Mungkin ini sangat berarti untuknya, maka berikanlah langsung kepadanya Satya“ Faza bersalaman dan lekas pergi.
Aku dan Satya mematung seperti biasa, tidak ada yang berusaha untuk memulai. Aku juga berada pada pemikiranku sendiri.
“Apa yang harus ku lakukan? Apa yang mestinya aku katakana? Bagaimana memulainya agar bisa lebih baik?. Seharusnya aku seperti apa? Tapi…. Aku kan cewe, malu, gak baik duluan. Lagi pula dia cowo, harusnya mendahului. Ia jugakan yang memulai, seharusnya ia yang mengakhiri semuanya“ Seperti telah mengucapkan banyak hal, padahal tetap direkat dalam-dalam.
Satya tetap bungkam, Aku sangat kecewa. Ia benar benar merusak suasana. Padahal untuk bertemu dengannya persiapannya sangat sulit. Aku selalu memperhatikan penampilan dan imageku sebagai cwe agar ia tidak Ilfeel saat bersamaku. Untuk menahan gejolak perasaankupun aku harus sempoyongan. Dan setelah aku berusaha dengan sedemikian rupa aku hanya mendapatinya tak bergeming, menyebalkan.
“Aku sangat mencintaimu. Itu jujurnya!“ Ucapnya kemudian.
“Apa?“ Aku tersentak, Sungguh tak percaya. setelah apa yang ia lakukan dalam menyakitiku. Terdengar kalimat yang seakan membuat jantungku berhenti berfungsi.
“Aku akan menceritakan kekonyolanku!“ Satya tetap menghindari kedua bola mataku, Aku terbantu dengan keputusannya. Pandangannya akan membuatku tidak karuan. Pasti nervous abiezz.
“Baiklah akan aku dengarkan“ Kupandang lekat-lekat wajahnya. Aku hampir tidak percaya aku amat sangat merindukannya, ada gundukan kerinduan didadaku yang tertahankan sebelumnya.
SEVen
Jum`at malam, di muka computer.

Hampir tak ku percayai, Jika akan seperti ini jadinya. ku nyalakan komputerku dengan segera.
Sebelum memulai menuangkan semua yang sudah penuh dalam hatiku. aku mencoba membaca novel mini karya Habiburrahman El- Shirazy agar perasaanku tidak menguasai penulisanku. Biasanya perasaan bahagia akan membuatku tidak bisa mengungkapkan situasi sulit sebelumnya, seperti pada sifat manusia pada umumnya. Ketika susah, inget semua detile tentang cerita suka dukanya, karena kita berusaha mengeluarkan kesukaran didalam hati kita sendiri. Tapi sebaliknya, kebahagiaan membuatku lupa segalanya. Jangankan kronologis ceritanya, inget sama ceritanya juga enggak. Mana bisa inget disaat kebahagiaan telah menyeruak dan menguasai emosi kita. Gak senyum-senyum sendiri juga udah bagus.
Setelah menyelesikan membaca satu novel mini karangan penulis kondang tentunya. Hati ku mulai bisa ku raba.
“Atma tidak seperti itu!“ Aku tidak yakin, Adalah kalimat terakhir dicerpenku.
Ku buat cerpen itu seperti sebelum aku mengetahui semuanya. Ku tulis kalimat-kalimat précis yang pernah ada dengan bahasaku sendiri.
Kuceritakan. Setelah Isya tokoh pembantu yang Fiksi itu berhasil membuat Lian sebagai diriku percaya dengan ceritanya. Isya menjadi penuntunku untuk melakukan ini dan itu. Di situ ku rangkaikan beberapa adegan yang menjadi anti klimaksnya. Akibat dari cerita yang Isya paparkan, Lian sangat kalut dan tidak bisa berfikir dengan jernih. Sikapnya mempermudah Isya memaparkan yang di harapkannya. Isya menyarankan Lian agar bertemu Atma tokoh yang aku ambil dari sosok Satya. ISya meminta Lian untuk mengeluarkan kemarahannya dan apa yang Lian rasakan pada Atma. Dengan kondisi Lian yang sangat rapuh Isya berhasil mempengaruhi Lian dan segera mengikuti instrumennya.
Sesekali aku berfikir. Kemudian melanjutkannya lagi.
Sayang Lian terlalu bingung dengan fikrannya sendiri. Lian hanya mengikuti aba-aba Isya tanpa pikir panjang akan bersikap seperti apa nantinya, keputusan itu tidak membuat situasinya bertambah baik. Lian hanya mengomentari apa yang dilakukan oleh Atma dan tidak mengikuti perintah Isya yang lainnya untuk mengungkapkan perasaannya dan pendapatnya terhadap sikap Atma kepada Lian.
“Aku gak percaya kamu bisa ngelakuin ini. Kamu seneng udah ngelakuin ini. Apa kamu seneng balikan sama Faza, kenapa gak bilang aja. Kenapa aku harus denger dari orang lain. Inikah alasan kamu saat memutuskanku. Apa ini cara terbaikmu untuk menyeleseikan semua masalah kita“
Sikap seperti itu. Aku mengenangnya lagi, berusaha memahami diriku sendiri pada saat itu dan kembali mengetik tuts-tuts keyboard ku lagi.
Aku berusaha tidak mengetahui apa-apa didalam ceritaku sendiri dicerpen itu. Aku tetap menulis kronologisnya dengan ending dibelakang, aku ingin memakai alur maju disini.
Bla-bla-bla
Baru setelah konflik mencapai klimaks. Tiba saatnya aku untuk mengakhiri kegelisahanku sendiri dicerpenku. Disini jugalah kearifan seorang penulis diuji, bagaimana aku harus memberikan sebuah ibrah dalam Fiksi ku itu. Aku berfikir keras, yang aku tulis bukanlah cerita pribadi yang ku nikmati sendiri. Tentunya aku dituntut tidak egois untuk karyaku sendiri. Harus ada yang dipenuhi dalam penulisan.
Lalu ku buat ending seperti ini.
Di tengah kebingunganku. Atma memberikan penjelasan yang sangat memukau.
“Lian. Jujur, Atma sangat mencintaimu“ Ucapnya kemudian
“Apa?“ aku tersentak, Sungguh tak percaya. setelah apa yang Atma lakukan dalam menyakiti hatiku. Terdengar kalimat yang seakan membuat jantungku berhenti berfungsi.
“aku akan menceritakan kekonyolanku!“ Atma tetap menghindari kedua bola mata ku, aku sangat terbantu dengan keputusannya. Pandangan Atma akan membuatku tidak karuan. Pasti nervous abiezz.
“Baiklah akan aku dengarkan“ Kupandang lekat-lekat wajah Atma. Aku hampir tidak percaya bahwa aku amat sangat merindukan sosok Atma, ada gundukan kerinduan didadaku yang ditahankan.
“Ia, Aku memang sangat mencintaimu. Itu yang membuatku bisa melakukan ini, aku takut keadaan biasa-biasa saja akan membuatmu semakin menjauh“ Ada butiran bening menerobos dipojok kedua mata Atma.
“tapi tidak ada yang bisa aku lakukan untuk mempertahankanmu lagi “ Kali ini Atma memalingkan wajahnya. aku mengikuti gerakan Atma yang terus menghindariku, ada yang ingin aku ketahui dari raut Atma yang kucintai.
“Atma“ Aku mencoba menguatkan. Atma tak jua menyambut tatapanku, ia terlalu takut.
“Mendapati dirimu, aku sangat bersyukur Lian. Kamu akan ku jaga dengan baik, insya Allah lahir dan batin. Aku membiarkanmu selalu berjarak denganku, membiarkanmu sedih dan bahagia sendiri, bukan karena hanya kamu yang memiliki cinta itu. Sungguh perasaanku juga begitu besar padamu“ Lagi-lagi Atma memotong kalimatnya. aku semakin ingin tau, kata-kata Atma menyadarkanku. Betapa agresifnya aku sebelumnya untuk mendapat responnya. aku teringat saat ia menolak disentuh badannya saat aku hendak menepuk punggungnya. aku tau ia sangat menjaga diriku.
Cerita ini fiktif, seperti judulnya “Fiksi“. dikehidupan nyata Satya hanya menjelaskan Faza ingin menebus kesalahannya dengan membantu Satya mengetahui seberapa besar aku mencintainya.
Aku pikir selama ini hanya aku yang merasakan cinta yang tidak berkesudahan, bukankah itu pengorbanan yang begitu besar untuk seseorang yang dianggap biasa-biasa saja seperti Satya.
Satya ingin tau reaksiku dari apa yang ia lakukan. Menurutnya ia sangat puas, ia terlalu takut cinta yang sedemikian rupanya padaku hanya ada disatu pihak. Setelah mendapati aku seperti yang diharapkannya ia baru sadar rasa takutnya yang menjadikan aku tidak memiliki perasaan yang sama seperti dirinya.
Setelah kita mencoba mengkomunikasikannya. Baru diketahui apa yang udah kita berdua lakuin. Tanpa sepengetahuan kita, ternyata telah banyak pengorbananan keduanya. Satya yang aku pikir acuh dengan semua tentang diriku pada kenyataannya selalu mencari tau dari orang-orang terdekatku. Dan sebenarnya dibalik sikap dinginku padanya perhatianku tidak pernah luput untuknya.
Oh..god,thanks
Akan ku buat ending di cerpenku jauh lebih baik, dengan lebih dramatis dan bernilai. Ada yang aku dapat dari pengalamanku.
“Aku minta maaf“ Aku mendapati perasaan Atma dengan baik, bahkan aku terlihat paling bersalah disini.
“Aku bingung bagaimana bisa memilikimu dengan baik. Saat aku memutuskannya, kamu berubah Lian“ Atma terdengar hati-hati. ia mencoba menyeleseikan masalahnya kali ini agar sesuai harapannya.
“Aku…“ aku yang merasa tidak tau apa-apa ingin membela diriku sendiri. Tapi lagi-lagi hanya tersimpan di dalam hati dan masih dalam diam.
“Aku tau kamu menghargai diriku Lian, Kamu berusaha untuk membuatku senang. Tapi bukan itu yang sedang aku pikirkan. Aku bersungguh-sungguh ingin mendapatkanmu nanti“ Kalimat Atama kali ini membuatku tidak bisa manut-manut saja. aku mencoba menerka kegalauanku.
“Maksud kamu apa Atma?“ Meskipun kalimat ini tidak sepenuhnya perfect sebagai sebuah pertanyaan yang sedang diajukan. Setidaknya aku bisa mendapatkan jawaban dari kata-katanya.
“Aku tidak ingin mnjadikanmu sebagai pacar. Tapi sebagai pendampingku kelak Lian“ dek… dek… dek…
Aku yang menulisnya jadi merasakan sendiri gimana menjadi Lian. Wah…so sweet banget, gak gombal. Tapi romantis….hehehe, aku memuji diriku sendiri.
“Kamu adalah seorang wanita yang pandai menjaga Image dirimu sendiri, pandanganmu terjaga. Tak ada laki-laki yang pernah berhasil menyentuhmu sebelumnya. Bagaimana mungkin kamu membuang itu saat bersamaku. Kenapa kamu tidak membiarkanku sebagai laki-laki yang terhormat telah menjaga kesucianmu itu“ Atma menangis. aku tersentak dengan kata-kata Atma, aku semakin jatuh dalam cintanya dengan merasa berdosa.
“Atma benar. 18 tahun lebih aku menjaga semuanya, tapi dua bulan terakhir membuat tahun sebelumnya jadi sia-sia. Cinta membuatku berani mencurahkan perasaanku yang seharusnya ku jaga, cinta membuatku berlebihan dalam bersikap untuk mendapatkan sambutan baik darinya. Bagaimana aku lupa, bagaimana bisa aku seperti ini“ aku tertunduk. aku malu dengan diriku sendiri,aku malu dengan tingkahku dan aku malu dengan cintaku.
Atma akhirnya memandangku. Di tegakkannya badan yang sebelumnya membelakangiku. Matanya tajam didua bola mataku. Dengan tegasnya ia berkata:
“Isya Adalah saksi cintamu padaku didunia ini. Tindakanmu membuatku yakin tentang kebenaran cintaku juga padamu Lian“ kali ini aku tertunduk ragu. Akan ada apa? Akan bagai mana? Lagi-lagi aku berfikir sendiri.
“Ikhlaskah engkau Lian. Jika kita berjodoh??“ Lidahku kelu. Entah beban apa yang jadi pertimbangan beratku. Apakah cinta tidak cukup untuk menjawab pertanyaannya.
“Keputusanku adalah ini. Jika memang engkau siap dengan pertanyaanku sekarang. Tidak akan terjadi apa-apa setelah ini “ Atma kembali memotong kalimatnya. Itu membuatku sedikit terbiasa.
“Tapi jika ada yang harus menunggu. Persiapkanlah dirimu untuk kejadian-kejadian selanjutnya“ kalimatnya terhenti.
“Apa?“ kebingungan menyelimutiku. Kenapa hatiku ragu ketika ia bertanya tentang kebenaran hatiku. bukankah aku yang selalu mengumbar perasaanku padanya. Bagaimana mungkin untuk sekedar mengungkapkan kesanggupankupun aku merasa tidak siap.
“Atma“ Kali ini aku mencoba untuk berkata-kata.
“Mungkin aku harus menelaah hatiku dulu dengan baik, Aku merasa cintaku terlalu berlebihan padamu. Mungkin ini juga benang merah dari masalahnya” Sesekali pandanganku goyah. Tapi ia membiarkanku untuk membuat suatu keputusan.
“Aku takut cinta ini akan berubah jadi benci, bukankah cinta dan benci adalah satu mata uang yang bertolak belakang. Bahkan terlalu tipis untuk satu helai kulit bawang“ Bingung, bingung, bingung. Aku ingin jawabanku tidak salah, dan itu membuatku sangat hati-hati untuk melanjutkannya.
“Allah maha pembolak balik hati manusia. Jika perasaan ini benar maka akan ada untuk selamanya“ Kalimatku kemudian. Kali ini aku takut ia akan berfikir ucapanku adalah sebuah penolakan. Aku takut ia berfikir… ”Akh, aku yang sedang banyak berfikir“ Sahut hatiku lagi.
“Lalu bagaimana?“ Atma memojokanku. Entah kejadian seperti apa yang seharusnya terjadi, karena aku sendiri bingung ingin seperti apa nantinya.
Aku mulai menerawang jauh. Lamunanku bertemu pada masa yang belum ku jejaki. Cerpenku semakin sulit kuakhiri.
”Bagaimana ini“ Gerutuku dalam hati. aku mengingat-ingat situasi cerpenku dan mencoba menjadi Lian.
“Jika Atma benar-benar Satya, Dan aku adalah Lian. Apa yang akan aku lakukan ? “
“Satya, Agaknya kali ini aku sangat egois. Aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu. Tapi aku ingin engkau tetap meminta jawabanku “ Aku menghayalkan menjadi Lian.
“Tidak sekarang, mungkin nanti,! Tapi janjiku bukan berarti akan seperti apa yang kita rencanakan “ …

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
░░░░░░░░░░░░░░░░░▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓

Cari Blog Ini

Entri Populer

KOMIK YANG MEMBERIKU INSPIRASI, IDE BAGUS DAN BANYAK SYARAT MAKNA!!!!!!!!!!!!

KOMIK YANG MEMBERIKU INSPIRASI, IDE BAGUS DAN BANYAK SYARAT MAKNA!!!!!!!!!!!!
Special Komik Ku,



EmJe`S World

Miftahul Jannah(EMJE),,,

“Aku adalah seorang perempuan yang ingin mengenal dan dikenal oleh seorang laki-laki,

Aku adalah seorang teman yang ingin menjadikan dan dijadikan sebagai sandaran hati,

Aku adalah Seorang saudara yang ingin mencontoh dan dicontoh oleh mereka saudara-saudaraku yang baik hati,

Aku adalah seorang murid yang ingin belajar dan diajar dengan guru-guruku saat ini,

Aku adalah seorang anak yang ingin berbakti dan diabdi keluargaku sampai nanti,

Dan aku seorang penulis yang ingin memberi dan diberi pada saat nanti,

Aku adalah seorang hamba yang terus berdoa pada Sang Rabbi sampai akhir hayatku nanti”


Aku… Seorang manusia biasa yang tak luput dari kasih dan mengasihi…


_________________

ємЈΞ