[Lentera ….ємЈΞ]


Baca dengan hatimu, lalu berikan isinya padaku (Ku tunggu! Koment-y!!!) ~,~


_`About Me’_


_`About Me’_
EMJE
            Sudah lama Aku ingin menyapukan penaku pada lembar kertas seperti ini. tak kusangka, akan sekangen ini jadinya. “Sayang… Angkat gorengan didapur, nanti gosong” Tiba-tiba Mama berteriak dari dalam kamar mandi. Enggan rasanya Aku beranjak dari tempat duduku sekarang.
            Tak lama kemudian Satyo datang dengan tergopoh-gopoh. “Neng! Kaka nitip ini yah?” Disodorkannya seikat kantong plastik. Segera kusambut pemberiannya, kemudian berlalu untuk mengikuti perintah Mama tadi.
            “Ma… gorengannya agak gosong!” Ucapku. Mama yang ada didalam kamar mandi, diam tak menjawab. “Lagi masak ko ditinggal sih Mah?” Aku bersungut-sungut. Bahaya rasanya, jika pada saat ditinggalkan tidak ada orang lain dirumah.
            “Loh… Tante kemana neng?” Satyo mengikutiku sampai didapur. Mungkin menunggu mangkuk yang berisikan apa yang dibawanya.
            “Di kamar mandi tuh! Kakak bawa apa?” Rasanya berat sekali untuk sekedar sup.
            “Diliat aja sendiri. Nanti juga tau!” Ucap Satyo sambil membereskan rambutnya. Diluar terlihat gerimis. Satyo keujanan kali, soalnya dia sedikit kuyup. Pantes tergopoh-gopoh dan sedikit terburu-buru memberikan kantong plastic yang berisikan sup itu.
            “Maaf yah sayang. Mama kebelet, jadi buru-buru kekamar mandi.” Ucap Mama ketika muncul dari daun pintu.
            “Eh… Nak Satyo ko ada disini?” Sapa Mama pada Satyo. Satyo senyum-senyum gak karuan. “Eh, Tante…” Satyo sedikit malu, karena kakinya sudah nangkring diatas kursi yang sedang didudukinya.
            Itu kebiasaan Satyo kalo udah sama Aku. Semaunya sendiri. “Makanya… !!!“ Aku meledek kegirangan melihat mukanya yang padam.
            “Ini Tante, ada sup dari Mama… katanya, tante gak masak yang berkuah  yah?” Satyo  kembali sesopan mungkin. Aku menertawainya dalam hati. Dalam hati, iapun masti ingin menjitakku setelah ini. Hehehe….
            “Makasih ya Satyo. Salam buat Mama juga ya?” Ucap Mama. Keluargaku dengan keluarga Satyo terbilang sangat dekat. Kadang aku juga diminta untuk mengirimkan makanan kerumahnya. Ya, begitulah….
Setelah Mamah kembali. Aku lekas kekegiatanku semula, yaitu menulis. “Sama-sama Tante. Nanti disalamin.” Satyo tidak langsung pamit, dan mulai mengekor dibelakang.
“Uh… sebel! Bukannya bilang ada Mama… eh, ni anak malah ketawa. Nyebelin banget sih!” Satyo langsung mengacak-ngacak rambut yang memang sudah acak-acakan.
“Ngapain ngasih tau. Emang perlu?” Aku melotot. Ia malah menggelitikku dengan sedikit kata-kata bualan yang sudah sering aku dengar.
“Berani yah! Sini, aku kelitikin. DASAR…!!!” Ucapnya.
Tak sengaja kakiku tertekuk dan menjatuhkan diriku kebelakang. Upss! Satyo langsung berbenah ketika tubuhnya mengenai tubuhku. “Maaf neng. Kakak gak sengaja!” Mukanya memerah lagi.
“Aduh. Kakak ini… Sakit tau…” Aku berpura-pura mengurut-ngurut kakiku yang tidak sakit. Satyo agak panic, tapi setelah aku tersenyum dia mulai mengacak-ngacak rambutku lagi.
“Dasar penipu…” Kami tertawa bersamaan.
ßß
            Hampir beberapa minggu kami terdiam. Aku kembali menulis kertas yang kosong. Ia duduk disebelahku sambil memainkan mangkuk yang dibawanya. Entah apa lagi yang sedang ia lakukan!
            “Neng, Kaka boleh minta tolong gak?” Ucapnya kemudian.
            “Kakak mau minta tolong apa sih sama eneng?” Aku menjawabnya tanpa merubah posisi kepalaku, aku masih fokus pada tulisanku.
            “Kaka minta dibuatin kata-kata yang romantis dong!” Jariku terhenti, ada yang menggelitik hatiku.
            “Kata-kata Romantis? Buat apa? Buat siapa?” Kualihkan pandanganku pada satyo, kemudian kamipun saling berpandangan.
            “Akh, enggak! Eneng kan suka bikin puisi. Coba, bisa bikin kata-kata yang romantis gak buat Kaka?” Dia semakin memajukan mukanya. Segera kutepis pandanganku didetik ketiga.
            “Kecil…” Tantangku. Segera kubuka lembaran baru yang kosong. Kemudian menulis kata demi kata.
            Diperhatikannya, aku semakin canggung! Tapi, tak terasa tulisanku mengalir begitu saja dari dalam hatiku.
          Dear: Kak Satyo yang sangat Aku cintai.
Tak terasa, sudah lama cinta ini bertahan dalam hatiku. Tak terurai lagi asa yang pernah ada dalam benakku. Betapa aku ingin mencurahkannya padamu. Betapa aku ingin menumpahkan rasa yang sudah kupendam dalam. Sudikah kiranya kau sambut hati yang membisu. Ataukah mengerti tentang indahnya perasaanku. Tak lama aku menanti, kau datang menemuiku untuk meminta hati. Memberiku celah untuk berbagi. Membuka hati didetik ini.
Special moment, just for you…
            Tanpa dipintamembaca, Ia telah selesei memahami isi dalam setiap baitnya. “Loh! Ko diem. Nih, dibaca!” Ucapku ragu, aku takut salah!
            “Udah dibaca ko Neng!” … “Sambil ditulis, sambil di baca!” Lanjutnya.
            “Gimana?” Bagus kan?” Aku mulai salah tingkah. Ia menatapku aneh, “Apa ada yang salah yah?” Ucapku dalam hati.
            “Lumayan!” Komentarnya. Ia membelai kepalaku. Bukan seperti tadi, ia lebih lembut memperlakukanku.
            “Neng pinter bikin kata-katanya!” Sahutnya lagi. Lalu kembali berkata. “Kakak lagi suka sama seseorang Neng! Kakak bingung bagaimana mengutarakannya… Neng mau bantu Kakak gak? Bikin kata-kata kaya gitu buat cewe yang kaka sukai…” Terlihat dimatanya ada ketulusan. Kutepiskan mahluk indah itu, tangannya kuturunkan dari kepalaku. Kemudian kupalingkan pandanganku darinya.
            “Siapa Kak? Cantik Gak?” Sudah dua menit kutatap lembaran kosong yang kusediakan untuk kata-kata yang diminta Satyo. Tapi tak jua terlintas apa-apa dalam otakku.
            “Gimana? Bisa gak?” Ucapnya lagi, tak menjawab tanyaku. Ku hela nafasku dalam-dalam. “Kayanya gak bisa sekarang deh Kak! Besok aja, gimana?” Aku segera mengambil lembaran yang sudah terisi kata-kata yang dari tadi kubuat.
            “Aku lagi bikin cerpen Kak! Aku selesein yang ini dulu yah?” Lagi-lagi aku memberikan alasan untuk mengelak.
            “Yah, gak bisa Neng! Harus sekarang. Kalo gak, Kakak gak akan punya keberanian lagi untuk mengutarakannya.” Satyo mendesak. Ia tidak tau, aku tak mungkin menuliskan sepucuk surat untuk seorang wanita dari seorang laki-laki yang….
            “Neng…!!!” Satyo mengagetkanku. Ia tau aku sedang berfikir agaknya.
            “Kalo Neng gak bisa. Gimana kalo Kakak yang buat? Nanti Neng yang nilai” Aku semakin tersudut. Tapi aku sudah tidak bisa untuk mengelak. “Ya. Udah!” Jawabku pasrah.
 Dear, Neneng Anggradesty.
Sudah aku duga. Hatimu telah terpautkan dalam. Tak tergantikan oleh indahnya apapun dalam jiwamu. Ketulusanmu ada pada mata yang tak pernah mampu untuk meyakinkanku. Dimana ada malu, dan ragu yang menyelimutimu.
Bukan itu yang sedang aku ingini. Bukan pula, jadi bagian yang kutuju saat ingin berbagi. Aku ingin kau melihatku hingga dalam hati. Sampai kau tau, kebenaran yang telah ada. Juga ada dalam hatimu.
Tentang Cinta…
            Disodorkannya tulisan itu. “Dear, Neneng Anggreadesty?” Aku terperangah mendapati namaku ikut serta dalam tulisannya. Tapi aku juga tak berusaha untuk bertanya.
            “Kenapa?” Ucapnya, “Em…!!!” Lagi-lagi berat rasanya untuk bersua.
            “Ia… ???“ Satyo kembali menggodaku. “Ieh… Kakak ini!!!” Aku yang merasa sedang dikerjai kembali mengendalikan diriku sendiri.
            “Itu emang buat Eneng kok!” Satyo berucap. Aku hanya diam memperhatikan wajahnya. “Ah! Kakak ini, iseng banget sih!” Kualihkan pandanganku. Tapi, satyo memegangi kepalaku dengan kedua tangannya.
            “Neng! Orang yang Kakak sukain itu ada didepan kaka. NENENG ANGGREADESTY…!” Aku bingung dibuatnya. Aku bingung meresponnya.
            “Kenapa Kamu menuliskan kata-kata itu untukku. Tapi tidak untuk wanita lain yang ingin aku beri?” Lagi-lagi aku terdiam.
            “Kenapa kamu gak pernah bisa menatapku?” Aku menundukan kepalaku. Aku baru menyadari perkataan Satyo itu benar. Kenapa? Entahlah…
            “Karena kamu mencintaiku!” Satyo meyakinkanku. Aku yang sedang diyakinkan semakin bingung. “Kenapa? Kenapa Kakak bicara itu sekarang?” Aku terbata-bata mengucapkan kalimatku. “Karena Kakak baru melihatmu yakin hari ini…” Kata-katanya membuatku tidak bisa bersikap banyak.
            “Aku… Aku… “ Hanya itu yang terucap.
            “Kakak sayang sama Eneng. Tapi Kakak gak pernah ngeliat Neng punya perasaan yang sama kaya Kakak. Kakak gak mau bertanya sesuatu yang gak pasti. Melihatmu seperi itu membuatku berfikir… kamu juga tau perasaan Kakak. Karena kamu juga sedang memilikinya…” Tak terasa sudah setengah jam kita dalam posisi itu.
            “Neng… Makan Siang sudah Siap! Ajak Nak Satyo makan juga!” Ucapan Mama membuyarkan suasana canggung diantara kita. Aku tersenyum Satyopun menurunkan tangannya dengan segera.  Lalu dipeluklah diriku dengan posisi yang tidak nyaman. Ada pena dan kertas berserakan diantara kita. Jadi gak dipeluk sepenuhnya(Hhe).
            “Aku pikir, ada Cewe lain…” Ucapku. Aku tiba-tiba takut jika benar itu terjadi.
            “Aku ingin kamu yang menyadari perasaanmu sendiri saat mencintaiku. Sudah lama, aku ingin kamu engkau benar-benar mencintaiku. Seperti hari ini!” Ucap satyo membuatku luluh, rasanya bahagia bisa mengungkapkan perasaan kita kepada orang yang kita cintai dan mendengar perasaan cinta dari orang yang mencintai kita.
            “Aku memang sayang Kakak! Hanya saja aku merasakannya bukan Cuma sama satu orang. Aku pikir itu bukan apa-apa! Tapi… setelah Kakak membuatku takut, ada orang lain yang ada dihati Kakak! Aku baru sadar, orang lain tidak membuatku takut saat mereka mencintai selain dariku. Aku…” Kita diam. Hanya waktu yang melanjutkan hubungan kita selanjutnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

░░░░░░░░░░░░░░░░░▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓

Cari Blog Ini

Entri Populer

KOMIK YANG MEMBERIKU INSPIRASI, IDE BAGUS DAN BANYAK SYARAT MAKNA!!!!!!!!!!!!

KOMIK YANG MEMBERIKU INSPIRASI, IDE BAGUS DAN BANYAK SYARAT MAKNA!!!!!!!!!!!!
Special Komik Ku,



EmJe`S World

Miftahul Jannah(EMJE),,,

“Aku adalah seorang perempuan yang ingin mengenal dan dikenal oleh seorang laki-laki,

Aku adalah seorang teman yang ingin menjadikan dan dijadikan sebagai sandaran hati,

Aku adalah Seorang saudara yang ingin mencontoh dan dicontoh oleh mereka saudara-saudaraku yang baik hati,

Aku adalah seorang murid yang ingin belajar dan diajar dengan guru-guruku saat ini,

Aku adalah seorang anak yang ingin berbakti dan diabdi keluargaku sampai nanti,

Dan aku seorang penulis yang ingin memberi dan diberi pada saat nanti,

Aku adalah seorang hamba yang terus berdoa pada Sang Rabbi sampai akhir hayatku nanti”


Aku… Seorang manusia biasa yang tak luput dari kasih dan mengasihi…


_________________

ємЈΞ