[Lentera ….ємЈΞ]


Baca dengan hatimu, lalu berikan isinya padaku (Ku tunggu! Koment-y!!!) ~,~


Oh! Cinta


Oh! CINTA
                Datang padaku.  Sejumput  asa   yang   memenuhi  ruang dalam hatiku,  bukan  hanya  indah.  Tapi  sejuta  rasa  kini  ada  dalam  satu  wadah, HATIKU!
                Berrr…!!!  Dingin  kurasakan  disela  lamunanku. “Oh…  Engkau…  Adakah  didalamnya  apa  yang  sedang  aku  rasa”. Aku  berdawai  dengan  irama  yang  acak-acakan. Asal  aku  bisa  memadukan  sosoknya  dalam  sebuah  karya.
                “Weleh,  welwh…  Sakit ko seneng!” Dibalik  tiang penyangga  rumah  Rindu menyapa. Aku hanya bersenandung asal,  asal keluar dari mulut dan bisa keluar dari dalam perasaanku. alah sok puitis banget!
                “Eling… eling!!! Bisa gila lama-lama didiemin nih anak!” Rindu memekikkan kata-katanya tepat ditengah lubang telingaku, kira-kira volumenya delapan puluh lima persen-lah! Lumayan bikin gendang telingaku berdegung. Mengganggu! Pikirku.
                Apa-apaan sih lu Rin! Sok jowo lu” Segera kukuncupkan mulutku, menggembungkan kedua pipiku. Seperti sedang makan kebanyakan hingga memenuhi seluruh rongga mulutku.
                “Ea lu-nya juga!” Rindu menimpali ucapanku. Tapi ia tak kunjung berlalu, padahal besar harapanku agar ia tidak menggakgu lamunanku.
                “Hmm, hmm,  hmm,  hmm,,, Hmm, hmm,  hmm,  hmm…!!!” Lagi-lagi aku membuat sebuah irama. Lumayan dari pada yang tadi. Kata Rindu, yang bikin lagu ancur bukan karena pemain musiknya, melaikan karena yang mempunyai suaranya.
                “Ukh,, ukh,, ukh,,!!!” Mengingatnya membuatku tersedak. Gak lagi makan gak lagi minum. Ada-ada aja nih cinta bawaannya! Dalihku. Hhe,,, Abis gak mungkin juga salahin Rindu, yang ada orang-orang bisa ambil bagian mengomentari kelakuanku akibat cinta.
◊◊◊
                “Kamu baik-baik aja?” Ucap Rindu. “Baik!” Jawabku. “Kenapa?” Sahut Rindu. “Gak!” Timpalku. “Udah deh..!” Rindu menghentikan pembicaraan kami, entah mengapa lidahku jadi kelu sekarang. Mungkin akibat sakit yang diderita hatiku hingga semua kurasakan using.
                Rindu berdecak kagum dengan Andra. Betapa sempurna apa yang sudah dilakukannya padaku. Rindu memang pernah wanti-wanti padaku agar aku tidak terlalu mempercayainya.Entahlah, cinta membuatku lupa bahwa ia bukan segalanya.
                “Aku masih tidak percaya Rin!” Keluhku. Tak kuuraikan linangan mataku. Sebisa mungkin akan kutahankan. Rindu tak perlu mengetahui bebenku, cukup apa yang sedang dilihatnya sekarang.
                “Kita harus bikin perhitungan!” Rindu mengangkat badannya dari kursi, hamper dilangkahkannya kaki kanannya itu sebelum ku genggam lengannya “Rindu. Gak usahlah!”
                Sebenarnya bukan aku rela membiarkannya, bukan pula aku tak bisa menemuinya. Tapi… Cintaku… Buta… Agaknya…!!!” Rindupun terduduk, ditatapnya mataku. Diingininya kejujuran didalamnya. Sayang mataku pandai berbohong karena ia tak jua berkaca-kaca.
                “Pyuh!” Rindu mendengus dengan sinis. Aku tau ia sama sakitnya, ia juga melakukan ini karena ia sangat menyayangiku. Andai aku bisa lebih mempercayainya dari cinta yang sedang aku punya!
                “Andra gak seharusnya ngelakuin ini!”
                “Ini juga gak seharusnya terjadi jika aku mau!” Bantahku. Aku menyela Rindu dengan suara tertahan. Aku tidak bisa membiarkan orang yang kucintai dihina, terlebih oleh orang yang sedang membelaku sekarang. Cukup tenangkan diriku dan temani aku, maka aku akan merasa baik-baik saja! Batinku.
                “…” Disela hembusan angin. Tak ada yang mencoba untuk bercuap-cuap. Rindu terdiam akibat sentakanku. Aku tau maksud hatinya baik, tapi tidak untuk cinta yang kumiliki dari Andra.terlalu berat untuk kuhilangkan, ku abaikan, apa lagi digantikan. Bahkan dengan perasaan benci sekalipun aku tak bisa!
                “Rin!” Bisikku. Rindu hanya menoleh, menatapku. Ada kekecewaan dalam rautnya. Ia mungkin akan menyalahkanku lagi jika aku mengatakan aku sedang merindukan Andra. Tapi… Akh! Biarlah kita seperti ini sampai suasana duka berlalu dulu.
                Setelah satu kata dariku, tak kudengar kata demi kata terlontar. Agak sepi aku rasakan. Padahal aku sedang ingin dihibur sekarang, mungkin itu akan membuatku jauh lebih baik saat ini.
                Mungkin setengah jam tanpa bahasa.  Rindu tak menatapku sejak tadi. Saat kusapukan pandanganku pada arah lain kulihat Andra andra berjalan. Begitu tegap, teratur, santai dan… Akh… Andra… Apa… yang… sudah… kamu… lakukan…???
                Hatiku jadi tak menentu. Didalamnya hanya ada andra dan cinta.  Entahlah, cinta yang ada karena Andra ataukah Andra yang ada karena cinta. Seperti  tak peduli dengan apa yang telah ia lakukan. Aku hanya ingin menemuinya, mendekatinya, menyentuhnya, dan mendapatkan cintanya.
                Kakiku-pun melangkah, perlahan namun pasti.  Sedikit demi sedikit jalanku mulai teratur, agak dipercepat dan… “Kamu mau kemana?” Rindu menyambutku. Dibalikannya badanku. “Sadar. Apa yang baru Andra lakuin!” Rindu memakiku. Bahkan sesekali ada isak dalam desah nafasnya. Tapi sungguh, sikapnya tak mampu menyentuhku. Cinta jauh lebih dalam dari apa yang sudah tertanam. Seperti sudah berada dalam dagingku. Melekat! Erat!
                Plack! “Sadar apa yang sedang kamu lakuin?” Sekali. Baru sekali Rindu menamparku. Itu tidak akan membuatku jera untuk berhenti mencintai. Seribu tamparan-pun mungkin tak akan berasa lagi untukku.
                Tapi tidak. Kemudian…
                “Rin…!!!” Bagai mata air. Linangan demi linangan-pun terjatuh. Dipeluknya wanita itu oleh Andra. Sosok yang diakuinya sebagai kekasihnya. Sayang ia tak pernah bercerita hingga membuatku terluka, dan kebaikannya yang kuanggap cinta.
                Dipeluknya tubuhku oleh Rindu. Ia tau itu akan berarti untukku. Tapi usaha Rindu tak berarti untukku. Sakitnya! Cintanya! Masih sama. Baget. Banget. Banget.
                “Kita pergi yah?” Saran Rindu. Aku patuh, badanku lemas. Rasanya ingin segera lunglai agar tak kurasakan lagi semua ini. “Rin. Aku ingin pulang!” Pintaku. Rindu memelukan tanganku kebahu kanannya, sedang tangan kirinya dilingkarkan dipinggangku. “Sabar yah?” Pintanya. “Ia!” Harapku.
◊◊◊
                “Hm…!!!” Rindu membuka pembicaraan.
                “Hm… juga!” Jawabku menimpali.
                “Apa rasanya sekarang?” …
                “Lebih baik!” …
                Kita berdua tersenyum. Cinta memang telah membuatku lupa diri, tapi aku sadari bahwa seperti itulah cinta. Pengaruhnya besar banget. Jika bukan kita yang yang mengendalikannya, maka cintalah yang akan mengendalikan kita.
                “Aku bersyukur kita bisa seperti  ini sekarang!” Ucap Rindu.
                “Ia” Sesekali aku tertawa. Membayangkan sedikit kisahku yang konyol. Menganggapnya begitu sempurna, baik, dan memiliki perhatian kusus padaku. Sampai aku harus mengabaikan Rindu, saghabat terbaikku. Dan tetap mempercayai sesuatu yang sekarang telah berlalu.
                “Kenapa?” Sela Rindu.
                “Andra!” Terangku.
                Agak kaget Rindu mendapati pernyataanku. Tapi tak pedulilah, toh dengan berkata jujur hatiku sekarang terasa ringan. “Em… Aku tak menyesalinya Rindu!” Gumamku.
                Rindu hanya melirikku. Entah apa yang ada dalam benaknya, mungkin  yang ada adalah penolakannya selain terus diam didepanku. “Aku senang telah mengenal cinta Rin!”…”Kata orang. Cinta itu adalah sesuatu yang berharga yang pernah dimiliki oleh hati, jadi…” Kalimatku terputus-putus, berharap melankolis sebelum Rindu kemudian menyergah.
                “Ia. Orang itu adalah elu!” Rindu mengarahkan telunjuknya kearahku. Ia mungkin ingin mengimbangiku yang mulai getir.
                “Hhe…!!!” Ketawa garing yang bisa aku suguhkan. Lalu mencoba berdawai kembali “la… la..la.. la… laaa…..” Kulihat awan mengepul. Putih berseri. Andai aku bisa berada diatasnya, mungkin aku akan melihat banyak hal dari sudut yang berbeda. Aku akan lebih terbuka untuk berkata dan tak lagi menganggap cinta hanya sekedar ujung paling tinggi yang bisa kulihat.
                Bersyukur itu lebih baik. Dan memaafkan adalah langkah awal untuk memulai penyembuhan. “Na… na… na… na… na... na… “
                “Akh… lu ini yah!” Rindu masih cuap-cuap mengganggu.
                “Daripada Cuma menggerutu, mending lu ikut uju…” Banyak kalimat, logat yang kita gunakan sembarangan. Asal nyambung, dan bisa dimengerti sesame kita. Sah-sah aja!
                “Na… na… na… na… na… na… na… la…. La… la… la… la… “ Rindu membuka instrumennya dengan tangan yang di digerakkan bak derijen dimuka pemandu suara saat upacara bendera. Terlihat kikuk, tapi  menambah semangat menjadi 45.
                Ho… ho… na… na… la… la…” Jadilah lagu amburadul yang tak kita rencanakan. Sekelebat keisengan penuh arti. Arti untukku yang sangat terluka dan arti untuk Rindu yang ikut-ikutan merana
Jadinya.
                “Dah! Dah! Gua bisa sama gilanya! Gue kan gak punya cinta!” Rindu berkata dengan keras. Untungnya tidak didekatkannya lagi ditelingaku. “Alhamdulillah”
                “Em…” Rindu menghentikan gelagat canda tawanya. Mukanya mulai terlihat serius “Kamu beneran gak papa?” Sahutnya kemudian.
                “ Em…” … “Ia. Gak papa Rin… beneran… deh!” Aku sangat kikuk member jawaban untuknya. Sebenarnya sakitku masih ada. Tapi senangku juga benar adanya. Senangku karena Andra adalah cinta pertamaku dan satu dari kesekian kebahagiaan yang pernah aku miliki. Akupun dapat pelajaran geratis dari apa yang tak pernah aku harapkan ini.
                Meskipun kadang sanksi dengan pehatian lebihnya padaku, dan kebaikan lebihnya padaku. Kemudian setelah itu ia mengetakan padaku, aku hanya seorang teman baginya. Sahabat yang baik untuknya. Menurutnya perasaannya itu ternyata bukan cinta, karena sebenarnya sudah ada dalam hatinya, satu nama yang sudah tertera dan telah membuatnya jatuh cinta.        

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

░░░░░░░░░░░░░░░░░▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓

Cari Blog Ini

Entri Populer

KOMIK YANG MEMBERIKU INSPIRASI, IDE BAGUS DAN BANYAK SYARAT MAKNA!!!!!!!!!!!!

KOMIK YANG MEMBERIKU INSPIRASI, IDE BAGUS DAN BANYAK SYARAT MAKNA!!!!!!!!!!!!
Special Komik Ku,



EmJe`S World

Miftahul Jannah(EMJE),,,

“Aku adalah seorang perempuan yang ingin mengenal dan dikenal oleh seorang laki-laki,

Aku adalah seorang teman yang ingin menjadikan dan dijadikan sebagai sandaran hati,

Aku adalah Seorang saudara yang ingin mencontoh dan dicontoh oleh mereka saudara-saudaraku yang baik hati,

Aku adalah seorang murid yang ingin belajar dan diajar dengan guru-guruku saat ini,

Aku adalah seorang anak yang ingin berbakti dan diabdi keluargaku sampai nanti,

Dan aku seorang penulis yang ingin memberi dan diberi pada saat nanti,

Aku adalah seorang hamba yang terus berdoa pada Sang Rabbi sampai akhir hayatku nanti”


Aku… Seorang manusia biasa yang tak luput dari kasih dan mengasihi…


_________________

ємЈΞ