[Lentera ….ємЈΞ]


Baca dengan hatimu, lalu berikan isinya padaku (Ku tunggu! Koment-y!!!) ~,~


Mr. Heart

NOVELET
ONe
Di muka computer.

Suara Guntur Terus Bersaut-sautan. Hujan Tak kunjung Reda, tak ku temui sinar matahari di hari ini. Langit benar-benar muram.
Seperti Hatiku,,,

Diary. Kenang aku..
Saved_06’April’2010 ( 20:07:42)
Detik–detik ku,
Pahami betapa kuatnya aku. Menyakiti diriku sendiri,
Tak terjamah lagi kebohongan hati ku,
Tak terangkai lagi rupa rinduku,
Mataku,
Mulutku, betapa susahnya menahan kemelutku.
Dan kamu adalah raibnya waktu.
(Karya Pribadi)
Tuts-tuts keyboard mulai terabaikan. Perhatianku bertumpu pada kalimat-kalimat indah dalam Saved Message di Hand Phone ku. Banyak Curhatan-curhatan berupa puisi yang aku sendiripun takjub dengan gaya bahasanya, entah inspirasi apa hingga aku dapat menciptakannya.
Puisi 2, Yang ditulis dari New Folder Karya ciptaku yang lain.
Ada yang bahagia,
Burung ini tak lagi bersusah payah karena masalahnya.
Ia mencoba agar tetap elok,,
Di dadanya ada sesuatu yang keras…
Ia tertawa, ia tersenyum, dan ia gembira.
Matanya sayu nanar,
Hatinya tanah lapang bidang.
Ia terus,
Cicit, cuit…
Cicit, cuit…sambil. membawa hujan di rumput kering,
( Karya Pribadi)
Saved:
09:58:13
02 03 2010
Kali ini haruku menyeruak dan mengaliri dadaku dengan perasaan bercampur. Sakitku, pedihku, senyum dan kebahagiaan.
Ada maksud dalam puisi-puisi itu, ditiap puisi tidak tertera judul tapi selalu kuakhiri dengan tulisan “(Karya pribadi)”. menurut satu temanku puisiku itu seperti karya-karya sastra lama, jadi tanpa mengurangi rasa hormat dan rasa kagumku pada penyair dan sastrawan yang terdahulu aku ingin mengenalkan inilah diriku, karyaku dengan gaya bahasaku. Semua itu bukan hanya merupakan sebuah imajinasi tapi keluar dari hati(Baca:Pengalaman).
TWo
Senin, Di muka computer.
.

1,2,3
Menit ke empat menyadarkan ku. Ku tatap monitor didepan ku. Screen sever menjadikan background 252859275_a016765549 bergambar garra itu lenyap menjadi tiga dimensi yang tak berujung. Ku goyang-goyang Mouse, Document–Microsoft Word aktif lalu kuarahkan kursor pada huruf terakhir yang ku ketik.
Enggak jauh-jauh dari tulisan diHand phone ku kemarin, karena yang aku tulis dikomputer ku adalah Cerita Pendek yang selalu aku buka dengan puisi-puisi seperti salah satu penulis terkenal yang entah aku sendiripun lupaJ
Atma, kalimat terakhir yang ada disamping kursor. Tokoh yang ku buat dari sosok Satya. Laki-laki yang telah membuatku menghasilkan penggalan-penggalan suatu karya. Dan ini salah satunya.
Drrrrrttt,,,Tiba-tiba Hatiku Bergetar hebat, Hand Phone ku berada dekat tepi meja. Sontak aku kaget dan reflek menangkapnya sebelum menyentuh lantai dan menjadikannya puing-puing mungkin.
“Halo, Assalamu’alaikum??“ Ucap Satya Dengan Suara Khasnya. Jelas aku tahu siapa sumber suara tanpa adanya pemberitahuan, karena perasaankulah yang menjadikan suaranya begitu khas dihidup ku.hehe
“Wa’alaikum Salam Satya“ Hatiku miris. “Akan ada yang buruk” Sahut hatiku.
“Aku ingin kamu yang menemui Faza?“ Lagi-lagi hatiku bergetar hebat. Entah pemikiran seperti apa yang dapat ku jadikan alasan perbuatannya.
“Tapi Satya. Faza sendiri acuh tak acuh, bagaimana aku…”
Tutt,,tutt,,tutt,, komunikasi diputus sepihak.
Derai air mataku membuncah, dadaku sesak merasakannya. Hatiku bagai teriris, sakit. Segera kuhubungi pemilik nomor 081991110446.
“Alaya ???“ Ucap aku ketika telfonku terjawab.
“Sivilia, ada apa?“ Mungkin ia mendapati ada keanehan pada suaraku. Ia terdengar begitu khawatir, memikirkan itu tiba-tiba ku tahankan perasaanku dan mencoba menguasai emosi ku.
“Akh, enggak. Gi paen Ya ?“ Dalih aku diikuti dengan sedikit guyonan.
“Sivilia. Aya pikir Vilia kenapa…!“ Ia tertipu. Ia tak menyadari aku telah membohonginya.
“Em,, Ya udah deh. Dah ya ?!“ Tutt,,,, aku tidak peduli apa yang akan dipikirkan olehnya. Aku terlalu bingung untuk bersikap. Aku terlalu sering melibatkannya ditiap permasalahanku, hampir semua permecahan ada padanya. Kali ini aku hendak melakukannya sendiri meskipun aku tidak yakin aku bisa.
Three
Esoknya. Di muka computer

Mataku kembali memandangi layar monitor yang ku acuhkan, mengetik beberapa kata atau sebuah kalimat. seperti menulis diary yang kini menjadi sebuah cerpen.
Hampir selesei dibagian pertama, Tapi aku terhenti untuk mengingat kejadian selanjutnya.
“Akh, aku lupa,!“ Sahut hatiku. Terpaksa aku harus membaca ulang cerpenku untuk menerawangi memoriku pada waktu itu.
Judulnya berupa tiga tanda Tanya dan satu tanda seru, entah maksudnya apa. Tidak ada yang special, karena tak ada satu kalimat yang cocok dengan ceritaku. Terlalu abstrak dan tidak mudah untuk dimengerti.
Aku mengulas kisah lamaku, Aku terlalu mengingatnya untuk aku lupakan. 17 September adalah hari itu. Saat Satya memutuskanku, Dari situlah cerita pendek ini dimulai.
“Aku tidak ingin menyakitimu lagi, lebih baik semuanya sampai disini,!“ Kalimat pertama dicerpenku. Hatiku berdenyar, hatiku masih merasakan sakitnya.
“Gak. Gak mau. Aku gak mau diputusin,!“ Jawabanku waktu itu membuatku kalut. Mengingat sikap satya sekarang rasanya tidak pantas aku melakukan itu untuknya ketika itu.
Ku baca satu persatu dengan cermat. Ku hayati dengan sungguh-sungguh, sesekali aku menangis, kemudian tertawa lalu terdiam.
Satya memutuskanku ketika kita sedang bermasalah. Aku marah padanya, ia yang memulai semuanya. ia mencoba membuatku kesal untuk menghidupkan suasana yang mulai membosankan. Tidak ada hal yang terlalu serius di antara kami. Kami berdua terlalu setia untuk melakukan perselingkuhan, kami terlalu sama untuk adanya perselisihan dan kita terlalu saling mencintai untuk melakukan sedikit kesalahan kecuali kita sama-sama sulit untuk mengkomunikasikan satu sama lain. Itu yang membuatnya melakukan banyak hal, aku sendiripun merasa tidak pernah berbuat banyak.
Tiba-tiba keputusannya itu terjadi, Hatiku sangat menolak. Apa ia melakukan ini agar aku sedikit bertindak untuknya? Melakukan sesuatu untuknya?
FOur
Esoknya Lagi, di muka computer.

Prosesi putusan telah selesei. Alur ke dua setelah putusan, Namanya Vina tokoh yang aku ambil dari sosok Faza. Mantan Satya sebelum bersamaku. Disinipun aku tak mengerti, satya berkali-kali bercerita tentang Faza yang telah menyakitinya, bagaimana ia bisa berfikir untuk bersamanya lagi.
“Lian. Atma bareng lagi sama Vina“ Lian adalah tokoh utama dalam cerpenku dari sosok diriku sendiri, Aku menambahkan tokoh pembantu dalam cerpenku yang ku namakan Isya, yang menyatakan kalimat tadi. Maklum cerpen itu kan fiksi jadi nyempil imajinasi dikit. Hehehe.
Sebelum aku melanjutkan cerita selanjutnya. Aku Teringat Satya, Ia menelponku agar aku menemui faza. Bagai mana aku bisa melakukan itu. Lalu untuk apa? Apa aku ikhlas jika faza dan satya kembali?
Kejadian itu membuyarkan konsentrasiku. Oh…tidak, terlalu sering mengulang cerita justru akan membuat otak mengingat kata dan alur yang sama. Bagaimana karya kita terlihat bagus, sebelum selesei aja udah bosen duluan.
Aku berhenti membaca. Meskipun begitu aku tidak akan menyia-nyiakan karya yang udah aku buat, Walaupun baru sebagian.
Sebelum menutup lembar kerja yang sedang aktif. Ku save terlebih dahulu untuk mempermudahkan aku saat berminat melanjutkannya kembali.
Klik File, save/CTRL+S, File name and save.
FIve
Kamis, di muka computer..

Lagi-lagi aku mengalihkan pandanganku pada Hand phone NOKIA 6070 Millik ku. Ku buka folder message Satya Saat ia masih bersamaku, beberapa sudah kuhapus karena aku begitu emosi kepadanya. Itu juga tinggal message yang ada diItem tersimpan yang lupa kuhapus.
Aku memandanginya dengan serius. Dan membacanya satu-satu lalu teringat kembali semua masalalu itu. Sebelum amnesia sesaat kambuh aku kembali menatap layar monitor komputerku yang belum ku tutup, hanya baru disimpen aja. Setelah berkali-kali berfikir tapi tidak mendapatkan ide.
Aku tak kuasa mendengar kabarnya. Aku sangat menolak kejadian yang Ais ceritakan, Ku benamkan dalam-dalam wajahku pada bantal dan guling. Ais tetap menceritakan apa yang diketahuinya. Aku tak dapat melihat gimik mukanya tapi dari suaranya ia terlihat sungguh-sungguh ingin menceritakannya.
“Bagaimana Lian?“ Tanyanya kemudian karena ia tetap tidak mendapatkan pandanganku setelah berhasil menceritakan apa yang telah ia ketahui.
“Lian…!“ Ais memelas. Ia ingin aku menghargai usahanya, sekedar untuk menatapnya mungkin.
“Ais…??!“ Ku tengadahkan wajahku dengan setengah membungkuk. Wajahku dipolesi air mata dan makeup yang acak-acakan. bukan itu yang aku hawatirkan. Tapi aku malu tengah membela cowo yang jelas-jelas sangat menyakiti diriku sendiri.
“Atma tidak seperti itu,!“ aku tidak yakin.
Lagi-lagi cerpenku terhenti. Tak ada kata-kata diotakku, sudah benar-benar mentok,!
“Apa karena aku seorang pemula ya, Jadi belum bisa menguasai tekniknya. Sebentar-sebentar dapet ide buat nulis sebentar-sebentar blank“ aku ngomel-ngomel sendiri. Tapi cerita yang ku tulis kini berada tepat pada kenyataanya. Ditengah tulisanku aku terus-terusan mengguyurkan air mataku, sesekali aku terisak dan menengadahkannya. Aku benar-benar masuk didalam ceritaku dan cerpen itu adalah perasaanku.
SIx
Jum`at, di muka computer

Drttt!!! Hand phone ku bergetar. Kali ini aku tidak hawatir akan terjatuh, pengalaman pertamaku sebelumnya tidak membiarkanku jatuh ke lubang yang sama. Hand phoneku berada ditengah-tengah meja. Jadi jauh dari kecelakaan hancur. Hihii
Temui aku di SD. NOW
Akh, Satya akhir akhir ini selalu membawa kabar buruk. Kenapa ia berusaha untuk selalu menyakitiku. Dan bodohnya aku adalah, aku tetap sangat merindukannya.
Mau ngapain c?
Balasku pada message Satya. Aku tidak yakin akan menolaknya, tapi setidaknya harus ada alasan ia bersikap seperti itu.
Akan ada Faza & aku.
Kalimat Faza membuatku enggan. Meskipun begitu aku tetap mengikuti Satya.
Kali ini komputer kumatikan. Save lagi, karena tadi sempet di edit. Baru keluar dari aplikasi. Mengklik Start, Turn off computer and turn off lagi. Aku segera berbenah dan bersiap-siap untuk melakukan permintaan Satya.
Mau ngapain c?
SMS aku sebelum benar-benar selesei.
No, coment.
Balasnya.
Gak nyampe setengah jam. Aku duduk dibawah pohon Sekolah Dasar yang Satya maksudkan. Tempat sekolah aku dan Satya sewaktu masih kecil.
Aku mengingatnya. Ia kakak kelasku disini, tapi baru dua bulan terakhir ini aku mengenalnya sampai pada sebuah hubungan yang sangat dekat. Ia juga sempat menjadikan tempat ini dalam acara KATAKAN CINTA_nya kepada ku. Lalu akan ia jadikan tempat ini untuk apa lagi.
Aku mendapati sosoknya. Rupanya ia telah menunggu, ada sosok yang semula membuatku enggan kini berada disampingnya.
“Duduk Sat…!“ Aku mepersilahkannya. Karena berdiri akan jauh lebih tidak nyaman. Jika mengingat banyaknya yang akan terjadi, berdiri pasti membuat kaki pegal.
“Aku ingin meminta maaf Sivilia!“ Faza membuka pembicaraan.
“Loh ko. Mba yang minta maaf?“ Faza dan Satya satu angkatan, lebih enak memakai kata ganti nama. Lagipula aku sangat menghindari namanya.
“Karena aku yang mengusulkan rencana ini“ Faza pada posisi berdirinya. Mungkin ia berfikir hanya Satya yang aku perkenankan untuk duduk, padahal gak gitu-gitu banget. Aku Cuma terlalu bingung bersikap pada seseorang yang berada pada posisinya itu. Diantara aku dan Satya tentunya.
“Satya yang akan menjelaskan semuanya. Lagipula aku pikir kalian memang harus bicara“ Ucap faza. Sesaat kemudian ia mengakhiri kehadirannya.
“Satya. Aku sampai disini dulu, menurutku akan lebih baik jika kamu yang menjelaskannya. Mungkin ini sangat berarti untuknya, maka berikanlah langsung kepadanya Satya“ Faza bersalaman dan lekas pergi.
Aku dan Satya mematung seperti biasa, tidak ada yang berusaha untuk memulai. Aku juga berada pada pemikiranku sendiri.
“Apa yang harus ku lakukan? Apa yang mestinya aku katakana? Bagaimana memulainya agar bisa lebih baik?. Seharusnya aku seperti apa? Tapi…. Aku kan cewe, malu, gak baik duluan. Lagi pula dia cowo, harusnya mendahului. Ia jugakan yang memulai, seharusnya ia yang mengakhiri semuanya“ Seperti telah mengucapkan banyak hal, padahal tetap direkat dalam-dalam.
Satya tetap bungkam, Aku sangat kecewa. Ia benar benar merusak suasana. Padahal untuk bertemu dengannya persiapannya sangat sulit. Aku selalu memperhatikan penampilan dan imageku sebagai cwe agar ia tidak Ilfeel saat bersamaku. Untuk menahan gejolak perasaankupun aku harus sempoyongan. Dan setelah aku berusaha dengan sedemikian rupa aku hanya mendapatinya tak bergeming, menyebalkan.
“Aku sangat mencintaimu. Itu jujurnya!“ Ucapnya kemudian.
“Apa?“ Aku tersentak, Sungguh tak percaya. setelah apa yang ia lakukan dalam menyakitiku. Terdengar kalimat yang seakan membuat jantungku berhenti berfungsi.
“Aku akan menceritakan kekonyolanku!“ Satya tetap menghindari kedua bola mataku, Aku terbantu dengan keputusannya. Pandangannya akan membuatku tidak karuan. Pasti nervous abiezz.
“Baiklah akan aku dengarkan“ Kupandang lekat-lekat wajahnya. Aku hampir tidak percaya aku amat sangat merindukannya, ada gundukan kerinduan didadaku yang tertahankan sebelumnya.
SEVen
Jum`at malam, di muka computer.

Hampir tak ku percayai, Jika akan seperti ini jadinya. ku nyalakan komputerku dengan segera.
Sebelum memulai menuangkan semua yang sudah penuh dalam hatiku. aku mencoba membaca novel mini karya Habiburrahman El- Shirazy agar perasaanku tidak menguasai penulisanku. Biasanya perasaan bahagia akan membuatku tidak bisa mengungkapkan situasi sulit sebelumnya, seperti pada sifat manusia pada umumnya. Ketika susah, inget semua detile tentang cerita suka dukanya, karena kita berusaha mengeluarkan kesukaran didalam hati kita sendiri. Tapi sebaliknya, kebahagiaan membuatku lupa segalanya. Jangankan kronologis ceritanya, inget sama ceritanya juga enggak. Mana bisa inget disaat kebahagiaan telah menyeruak dan menguasai emosi kita. Gak senyum-senyum sendiri juga udah bagus.
Setelah menyelesikan membaca satu novel mini karangan penulis kondang tentunya. Hati ku mulai bisa ku raba.
“Atma tidak seperti itu!“ Aku tidak yakin, Adalah kalimat terakhir dicerpenku.
Ku buat cerpen itu seperti sebelum aku mengetahui semuanya. Ku tulis kalimat-kalimat précis yang pernah ada dengan bahasaku sendiri.
Kuceritakan. Setelah Isya tokoh pembantu yang Fiksi itu berhasil membuat Lian sebagai diriku percaya dengan ceritanya. Isya menjadi penuntunku untuk melakukan ini dan itu. Di situ ku rangkaikan beberapa adegan yang menjadi anti klimaksnya. Akibat dari cerita yang Isya paparkan, Lian sangat kalut dan tidak bisa berfikir dengan jernih. Sikapnya mempermudah Isya memaparkan yang di harapkannya. Isya menyarankan Lian agar bertemu Atma tokoh yang aku ambil dari sosok Satya. ISya meminta Lian untuk mengeluarkan kemarahannya dan apa yang Lian rasakan pada Atma. Dengan kondisi Lian yang sangat rapuh Isya berhasil mempengaruhi Lian dan segera mengikuti instrumennya.
Sesekali aku berfikir. Kemudian melanjutkannya lagi.
Sayang Lian terlalu bingung dengan fikrannya sendiri. Lian hanya mengikuti aba-aba Isya tanpa pikir panjang akan bersikap seperti apa nantinya, keputusan itu tidak membuat situasinya bertambah baik. Lian hanya mengomentari apa yang dilakukan oleh Atma dan tidak mengikuti perintah Isya yang lainnya untuk mengungkapkan perasaannya dan pendapatnya terhadap sikap Atma kepada Lian.
“Aku gak percaya kamu bisa ngelakuin ini. Kamu seneng udah ngelakuin ini. Apa kamu seneng balikan sama Faza, kenapa gak bilang aja. Kenapa aku harus denger dari orang lain. Inikah alasan kamu saat memutuskanku. Apa ini cara terbaikmu untuk menyeleseikan semua masalah kita“
Sikap seperti itu. Aku mengenangnya lagi, berusaha memahami diriku sendiri pada saat itu dan kembali mengetik tuts-tuts keyboard ku lagi.
Aku berusaha tidak mengetahui apa-apa didalam ceritaku sendiri dicerpen itu. Aku tetap menulis kronologisnya dengan ending dibelakang, aku ingin memakai alur maju disini.
Bla-bla-bla
Baru setelah konflik mencapai klimaks. Tiba saatnya aku untuk mengakhiri kegelisahanku sendiri dicerpenku. Disini jugalah kearifan seorang penulis diuji, bagaimana aku harus memberikan sebuah ibrah dalam Fiksi ku itu. Aku berfikir keras, yang aku tulis bukanlah cerita pribadi yang ku nikmati sendiri. Tentunya aku dituntut tidak egois untuk karyaku sendiri. Harus ada yang dipenuhi dalam penulisan.
Lalu ku buat ending seperti ini.
Di tengah kebingunganku. Atma memberikan penjelasan yang sangat memukau.
“Lian. Jujur, Atma sangat mencintaimu“ Ucapnya kemudian
“Apa?“ aku tersentak, Sungguh tak percaya. setelah apa yang Atma lakukan dalam menyakiti hatiku. Terdengar kalimat yang seakan membuat jantungku berhenti berfungsi.
“aku akan menceritakan kekonyolanku!“ Atma tetap menghindari kedua bola mata ku, aku sangat terbantu dengan keputusannya. Pandangan Atma akan membuatku tidak karuan. Pasti nervous abiezz.
“Baiklah akan aku dengarkan“ Kupandang lekat-lekat wajah Atma. Aku hampir tidak percaya bahwa aku amat sangat merindukan sosok Atma, ada gundukan kerinduan didadaku yang ditahankan.
“Ia, Aku memang sangat mencintaimu. Itu yang membuatku bisa melakukan ini, aku takut keadaan biasa-biasa saja akan membuatmu semakin menjauh“ Ada butiran bening menerobos dipojok kedua mata Atma.
“tapi tidak ada yang bisa aku lakukan untuk mempertahankanmu lagi “ Kali ini Atma memalingkan wajahnya. aku mengikuti gerakan Atma yang terus menghindariku, ada yang ingin aku ketahui dari raut Atma yang kucintai.
“Atma“ Aku mencoba menguatkan. Atma tak jua menyambut tatapanku, ia terlalu takut.
“Mendapati dirimu, aku sangat bersyukur Lian. Kamu akan ku jaga dengan baik, insya Allah lahir dan batin. Aku membiarkanmu selalu berjarak denganku, membiarkanmu sedih dan bahagia sendiri, bukan karena hanya kamu yang memiliki cinta itu. Sungguh perasaanku juga begitu besar padamu“ Lagi-lagi Atma memotong kalimatnya. aku semakin ingin tau, kata-kata Atma menyadarkanku. Betapa agresifnya aku sebelumnya untuk mendapat responnya. aku teringat saat ia menolak disentuh badannya saat aku hendak menepuk punggungnya. aku tau ia sangat menjaga diriku.
Cerita ini fiktif, seperti judulnya “Fiksi“. dikehidupan nyata Satya hanya menjelaskan Faza ingin menebus kesalahannya dengan membantu Satya mengetahui seberapa besar aku mencintainya.
Aku pikir selama ini hanya aku yang merasakan cinta yang tidak berkesudahan, bukankah itu pengorbanan yang begitu besar untuk seseorang yang dianggap biasa-biasa saja seperti Satya.
Satya ingin tau reaksiku dari apa yang ia lakukan. Menurutnya ia sangat puas, ia terlalu takut cinta yang sedemikian rupanya padaku hanya ada disatu pihak. Setelah mendapati aku seperti yang diharapkannya ia baru sadar rasa takutnya yang menjadikan aku tidak memiliki perasaan yang sama seperti dirinya.
Setelah kita mencoba mengkomunikasikannya. Baru diketahui apa yang udah kita berdua lakuin. Tanpa sepengetahuan kita, ternyata telah banyak pengorbananan keduanya. Satya yang aku pikir acuh dengan semua tentang diriku pada kenyataannya selalu mencari tau dari orang-orang terdekatku. Dan sebenarnya dibalik sikap dinginku padanya perhatianku tidak pernah luput untuknya.
Oh..god,thanks
Akan ku buat ending di cerpenku jauh lebih baik, dengan lebih dramatis dan bernilai. Ada yang aku dapat dari pengalamanku.
“Aku minta maaf“ Aku mendapati perasaan Atma dengan baik, bahkan aku terlihat paling bersalah disini.
“Aku bingung bagaimana bisa memilikimu dengan baik. Saat aku memutuskannya, kamu berubah Lian“ Atma terdengar hati-hati. ia mencoba menyeleseikan masalahnya kali ini agar sesuai harapannya.
“Aku…“ aku yang merasa tidak tau apa-apa ingin membela diriku sendiri. Tapi lagi-lagi hanya tersimpan di dalam hati dan masih dalam diam.
“Aku tau kamu menghargai diriku Lian, Kamu berusaha untuk membuatku senang. Tapi bukan itu yang sedang aku pikirkan. Aku bersungguh-sungguh ingin mendapatkanmu nanti“ Kalimat Atama kali ini membuatku tidak bisa manut-manut saja. aku mencoba menerka kegalauanku.
“Maksud kamu apa Atma?“ Meskipun kalimat ini tidak sepenuhnya perfect sebagai sebuah pertanyaan yang sedang diajukan. Setidaknya aku bisa mendapatkan jawaban dari kata-katanya.
“Aku tidak ingin mnjadikanmu sebagai pacar. Tapi sebagai pendampingku kelak Lian“ dek… dek… dek…
Aku yang menulisnya jadi merasakan sendiri gimana menjadi Lian. Wah…so sweet banget, gak gombal. Tapi romantis….hehehe, aku memuji diriku sendiri.
“Kamu adalah seorang wanita yang pandai menjaga Image dirimu sendiri, pandanganmu terjaga. Tak ada laki-laki yang pernah berhasil menyentuhmu sebelumnya. Bagaimana mungkin kamu membuang itu saat bersamaku. Kenapa kamu tidak membiarkanku sebagai laki-laki yang terhormat telah menjaga kesucianmu itu“ Atma menangis. aku tersentak dengan kata-kata Atma, aku semakin jatuh dalam cintanya dengan merasa berdosa.
“Atma benar. 18 tahun lebih aku menjaga semuanya, tapi dua bulan terakhir membuat tahun sebelumnya jadi sia-sia. Cinta membuatku berani mencurahkan perasaanku yang seharusnya ku jaga, cinta membuatku berlebihan dalam bersikap untuk mendapatkan sambutan baik darinya. Bagaimana aku lupa, bagaimana bisa aku seperti ini“ aku tertunduk. aku malu dengan diriku sendiri,aku malu dengan tingkahku dan aku malu dengan cintaku.
Atma akhirnya memandangku. Di tegakkannya badan yang sebelumnya membelakangiku. Matanya tajam didua bola mataku. Dengan tegasnya ia berkata:
“Isya Adalah saksi cintamu padaku didunia ini. Tindakanmu membuatku yakin tentang kebenaran cintaku juga padamu Lian“ kali ini aku tertunduk ragu. Akan ada apa? Akan bagai mana? Lagi-lagi aku berfikir sendiri.
“Ikhlaskah engkau Lian. Jika kita berjodoh??“ Lidahku kelu. Entah beban apa yang jadi pertimbangan beratku. Apakah cinta tidak cukup untuk menjawab pertanyaannya.
“Keputusanku adalah ini. Jika memang engkau siap dengan pertanyaanku sekarang. Tidak akan terjadi apa-apa setelah ini “ Atma kembali memotong kalimatnya. Itu membuatku sedikit terbiasa.
“Tapi jika ada yang harus menunggu. Persiapkanlah dirimu untuk kejadian-kejadian selanjutnya“ kalimatnya terhenti.
“Apa?“ kebingungan menyelimutiku. Kenapa hatiku ragu ketika ia bertanya tentang kebenaran hatiku. bukankah aku yang selalu mengumbar perasaanku padanya. Bagaimana mungkin untuk sekedar mengungkapkan kesanggupankupun aku merasa tidak siap.
“Atma“ Kali ini aku mencoba untuk berkata-kata.
“Mungkin aku harus menelaah hatiku dulu dengan baik, Aku merasa cintaku terlalu berlebihan padamu. Mungkin ini juga benang merah dari masalahnya” Sesekali pandanganku goyah. Tapi ia membiarkanku untuk membuat suatu keputusan.
“Aku takut cinta ini akan berubah jadi benci, bukankah cinta dan benci adalah satu mata uang yang bertolak belakang. Bahkan terlalu tipis untuk satu helai kulit bawang“ Bingung, bingung, bingung. Aku ingin jawabanku tidak salah, dan itu membuatku sangat hati-hati untuk melanjutkannya.
“Allah maha pembolak balik hati manusia. Jika perasaan ini benar maka akan ada untuk selamanya“ Kalimatku kemudian. Kali ini aku takut ia akan berfikir ucapanku adalah sebuah penolakan. Aku takut ia berfikir… ”Akh, aku yang sedang banyak berfikir“ Sahut hatiku lagi.
“Lalu bagaimana?“ Atma memojokanku. Entah kejadian seperti apa yang seharusnya terjadi, karena aku sendiri bingung ingin seperti apa nantinya.
Aku mulai menerawang jauh. Lamunanku bertemu pada masa yang belum ku jejaki. Cerpenku semakin sulit kuakhiri.
”Bagaimana ini“ Gerutuku dalam hati. aku mengingat-ingat situasi cerpenku dan mencoba menjadi Lian.
“Jika Atma benar-benar Satya, Dan aku adalah Lian. Apa yang akan aku lakukan ? “
“Satya, Agaknya kali ini aku sangat egois. Aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu. Tapi aku ingin engkau tetap meminta jawabanku “ Aku menghayalkan menjadi Lian.
“Tidak sekarang, mungkin nanti,! Tapi janjiku bukan berarti akan seperti apa yang kita rencanakan “ …

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

░░░░░░░░░░░░░░░░░▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓

Cari Blog Ini

Entri Populer

KOMIK YANG MEMBERIKU INSPIRASI, IDE BAGUS DAN BANYAK SYARAT MAKNA!!!!!!!!!!!!

KOMIK YANG MEMBERIKU INSPIRASI, IDE BAGUS DAN BANYAK SYARAT MAKNA!!!!!!!!!!!!
Special Komik Ku,



EmJe`S World

Miftahul Jannah(EMJE),,,

“Aku adalah seorang perempuan yang ingin mengenal dan dikenal oleh seorang laki-laki,

Aku adalah seorang teman yang ingin menjadikan dan dijadikan sebagai sandaran hati,

Aku adalah Seorang saudara yang ingin mencontoh dan dicontoh oleh mereka saudara-saudaraku yang baik hati,

Aku adalah seorang murid yang ingin belajar dan diajar dengan guru-guruku saat ini,

Aku adalah seorang anak yang ingin berbakti dan diabdi keluargaku sampai nanti,

Dan aku seorang penulis yang ingin memberi dan diberi pada saat nanti,

Aku adalah seorang hamba yang terus berdoa pada Sang Rabbi sampai akhir hayatku nanti”


Aku… Seorang manusia biasa yang tak luput dari kasih dan mengasihi…


_________________

ємЈΞ