[Lentera ….ємЈΞ]


Baca dengan hatimu, lalu berikan isinya padaku (Ku tunggu! Koment-y!!!) ~,~


Ada Aku disini

Post`Q Sekarang


Ada Aku disini
                Dipagi buta kucari hangatnya mentari. Pantas tak kutemui terang, baik diufuk barat ataupun diufuk timur. Sejenak aku berfikir, bodohnya aku menunggu siang pagi-pagi begini. Lantas apa aku harus terus berlalu, tanpa menunggu!!!!
                “Akh…. Sudah! Jangan kau terlalu berharap!” Ucap hatiku. Kikuk aku mendengarnya, lantaran ia sudah tak lagi sinkron dengan asanya.
                “Hush…! Apa kau ini…. Seperti tidak ada kerjaan saja!” Lagi. Hatiku bercuap-cuap, berkecamuk! Mengapa hatiku begitu resah.
                “Akh… Sudah. Aku tak ingin gelisah!” Sontak ku tepis beberapa ruang ingatan yang mengusikku.
                “Pergilah darimu,,, kembalikan aku seperti yang dahulu….” Serta merta hatiku sakit, perih… sedang terluka kurasakan didalamnya.
                Menangiskah? Teriaklah? Dan berhenti… Huh! Aku bergumul dengan asa, rasa, dan nestapa. Manapun akan sama intinya.
                Plasss!!! Hatiku berhenti mengerutuk. Tapi sakitnya tak pernah kunjung hilang. “Berhenti! Berhenti! Berhenti!” Lagi. Hatiku tak mampu berdiam diri menahan pahitnya, sakit didalamnya.
                “Hemmmm…..?? Hufhh….. Hemmmm…. Hufh…..!!!” Takan ada memang yang bisa menghapus lukanya. Tapi didalamnya ada asa juga! Asa untuk berhenti, asa yang hingga ini tak pernah ingin kumiliki.
                “Cape!”
oOo
                “Aku sangat mencintainya!” Ucap Rei padaku.
                “Esok. Aku ingin ia menjadi kekasihku” Hem… Jawabku.
                “Kamu mau kan bantuin aku?” E… M….. Bimbangku.
                “Aku akan berterima asih padamu!” ….
                Suadah cukup sering. Aku dan rey bersama! Ia adalah laki-laki yang selalu bersamaku kapanpun dan kemanapun aku pergi.
                Seseorang yang kutemui di tahun 93. Aku sangat mengingatnya, dan sudah mantap ku patenkan dalam hatiku.
                “Berhenti mengganggunya!” Ucap rey kala itu.
                “Aku tak akan membiarkan kalian mengganggunya!”….
                “Jika ada, lawan aku!” Hhheh… diingatanku. Sesosok laki-laki mini yang bau kencur. Tapi diumurnya yang baru empat tahun, ia telah menjagaku. Membelaku ditengah kawan-kawan yang mengejekku.
                “Anak haram!”
                “Anak Simpanan!”
                “Anak dari Orang tua yang bercerai!”
                Kalimat itu ku dengar sejak umur belia. Bagai manapun Rey adalah seseorang yang selalu kupercaya, kusegani dan kucintai….
                Mengingat ia selalu ada untukku dalam keadaanku yang sangat terpuruk. Membuatku sangat berharap bisa selalu dibela dan dilindungi olehnya.
                Apapun. Yang ia katakana pasti kuanggap benar, dan apapun yang ia lakukan. aku pasti akan meng-ia-kan.
                Tapi tidak. Ketika dia mengatakan hal yang satu itu. Hatiku menolak untuk mengikutinya, mematuhinya dan melakukan perintahnya.
                Ada rasa sakit, kecewa, dan tak rela. Tapi itu dihati adanya. Dalam nyata ia tetap selalu jadi petuah dan aku yang diperintah.
                “Iya!” Ucapku.
                “Boleh!” Jawabku.
                “ya sudah!” ….
                Mulai dari perkenalan, date, sampai kata-kata romantic aku yang buat. Ia tinggal mendapat respon dari seseorang yang sedang dicintainya. Entah apa benar itu yang diinginkannya.
                “Hem…! Aku gak cocok sama dia!” Rei bersungut-sungut.
                “Cewe ini terlalu cerewet”
                “Egois”
                “Gak nyambung!” Tandasnya.
                Hubungannya selalu berakhir di minggu kedua. Ia cukup tampan dan pintar, sejak banyak yang dengan mudah ia dapatkan. Ia kemudian memiliki predikat seorang playboy.
                Aku hanya diam, tersenyum dan berkata iya, boleh dan ya sudah. Rei tak bertanya apa aku mau? Apa aku bisa? Atau apa aku tidak keberatan?
                Ia sangat tau jika aku selalu ada dipihaknya, mendukungnya, membantunya. Sampai pada acara curhat-mencurhat-pun ia lakukan hanya padaku. Ia selalu mendapatiku berlinang air mata, iapun pernah melihatku memandangnya dengan nanar. Tapi ia tak menggubrisnya. Dimatanya aku akan selalu ada dan mau untuknya.
                Setelah waktu bertahun-tahun. Rey mulai bosan diikuti olehku, di jaga olehku dan diantar-antar olehku. Ia mulai jera dengan kebaikanku. Dan mulai bersikap tak acuh.
                Sikapnya kini jadi memojokanku. Aku tak peduli jika aku harus sakit karenanya, asal aku bisa selalu ada dan bisa bersama dirinya. Tidak lebih.
oOo
                Selang beberapa bulan. Datang Bian membawa bantuan. Ia sangat tidak menyukai Rei,,, ia yang selalu menemaniku selepas ditinggal Rey.
                Rey tak lagi menjadi malaikatku, aku menyadarinya setelah lama tak bersamanya. Entah apa saja yang ia lakukan atau apa yang sudah tidak ia kerjakan. Aku mulai tak ingin tau dengan apa dan bagaimana hidupnya. Ia cukup dewasa untuk melakukan semua hal sendiri tanpa diriku. Begitupun aku, aku tak lagi selalu membutuhkan bantuannya.
                Bian menjadi sahabatku sekarang, tidak selalu lebih dari Rey dihatiku. Tapi cukup membuat hatiku terbuka untuk waktu yang ia hiasi dibeberapa kesempatan ini.
                Saat sakitku dapat kutata kembali, dan asaku dapat ku jaga lagi. Bian yang kini selalu hadir untukku, disetiap kekosongan yang kian menyelimutiku. Kesendirianku.
                “Akh! Kamu berubah.” Ucap Rey.
                “Bukankah ini yang kamu inginkan?” Jawabku datar.
                “Kenapa? Apa sekarang dihatimu ada seseorang, selain aku?” Terangnya bebas, sebebas kebiasaannya yang tak pernah mau tau tentang diriku.
                “Selain? Apa selama ini sudah pernah ada didalamnya?” Aku menantang. Hatiku jadi berang dengan ungkapannya.
                “Hey! Apa ia Bian?” Rey tak mau kalah. Ia nyolot dan gemas, hingga mencengkram kedua lenganku sengan kuat.
                “Sakit…” Lenguhku.
                “Apa benar?” Paksa Rey. Ia memang tak pernah mau mencoba melihat diriku, yang ada dipikirannya dulu hingga kini hanya dirinya sendiri.
                “BERHENTI! Berhenti memaksanya! BERHENTI! Berhenti membiarkannya” Bian datang dengan kemarahannya. Aku masih merasakan sakitnya. Rey masih tak melepaskan pegangannya. Ia hanya menatapku tajam sambil mencari jawaban.
                “Cih!” Ucap Bian sinis, Ia memang mual dengan Rey. Semenjak dia bersamaku, ia telah mengetahui banyak hal tentang diriku, terlebih tentang Rey yang selalu mendominasiku.
                Rey makin padam. Buk! Ditinjunya anak laki-laki itu tanpa ampun. Entah apa yang membuatnya berbuat demikian. Yang jelas aku tak pernah melihatnya semarah itu selain saat ingin membelaku sewaktu kecil dulu.
                “Kenapa?” Ceracau Bian.
                “Pergi lu dari cewe gue” Bantingnya, kata-katanya adalah harga mati.
                “Cewe lu? Apa selama ini lu menganggapnya demikian? Gua gak percaya. Kalo dia menganggapmu seperti laki-laki sih iya gua yakin” Mendengar kalimat Bian, sejenak ia berfikir. Tapi tak lama.
                “Gua gak perduli. Yang jelas dia bukan cewe lu. Jauhi dia atau lu akan berurusan sama gua!” Rey tak pernah menghormati orang lain. Apapun kata orang jika ia tidak suka, maka ia tidak akan mendengarnya. Bahkan ia juga sudah tak lagi mendengarkan kedua orang tuanya.
                Latar belakang kami sama. Hanya saja ia lebih cuek menanggapinya dari pada aku yang ia bilang Sangat Sensitif. Ia benar itu sebabnya aku selalu mengikutinya.
                Tapi tidak untuk sekarang, Bian datang setelah Rey mencoba melepas semuanya. Kini hatiku ada pada Bian. Laki-laki yang menghargaiku sebagai seorang wanita, dan mampu menyambutku dengan baik. Tidak seperti Rey yang egois, selalu mementingkan dirinya sendiri.
                “Cukup Rei… Cukup! Berhenti atau aku akan membencimu?” Sentakku.
                Bian dan Rei terlerai. Bahkan ada muka takjub yang menyiratkan ekspresi Rei, mungkin aku tak lagi menuruti kata-katanya atau selalu mengindahkan permintaannya. Kini ada pertentangan dalam setiap kata-kata dan sikapku padanya.
                Rei terdiam. Ia masih terkesima karena ulahnya. Akh! Aku tak ingin lagi berdialog sendiri, aku ingin ada yang mendengarkan tuturan hatiku tiap detiknya. Dan berdialog panjang hingga menhasilkan jawaban dan timbale-balik dari seseorang. Aku jera di buat Rey, ia menjadikanku bukan apa-apa dimatanya. Tapi selalu mengharapkan sesuatu dariku.
                “Ini sangat tidak adil” Batinku sepakat.
                “Kenapa? Kenapa?” Rei masih dalam kebingungannya. Aku tak menepi menemuinya. Tapi merapat dalam dermaga Yang dibawa oleh Bian.
                Rey tak lagi berontak, ia mungkin merasa ingin lunglai. Mendapati sikapku setelah harapannya begitu besar.
                “Aku datang untukmu, aku ingin menemuimu dengan segera. Dan kau mendarat kearahnya” Ceracau halus itu tak mengetuk hatiku sedikitpun lalu aku berjalan mendekatinya bersama Bian disampingku.
                “Rey… apa yang terjadi. Mengapa semua ini bisa menimpamu? Apa yang membuatmu sampai seperti ini” Ada rasa empati diruang kalbuku. Tapi tidak sebesar cintaku dulu. Yah dulu, entah mengapa cinta itu kini sirna dibawa oleh perlakuan dan sikapnya.
                “Cinta. Aku sangat mencintaimu…” Derai air mata Rey membuncah. Aku terenyuk menyaksikannya. Cinta yang kujaga hingga melukiskan luka. Kini dibawanya saat itu tidak ada. Huh!
                “Rey. Kemana saja kamu. Apa yang selama ini kamu lakukan, apa pula yang kamu pikirkan selama ini. Tidakkah kau melihatku barangkali? Atau menyaksikan. Aku ada disini! Untukmu” Ku ucap kalimat itu dengan enteng. Tanpa rasa dan tanpa cinta, hanya banyak luka dan lara yang ada.
                Rey sesenggukan karenanya. Aku tak perduli, cinta sudah menjadi sebuah masa lalu. Mendapati Bian berdarah membuatku memperhatikannya. Ku raba lukanya, seperti ada bekas luka yang kini semakin terbuka. “Astaghfirullahaladzim” Aku panic dibuatnya. Darah itu tak hentinya mengalir, dan telah mengambil seluruh kepedulianku kini hanya padanya.
                Aku tak lagi berpaling kearah Rey lagi. Ia sudah tak lagi ku pandangi, kusesali dan kutangisi. Kini aku yang akan segera beranjak pergi, meninggalkannya sendiri dan berlari bersama Bian hingga nanti. Entah sampai kapan.
                “Ayo bian ku antar kau ke rumah sakit”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

░░░░░░░░░░░░░░░░░▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓

Cari Blog Ini

Entri Populer

KOMIK YANG MEMBERIKU INSPIRASI, IDE BAGUS DAN BANYAK SYARAT MAKNA!!!!!!!!!!!!

KOMIK YANG MEMBERIKU INSPIRASI, IDE BAGUS DAN BANYAK SYARAT MAKNA!!!!!!!!!!!!
Special Komik Ku,



EmJe`S World

Miftahul Jannah(EMJE),,,

“Aku adalah seorang perempuan yang ingin mengenal dan dikenal oleh seorang laki-laki,

Aku adalah seorang teman yang ingin menjadikan dan dijadikan sebagai sandaran hati,

Aku adalah Seorang saudara yang ingin mencontoh dan dicontoh oleh mereka saudara-saudaraku yang baik hati,

Aku adalah seorang murid yang ingin belajar dan diajar dengan guru-guruku saat ini,

Aku adalah seorang anak yang ingin berbakti dan diabdi keluargaku sampai nanti,

Dan aku seorang penulis yang ingin memberi dan diberi pada saat nanti,

Aku adalah seorang hamba yang terus berdoa pada Sang Rabbi sampai akhir hayatku nanti”


Aku… Seorang manusia biasa yang tak luput dari kasih dan mengasihi…


_________________

ємЈΞ