[Lentera ….ємЈΞ]


Baca dengan hatimu, lalu berikan isinya padaku (Ku tunggu! Koment-y!!!) ~,~


CINTA DAN HATIMU

Kudapati tatapannya tak biasa. Satu detik…, lima detik. Dan …!!! “Akh tuh anak bikin ngilu hati aja.Belakangan ia tampak aneh gak seperti biasanya,!!!“

Aku hanya termangu. Hatiku dibanjiri kegundahan yang teramat sangat. Lagi dan lagi. Seeet,!!! Tatapan tajam laki-laki itu. Saat kusambut, ia hanya berlalu tanpa suatu pesan yang kumengrti.

“Kali ini aku harus tau“ Ucap hatiku harap-harap cemas.

“Sem…?“

“Ya,!“

“Eh,! Anu.?“

“Apa? …,!!“

“Soal…“ Ucapku pada akhirnya. Sebelum sempat ku utarakan maksud hatiku.

“Kalo gak ada yang penting banget. Gua duluan aja ya.? “ Ia berlalu dengan sikap tak peduli.

“Uuh dasar.!!“ Ucapku dengan geram mendapat perlakuannya.

“Bego banget sih, jelas-jelas dia gak suka gitu. Bisa-bisanya hal yang sudah ku ketahui jawabannya kuajukan lagi sebagai pertanyaan.“ Sahut hatiku, SAKIT.

Sungguh tak pernah terpikirkan untuk mengenal rasa itu dari dirinya. Aneh, tanpa ba-bi-bu rasa itu menyelinap disela hati tanpa kuketakui kapan kedatangannya. “Hufh,,, SABAR.”

Aku masih mematung memandangi Sem yang berjalan membelakangiku. Aku masih berharap ada sesuatu dari tatapannya.

Mungkin beberapa menit. Lalu…

“Ran napa sih, dari tadi muka ko di tekuk mulu. Lusuh loh,,,!!! Ada apa?“ Ucap Iren memperhatikanku dengan seksama. Tanpa peduli itu aku langsung ngeloyor tanpa permisi.

“Khairan…!!!“ Tak sedikitpun kuhiraukan teriakannya Tak kupedulikan Iren memanggil. Setibanya di dalam kelas aku masih diam tanpa kata Aku rasa Iren sangat mengerti dengan sikapku dan ia-pun tak bersuara.

Dipukul 11:39. Tak banyak pelajaran yang disampaikan nyantol diotak. Masalah Sem sudah memenuhi otakku yang buntu. Matematika benar-benar membuat otakku mandek. Makin di fokuskan justru makin terasa penat. Dan saat tersadar dari lamunanku Pak Yudit tiba- tiba menunjuk kearahku.

“Maju. Jawab soal Matematika di depan,!!“

“Ough…!!!”

Malam yang kelam. Hitam membias diawan, titik hujan tak lagi indah karena telah menjadi hujan yang deras. Tak kudapati bintang ataupun bulan diatap langit. Tiba-tiba kurasa pedih.

Andai malam ini indah membiarkanku menatap bulan dan bintang, mungkin rasa itu takan begitu sakit. Lama aku terhenyak, kupikir rasa itu begitu bening hingga tak dapat lagi kuraba.

Setengah tahun yang lalu, sosok itu telah menyentuh hatiku. Dan aku hanya seorang gadis yang telah menyimpan rapi perasaan itu tepat dalam hatiku.

Tak terkelakan. Perasaanku padanya membuatku selalu mengingatnya, memikirkannya dan tidak pernah bisa melupakannya.

“Dalam detik sekalipun” Hatiku berdecak getir. Meneteslah aliran yang selalu berusaha kubendung dihadapannya. “Agaknya perasaan indah ini mulai menyakitiku.” Pikirku.

“Apa yang aku inginkan?” Aku mengutuk hatiku yang lemah. Betapa terlenanya aku pada perasaanku sendiri. Bagaimana mungkin aku menghakimi perasaan setiap orang tanpa bertanya. Termasuk pada diriku sendiri.

“Bahkan ia tidak pernah menolakku atau sekedar mendekatiku. Lalu aku harus bagaimana?” hatiku semakin tak menentu untuk menghitung angka yang berkutat dari satu sampai sembilan. menyadari setiap angkanya saja, aku merasa sulit untuk melakukannya.

Kualihkan perhatianku pada buku tugas yang diberikan oleh Pak Yudit tadi siang Karena salahku sendiri. Akhirnya aku harus mengerjakan tugas tambahan yang dikumpulkan besok juga.

Aku merintih. Soal yang biasanya jadi makanan sehari-hari yang menyenangkan. Jadi paling tidak aku sukai hari ini. Bukan hanya hari ini tapi belakangan ini.

“Bagaimana mungkin Cinta bisa mengacaukanku. Keceriaanku, kreatifitasku bahkan mungkin masa depan hidupku akan pupus ketika cinta berdatang mengembangkan kempiskan perasaanku saat kehadirannya nyata didekatku.

Ada yang salah” Hatiku pasrah. Tapi memang tidak seharusnya seperti ini. Bukan Cuma bisa merusak hariku, tapi banyak yang akan terjadi jika kutahankan perasaanku ini.

Malam semakin larut, petang membuatku bergidik. Di timpal oleh suara lolongan Anjing yang mendukung suasana semakin geram.

“Oh. God,!“ Waktu menunjukan pukul 11 malam dan sampai saat ini-pun aku masih terjaga. Rasanya sungguh tidak nyaman, saperti terhimpit di uluh hati.

Dan tugasku masih tergeletak, tak terbaca.

“Ini semua karenanya“

“Atau karena diriku sendiri”

Matahari telah terbentuk, terlihat cakrawala telah menghampar melambi menunjukan cerahnya pagi ini.

Seperti biasa. Waktu menunjukan pukul 06:30 saat di mana aku harus bergegas, beranjak menuju sekolah yang jaraknya lumayan jika ditempuh pejalan kaki saperti aku.

Setibanya di Sekolah. Kulihat sosok yang tidak asing “Semi Aditya” ia menyambut pandangku, Membuatku terpaku dalam bisu. Ia yang mendapatiku tak bargeming seraya menebar senyum yang membuatku makin pilu.

Hari ini aku sempoyongan tak berdaya di buatnya. Diombang-ambing oleh sikapnya yang tak pernah ku pahami. Saat replay menyambut dua bola mataku lagi, kualihkan pandangku, bagaimanapun aku tak ingin terjebak dalam perasaan konyol jika hanya satu hati saja yang merasakannya.

“Aku Jera,!” Sungut hatiku.

Istirahat.

“Hey, wah lahap banget makannya. Laper non ? “ Niel menggodaku.

“Igh, orang makan memang karena laper. Soal lahap, buru-buru tau,!“ Oceh aku, lalu kembali menyantap Mie Ayam itu dengan lebih cepat.

“Emang mau kemana?” Tanya Niel pada Iren yang sengaja menemaniku, tapi gak ikut makan.

“Mau ke Kantor. Ada msalah sama Pak Yudit“ Jawab Iren dan memberi isyarat Niel agar mengikutiya.

“Ran. Bentar ya?“ Iren menjauh dari tempatku, Niel ngekor di belakang.

Sesampainya dikantor.

Pak Yudit memakiku. Sudah berapa kali ia mendapatiku seperti ini, bagaimana ia tidak marah.

“Apa yang kamu lakukan?” Bentak Pak Yudit.

“Apa? Maksud Pak Yudit Apa?” Aku bicara pada hatiku. kalimatnya tak kunjung membuatku mengerti. Karena itu adalah kalimat pertamanya yang aku dapati sesampainya aku di ruang guru tepat didepan mejanya itu.

“Kamu ini niat sekolah atau tidak?” Muka pak Yudit sangat serius, membuatku takut untuk berkata-kata. Membayangkan satu kesalahan akan mendaratkan satu pukulan keras kearahku, itulah yang aku fikirkan.

“Kamu pikir. Ini main-main,?” Ia terus memandangiku dengan tajam, tak sedikitpun pandangannya luput kearahku.

“Maaf pak,! Saya mengaku salah. Seharusnya saya mendengarkan dan memperhatikan apa yang bapak sampaikan didepan kelas kemarin bukannya melamun seperti itu. Saya tidak akan mengulanginya lagi.” Aku tertunduk. Sungguh aku tidak bisa berjanji, Aku tidak yakin akan melakukannya. Yah, setidaknya aku berani mengakui apa kesalahanku.

“Apa kamu ada masalah?” Tanya pak Yudit membuatku sedikit lega. Pak Yudit memang bukan Guru Killer yang di kenal orang-orang, melihatnya semarah itu jelas membuatku hawatir.

“Tidak Pak,!” Mana mungkin aku jujur untuk mengatakan “Sem penyebab aku seperti ini”

Sekembalinya aku dari Kantor untuk mempertanggungjawabkan Ocehan Pak Yudit yang tak kuperhatikan. Saat di daun pintu kelas.

“Sem, sampai kapan elo diem. Cewe Cuma nunggu, elo yang harus punya sikap,!“ Suara itu terdengar cukup maksa.

“Bukan Cuma gue yang cinta dia. Dia juga harus mencintai gue,!“ Jawab Sem terdengar kekeh.

“Elo gak akan pernah tau sejauh mana isi hatinya sampai elo jujur sama hati elo sandiri buat ngungkapin perasaan itu,!“ Niel pergi meninggalkan kemarahannya, Sem-pun menjauh pergi.

Tiba-tiba.

“Bruckkkk…!!!“ Sem berjalan tepat kearahku.

“Aow,!!!“ Badanku seketika terhempas ke lantai, sumber suara malah marah.

“Elo bisa ngeliat gak sih. Jalan tuh pake mata,!!!“

“Sem?“ Hanya satu kata yang bisa aku berikan setelah mendapat celaan semacam itu.

Kemudian,

“Eh, Bukan gue yang nabrak elo. Kita Cuma tabrakan. Lagian, gak ada yang jalan pake mata semua jalan tetep pake kaki,!“ Jawab aku dengan nada sedikit tertahan.

Teng, teng, teng !!! Lonceng berdentang lantang, tanda masuk kelas.

Dan untuk kesekian kalinya laki-laki itu enyah tanpa dosa, karena telah menggantungkan tanda Tanya di hatiku.

“Ieh,,, Sebel…!!!” Dengus aku kesal.

Dari dalam kelas, terlihat Sem sedang asyik mempermainkan Bola di hadapannya. Jelas saja karena di tangannyalah bola yang bernama basket itu tidak berdaya. Bak pebola professional saja. Wah, KEREN… Hee.

“Ran,, dia itu lebih dari sekedar lumayan lho…!“ Dari sebrang bangku terdengar suara Iren.

“Tapi kayaknya dia ada feel deh sama elo“ Tambahnya.

Bagaimanapun aku tak bisa membohongi diriku sendiri, jujur aku mencintainya. Tapi sikapnya belakangan ini…

“Peduli apa aku dengan perasaan orang lain, apa lagi dia. Akh gak penting,!” Sambil enyah dari hadapan Iren.

“Tuk…!” Sepatuku mentok pada bola yang ngegelinding. Entah darimana asalnya.

“Hai,,, Khair…“ Sumber suara membuatku tidak nyaman. Saat kulihat Sem, tanpa pikir panjang.

“Gak sopan, ganti nama orang seenaknya. Lo pikir waktu bikin bubur selametan nama gua ngikut subangan apa“ Buru-buru aku pergi.

“Kesabaranku habis, hatiku sudah cukup sumpek untuk menunggunya. Meskipun emansipasi telah di galakan, tradisi Indonesia yang kalem tidak akan ku hilangkan. Masa bodo, meskipun aku takan memilikinya, karena dia memang tidak pantas untuk mendapatkannya “ Sahut batinku kesal.

“Huh Cinta membuatku sok dramatis“

Dari kejauhan kutatapi wajahnya yang sayu. Aku terus mengulangi kata-kataku. Rasanya sikapku berlebihan untuk seseorang yang tidak bisa mengetahui hatiku. Terlihat Niel mencoba untuk mendekati Sem. Cuap-cuapnya tak bisa ku dengar.

“Sem. Lo yakin?“

“Hehh,,, rupanya perasaannya hanya sampai di sini,!“

“Darimana elo tau, bahkan elo juga gak pernah nanya,?!“

“Gak tau“ Ia berhenti sejenak. “Mungkin karena gue mencintainya “ Kemudian hening sesaat.

“Niel,,,gak akan ada yang lebih tau tentang sebuah hati. Selain perasaan seseorang yang sedang mencintai“ Tambahnya.

“Wah, gila lo…Bagus tuh buat dijadiin kata-kata mutiara tugas B.Indonesia“ Hahaha..

Dua sosok yang sedang beradu pandang itu terlihat begitu senang. Mereka berdua sama-sama tersenyum.

“Mungkin memang sampai di sini“ Tersimpan kekecewaan yang tersembuyikan karena selamanya takan terungkapkan jika tak pernah ada yang berusaha untuk menguaknya.

“Iren pulang yuk,?“

“Yuk,!“

Hari itu Iren mengatakannya. Rupanya Sem memang mempunyai maksud selama ia memperhatikanku, Iren menyadarinya dan mencoba mengetahuinya dari Niel. Dari situ Niel tau temannya itu ternyata mempunyai hati padaku. Untuk orang yang biasa-biasa aja seperti aku dan Sem. Jelas itu membiarkan yang lain tidak tahu apa-apa.

Sayangnya. Sem bermaksud tidak akan mengutarakan perasaannya padaku sampai aku menunjukan perasaanku padanya. Tentu sangat bertolak belakang denganku yang akan menjaga hatiku sampai seseorang yang aku cintai itu memintaku.

Agaknya terlalu dini jika aku memikirkan cinta sampai sedemikian rupa. Mungkin memang waktunya aku belajar dengan serius tanpa cinta yang aku paksakan dirasanya.

Mungkin memang harus berjalan sampai bertemu titik terangnya.tanpa ini itu yang dapat membebankan hidupku. Karena semua yang kita harapkan belum tentu seperti apa yang kita inginkan.

Kualihkan kembali pada buku tugas yang sempat aku abaikan. Dua kali kesalahan menambah dua kali lipat hukumanku.

Yang satu. Tugas yang aku acuhkan, yang kedua tugas yang aku tidak kerjakan juga. Dan sekarang masih dua tugas lagi sebagai tambahannya.

Mataku berbinar. Perlahan tapi pasti. Empat jam sudah menyeleseikan tugasku yang ke-tiga, tinggal satu lagi.

Mengerjakannya tanpa beban saja sudah bersusah payah. Apa lagi jika ditambah banyak pikiran. Bagaimana nilaiku tidak turun secara fantastis.

Bukan hanya pelajaran ini. Hanya saja Pak Yudit beranggapan aku anak paling jago dikelas soal Matematika. Memperhatikanku seperti itu siapapun akan kecewa.

“Termasuk aku” sahut hatiku. menyadari apa yang dilakukan itu tidak terlalu perpengaruh untuk hidupku kelak.

Hanya perasaan semu yang masih bisa berubah. Bukanlah sesuatu yang tidak begitu penting untuk ditukar dengan ilmu yang akan mensejahterakanku dimasa yang akan datang. Tentu itu sangat mahal untuk di pertaruhkan.

Selesei. Tidak ada yang sulit jika sudah kita usahakan. Yang akan menyatakan betul atau salah adalah Pak Yudit. Aku hanya menyeleseikan tugasku untuk mengerjakan kewajibanku.

“Huagh…” Ups, aku menguap tepat jam 11 malam. Lagi-lagi aku belum tidur. Masih karenanya. Tapi kali ini bibirku merekah. Hatiku bener-benar indah. Beginilah akhirnya. Cerita yang ku buat

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

░░░░░░░░░░░░░░░░░▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓

Cari Blog Ini

Entri Populer

KOMIK YANG MEMBERIKU INSPIRASI, IDE BAGUS DAN BANYAK SYARAT MAKNA!!!!!!!!!!!!

KOMIK YANG MEMBERIKU INSPIRASI, IDE BAGUS DAN BANYAK SYARAT MAKNA!!!!!!!!!!!!
Special Komik Ku,



EmJe`S World

Miftahul Jannah(EMJE),,,

“Aku adalah seorang perempuan yang ingin mengenal dan dikenal oleh seorang laki-laki,

Aku adalah seorang teman yang ingin menjadikan dan dijadikan sebagai sandaran hati,

Aku adalah Seorang saudara yang ingin mencontoh dan dicontoh oleh mereka saudara-saudaraku yang baik hati,

Aku adalah seorang murid yang ingin belajar dan diajar dengan guru-guruku saat ini,

Aku adalah seorang anak yang ingin berbakti dan diabdi keluargaku sampai nanti,

Dan aku seorang penulis yang ingin memberi dan diberi pada saat nanti,

Aku adalah seorang hamba yang terus berdoa pada Sang Rabbi sampai akhir hayatku nanti”


Aku… Seorang manusia biasa yang tak luput dari kasih dan mengasihi…


_________________

ємЈΞ