[Lentera ….ємЈΞ]


Baca dengan hatimu, lalu berikan isinya padaku (Ku tunggu! Koment-y!!!) ~,~


PILIHAN ADALAH SEBUAH JAWABAN

Post`Q Sekarang


PILIHAN ADALAH SEBUAH JAWABAN

                Detik kurasakan begitu lambat. Hingga satu hari ini terasa lama berlalu. “Apa aku mulai bosan untuk hidup?” Terbesit kalimat yang membuat bulu kuduku sendiri merinding. “Akh, aku ini.” Berkali-kali kutepiskan rangkaian kata yang memang tidak seharusnya aku fikirkan sedikitpun.
                “Mungkin ini alasan mengapa banyak orang gantung diri saat ditinggal someone”
                “Kamu baik-baik aja N’Ci.?” Dela memegangi punggung sebelah kananku dengan tangan kirinya.
                “Aku melihatmu menatap kosong. Apa yang ingin ada dipenglihatanmu N’Ci.??!” Ia seperti tau apa yang ada dibenaku. Sontak aku berbenah dan membuang jauh-jauh fikiran buruk itu. “Akh gak Del, Aku hanya sedang…!!!” Sebalum selesei, Dela kemudian berkata “N’Ci. Ujianmu mungkin tidak akan berhenti saat ini, apakah kamu tidak ingin mencoba menyeleseikannya saja terlebih dahulu, aku takut jika kamu berhenti. Kamu akan menyesal nanti.”
                Dela memang tau masalahku tanpa harus aku ceritakan, dan kalimatnya-pun sangat membuat hatiku sakit. Karena ia mengatakannya dengan enteng dan tidak memikirkan posisi hatiku saat ini.
                “Aku tidak mengerti,!” Kutepiskan Pandanganku dari tatapannya. Mencoba tegar tanpa tangisan sedikitpun.
                “Mudah bagimu mengatakannya dan sungguh sulit untuku melakukannya” Dalam hatiku aku ingin memakinya dan mengatakan “Jangan berucap dengan mudah meskipun gampang mengeluarkannya”
                “Aku ingin pulang Del.!” Kalimat makian itu hanya dihati adanya. Dela bukan sohib yang tidak care hingga ia mengutarakan apa yang seharusnya tidak ia katakan. Mungkin sebenarnya ia punya penjelasan atas penuturannya…
                “Ok, aku anter yah.?” Pinta Dela.
                “Aku ingin sendiri. Nanti sesampainya dirumah aku telfon Del.!” Aku segera pergi. Aku tak ingin melihatnya atau sekedar menengokan pandanganku kearahnya. Akan ada rasa sakit jika aku harus mengingat kalimat yang beberapa menit tadi keluar dari mulutnya.
                “Tidak akan berhenti?, mencoba?, menyeleseikannya?, menyesal?” Kalimat-kalimat itu mengiang-ngiang ditelingaku. Aku memikirkannya disepanjang perjalanan.
                “Apa menurutnya aku akan berhenti, bagaimana? Kalo-pun bisa apa sekarang aku masih bisa berhenti?. Menyeleseikannya? Apa maksudnya? Apa menurutnya aku ingin masalah ini terus berlanjut?, menyesal? Siapa? Aku? Kenapa?” Aku terus-terusan menyangkal semua kata-kata Dela.
                Betapa marahnya aku, betapa terganggunya diriku dengan kalimat Dela. Ia hanya berpetuah dan tidak mencoba membantuku memecahkannya.
XXX
                Dibawah pohon rindang.
kuhentikan langkahku. Memikirkannya matang-matang “Apa yang harusnya aku lakukan?” Pikirku. Hatiku kalut memikirkannya sendiri, semua orang seakan tidak tahu masalahku, padahal mereka bagian dari tiap masalahku itu.
                “N’Ci… Kamu lagi ngapain,?” Kata-kata itu membuatku berhenti berfikir. Aku celingukan dibuatnya, kalimat yang terdengar tanpa sosok yang nyata.
                “Siapa?” Fikiranku menjadi konyol. Mana ada hantu siang bolong begini.
                “Aku. Imam..!!!” Sosoknya muncul dari balik pohon rindang. Sedikit kaget, tapi membuatku lebih nyaman dari pada tidak terlihat batang hidungnya sama sekali.
                “Imam…!!! Bikin kaget aja.!” Hufh… Lega rasanya mengetahui yang berbicara tadi adalah manusia(Hehehe)
                “N’Ci… lagi ngapain kamu dibawah pohon beringin. Gak takut ada hantu apa?” Ucapnya sambil mendekat lalu kemudian duduk disebelah kiriku.
                “Oh.. Enggak… Lagi pengen aja.!”
                “Eh, gw pikir elo hantunya” Iman membuatku melakukan sedikit guyonan. Tentu itu menjadikan beban dihatiku sedikit berkurang.
                “Akh, sialan lho.!” Jelas Imam merasa tidak enak dianggap seperti itu. Tapi ia tau aku hanya sekedar bergurau.
                “Lagi ada masalah ya,?” Imam membuka pembicaraan.
                “Gak juga,!” Aku tertunduk. Ia tau aku berbohong imam cukup tau diriku, karena memang ia mengenalku lebih dari siapapun.
                “N’Ci… ???“ Ia selalu seperti itu.
                “… “ Aku memang diam. Tapi mataku tidak, keduanya bening berkaca-kaca.
                “Apa Imam gak boleh tau,?” Lirihnya.
                “Imam. N’Ci Pingin nangis,!” Air mataku jatuh lebih dulu mengalir dari kata-kataku itu. Entah mengapa aku percaya ia pasti akan mendengarkanku “Karena ia memang pernah mencintaiku” Harap hatiku bahwa cintanya masih ada.
                “N’Ci boleh nangis, tapi kalo N’Ci gak cerita. N’Ci akan nangis terus…!!!” Ucapnya. Ia hanya berkata-kata, jika ada kesempatan aku ingin sekali dipeluk olehnya.
                “N’Ci bingung pingin cerita apa?. Dari mana?, kenapa…? N’Ci…???” Sebelum kalimatku kuseleseikan.
                “Kenapa N’Ci nangis?” Ucapnya.
                “N’Ci sakit hati?” Jawabku.
                “Kenapa? Siapa yang buat N’Ci sakit hati?” Dengan tegas Imam bertanya.
                “Elang!” Jawabku singkat dengan menghentikan tetesan dari mataku.
                “Elang? Bukankah dia???” Imam memang mengenal Elang, tapi tidak dekat. Imam tau Elang karena Imam tau Elang adalah pacarku. Hanya itu!
                “Elang mutusin N`Ci Imam. Dia balikan sama Sendy, mantannya!” Tak terasa tetesan yang sempat terhenti berlinang kembali. Imam menyekanya, aku benar-benar merasa sangat tidak enak.
                “N`Ci,,, Apakah kamu benar-benar mencintainya!?” Imam menatapku tajam. Ia tak berkedip sedikitpun, meskipun begitu. Aku tak jua mengalihkan pandanganku.
                “Ia. Aku sangat mencintainya! Sangat mencintainya!” Baru setelah kalimat itu aku ungkapkan, aku tertunduk malu setelah mengatakannya. Tak kuasa aku menahan semua asa dalam hatiku, ku pejamkan mataku.
                “Kenapa? Apa yang membuatnya berbeda! Kenapa ia yang bisa membuatmu jatuh cinta?, apa…!!!” Imam mengatakan kalimatnya dengan nada tinggi, entahlah. Apa ia marah padaku karena aku tak pernah memperlakukan hal yang sama atau…
                “Kenapa? Lanjutkan, aku ingin dengar!” Pintaku melanjutkan ucapan Imam yang tak terseleseikan.
                Ku dengar ia menghela nafasnya berkali-kali. “Sory N`Ci,, gak seharusnya Imam kaya gini” Imam menepiskan pandangannya.
                “Maaf…!” Aku merasa tidak pantas harus mengatakan hal ini kepadanya.
                “Gak N`Ci, Oy.. N`Ci certain aja dulu. Biar Imam gak mutus ceritanya!” Pinta Imam. Sikapnya mulai terlihat biasa!
                “Emmm…” Kejadian barusan membuatku tidak nyaman untuk melanjutkan curhatan ini. “apa mungkin seharusnya aku tidak cerita ya?” Ucap hatiku.
“N`Ci,,, Jangan pikirin soal yang tadi yah? Imam memang kesal, karena cowo yang bernama Elang itu udah nyakitin Sahabat baik Imam! Iman bener-bener gak terima!” Imam membuang pandangannya.
                “N`Ci inget, N`ci juga pernah melakukan hal yang sama, sama seseorang. Imam inget kan?” Aku bukan sedang membahas Elang, tapi Imam.
                “Udahlah N`ci,,, Kita bahas Elang aja! Yang buat N`ci kaya gini kan bukan Imam!” Imam terdengar kikuk. Kita telah mengulang masa lalu yang sempat tidak baik.
                “Apa ini balasan N`ci, karena itu? Apa Imam masih belum ikhlas?” Tiba-tiba aku teringat hatiku, betapa sakit rasanya ditinggalkan seseorang yang sedang kita cintai begitu saja. Hal yang sama pernah aku lakukan kepadanya.
                “Mungkin rasanya memang sama N`ci, tapi mungkin memang rasanya juga tidak sama. Entahlah, imam…???” Imam mungkin sedang mengenang rasa sakitnya.
                Melihatnya seperti sedang mencerminkan diriku sendiri sekarang. “Hufhhh…!!!” Ku helakan nafasku dalam.
                “Mungkin aku pantas mendapatkan apa yang pernah aku tuai pada orang lain, tapi tidak seharusnya juga. bukankah aku sedang mendapatkan apa yang telah di tuai orang lain padanya!” Hatiku berkecamuk. Mengingat betapa sakit rasanya dihianati seseorang yang sangat aku percaya.
                “N`ci. Kenapa?” Melihatku terdiam Imam kemudian menatapku.
                “Akh gak!” Jawabku. “Menceritakan tentangnya sama aja aku sedang menceritakan diriku sendiri” Pikirku.
                “Imam. Makasih yah udah mau dengerin sedikit tentang ini! N`ci sungguh merasa bersalah dengan apa yang pernah N`ci lakukan” Aku tertunduk malu, Imam terdiam. Mungkin ia juga berharap agar tidak menguak lagi rasa sakitnya.
XXX
                “Hallo” Ucap ku membuka pembicaraan.
                “Yah. N`ci? N`ci kamu bae-bae aja kan? Kamu dari mana aja? Hp kamu dimatiin yah! Aku hawatir banget” Dela melontarkan banyak kalimat yang membutuhkan jawaban. Satupun malas sekali untuk kujawab.
                “Udah deh Del. N`ci nelfon Cuma mau nepatin janji aja. Dah yah?” Jawabku tidak sesuai dari pertanyaan Dela.
                “N`ci. Jangan jauhin aku dong! Gimana bisa selese kalo kamu menghindari semua orang” Lagi-lagi kalimatnya mengusikku. “Menyesal aku memberi kabar kepadanaya!” Hatiku membatin.
                “Eh, dah dulu yah! Bye,” Tanpa persetujuan ku putus sepihak
                “Tek”
                Dalam kamar aku lagi-lagi mengingat rasa sakitku “Akh, kenapa aku pernah menaruhnya dalam hati, bagaimana sekarang aku membuangnya dari perasaan cinta, sayang, rindu dan banyak asa. “Sebenarnya kenapa semua ini bisa terjadi?” Lirihku. “Apa yang salah?” tambahku. “Kenapa ia harus kembali untuk seseorang yang pernah menyakitinya? Kenapa bukan orng lain? Kenapa ia harus mencela seseorang yang ia pilih sebelumnya? Kenapa??” Aku terguguk. Ada banyak penolakan dalam hatiku, perasaan tidak terima atas apa yang sudah ia lakukan.
                “Bahkan Elang tega meninggalkanku untuk seseorang yang telah menyakitinya” Aku terduduk, kulingkarkan kedua tanganku pada kedua lututku, semakin erat aku merapatkan pelukanku, semakin sakit yang aku rasakan.
                Aku sedih. Sangat sedih, terlebih mereka.salah satunya Dela, memperlakukan Elang sperti tak pernah melakukan apa-apa. “Bagaimana mungkin Dela bisa bersikap baik setelah membenarkan hatiku yang terluka… hatiku yang….???” Taada kata yang akan mengukirkan tiap isi sakitku, bahkan aku sendiri tak mampu untuk mengeluarkan tekanan dalam hatiku dengan apapun.
                Malam semakin larut, mataku kunang-kunang. Banyak bintang dimana-mana dan plass!!!
                Dalam mimpi. Datang Imam dan Elang bagai ceriman. Ada imam yang pernah aku lukain, dan ada Elang yang telah melukaiku. Aku memarahi Elang, memukulinya, dan memaki-makinya. Datang Imam kemudian, dia datang untuk memarahiku, memukulku, dan memaki-makiku.
                Dengan puas aku menyalahkan Elang, dan dalam pahit itu aku mendapatkan balasan.
“Huahhhh!!!!” Aku tersentak. Selimutku terkoyak, tidurku tak terarah. Seperti sempat menggulung-gulung seprei dan melempar bantal guling, kamarku berantakan. Entah apa gerangan yang aku lakukan karena telah bermimpi.
“Mimpiku buruk sekali. Seperti buruknya hatiku ini” lenguhku.
Aku terjanga. Enggan rasanya membawa keburukan dalam mimpiku, Elang membuatku begitu menyedihkan. “akh Elang. Kenapa kau lakukan ini padaku?” Segala asa kini tak lagi dapat memburu tiap keinginanku. Terlebih saat imam hadir ketika benci memasuki ingatanku tentang Elang.
“Imam…  Apa aku sangat bersalah padamu? Seperti Elang dimataku!” aku membatin. Tapi tak jua  ku dapati isi dari banyak hal yang rumpang dalam hatiku. Semuanya terlihat biasa saja! Dela, Elang. Bahkan Imam sekalipun tidak terlalu terpengaruh dengan apa yang sudah Elang lakukan? Mereka seperti sedang mencari tau kebenaran tentang isi hatiku saja! Pikirku…
Dela!... tak pernah berusaha untuk membantuku untuk tidak memikirkan Elang lagi, seseorang yang jelas-jelas telah melukaiku. Elang-pun tak berusaha meminta maaf dan mengajukan rasa bersalahnya padaku,,, atas apa yang sudah ia lakukan! Dan… Imam, ia tak menggubris Elang… hanya sekedar marah akan perasaanku saja, karena aku lebih mencintai Elang dari pada dirinya.
Adakah dari sikap mereka yang biasa aku mengerti dengan mudah? Ataukah karena banyak hal yang aku harapkan, sedang sangat bertolak belakang dengan apa yang aku dapatkan? Tapi mengapa setelah aku berfikir demikian. Dela, dan temanku yang lain memberi argument yang membuatku kembali berharap. Harapan kosong yang pada akhirnya kini aku dapatkan.
Hufh!!!! Agak lebai rasanya aku seperti ini. Sayang aku tidak bisa lebih dari ini setelah semua itu terjadi. Akh!!! Sudahlah. Mungkin aku hanya sedang patah hati…
Mungkin melupakan semuanya bisa membantuku menyeleseikan masalah dalam hatiku. Cinta, sayang dan rindu! Yang takan bisa aku berikan sekarang.
XXX
                “Del… Sory yah? Belakangan ini… “ Ucapku pagi harinya.
                “Sory? Kamu gak punya salah ko!” Dela menatapku tak percaya. Sudah dari banguntidur aku mulai bersikap biasa-biasa saja! Mungkin sudah berkurang masalahnya, meskipun aku tertidur sekejap mata.
                “Bukan! Aku belakangan ini, jadi menjauhimu Del..?” Ku ucapkan itu dengan ragu-ragu. Dela hanya terkesima dan terus memburu dalam isi hstiku.
                “N`Ci… Kamu baik-baik aja kan?” Dipandangnya diriku, ia terlihat sangat hawatir dan takut.
                “Del… Cobalah untuk bersikap biasa saja! Aku semakin tidak yakin dengan apa yang ingin aku lakukan.!” Ucapku tandas. Aku sudah tak ingin lagi membahasnya, walau sekilas.
                “Tapi N`Ci…?! Dia…”
                “Del! N`Ci gak mau bahas dia lagi, dan gak mau berurusan lagi sama dia. Udah cukup N`Ci dibuatnya begini…” Kali ini aku sangat yakin pada saat mengatakannya.
                “N`Ci…” Dela seperti ingin menjelaskan sesuatu. Entah tentang sesuatu yang ia tau, atau sesuatu yang tidak aku tau! Sepertinya sama dimataku.
                “Makasih yah? Udah besuk! Dan gak usah kasih komentar apapun untuknya. Buruk atau baik sekalipun aku gak mau denger. Seharusnya dari awal sudah kulakukan ini, agar tidak berujung panjang dengan akhir yang sama! Andai saja aku bisa menerimanya dari awal, aku tak aka sesusah ini mendapati akhir dari keputusan yang kubuat!” Aku masih mengenangnya! Sakitnya ada, tapi tidak sampai mempermainkan yang didalamnya. Hatiku cukup tenang sekarang untuk mengambil keputusan.
                Dela termangu! Ada senang dari bibirnya, tapi tidak untuk matanya. Sedihnya jelas ku pandang. Mungkin memang ada yang ia simpan, atau yang tidak aku tau. Tapi sudahlah,,, semua berlalu terlalu lama. Sudah waktunya aku melupakannya, dalam diam, harap, mimpi dan kenyataan yang sekarang kubuat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

░░░░░░░░░░░░░░░░░▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓

Cari Blog Ini

Entri Populer

KOMIK YANG MEMBERIKU INSPIRASI, IDE BAGUS DAN BANYAK SYARAT MAKNA!!!!!!!!!!!!

KOMIK YANG MEMBERIKU INSPIRASI, IDE BAGUS DAN BANYAK SYARAT MAKNA!!!!!!!!!!!!
Special Komik Ku,



EmJe`S World

Miftahul Jannah(EMJE),,,

“Aku adalah seorang perempuan yang ingin mengenal dan dikenal oleh seorang laki-laki,

Aku adalah seorang teman yang ingin menjadikan dan dijadikan sebagai sandaran hati,

Aku adalah Seorang saudara yang ingin mencontoh dan dicontoh oleh mereka saudara-saudaraku yang baik hati,

Aku adalah seorang murid yang ingin belajar dan diajar dengan guru-guruku saat ini,

Aku adalah seorang anak yang ingin berbakti dan diabdi keluargaku sampai nanti,

Dan aku seorang penulis yang ingin memberi dan diberi pada saat nanti,

Aku adalah seorang hamba yang terus berdoa pada Sang Rabbi sampai akhir hayatku nanti”


Aku… Seorang manusia biasa yang tak luput dari kasih dan mengasihi…


_________________

ємЈΞ