[Lentera ….ємЈΞ]


Baca dengan hatimu, lalu berikan isinya padaku (Ku tunggu! Koment-y!!!) ~,~


Lembar dari Diary-ku


Lembar dari Diary-ku

EMJE
04-04-2010
Suatu hari nanti. Kamu pasti menemukan hal yang membuatmu berhenti melakukan banyak hal. Bukan karena tidak mau, tapi karena tidak bisa. Entah ini karena egomu sendiri atau memang sebuah tekanan yang ada diotakmu.
Seperti keadaanku saat ini. tidak mudah rasanya membagi rasa tidak enak ini dengan siapapun. Karena memang sangatlah tidak mudah aku mengeluarkannya. Tapi lambat laun hatikupun akan tumpah oleh seabrek rasa yang ingin aku muntahkan, jika aku bisa.
Barbicara soal hati. Perlu diketahui. Aku mampu menahan rasa sakit sedalam apapun, tapi tidak untuk sesuatu kejadian yang membuatku terharu. Air mataku itu murah untuk sebuah kejadian yang menyedihkan. Untung menangis adalah satu macam bentuk kesehatan bagi mata.
Balik lagi. Ini gak mudah, tapi aku ingin orang yang memberiku rasa tidak nyaman ini tau, aku ingin ia berkomentar tentang kelakuannya terhadapku.
Aku gak suka dia diam berlagak tidak tahu, aku gak suka dia acuh untuk sesuatu yang telah ia mulai, bahkan ini bukan kemauanku sedikitpun. Ini adalah sebuah paksaan.
Ini bukan sanggahan atau kritik. Karena banyak orang telah terlibat didalamnya. Ini juga bukan fonis-an kelakuannya ini baik atau tidak. Hanya menyadari setiap harinya aku merasa susah payah, takut, dan gelisah. Membuatku muak untuk terus diam.
Anggap ini cuap-cuap asal dan berharap ada orang bijak yang mau menyelipkan kata “Ini tulisan punya maksud”. Akh… itu bualan. Aku hanya sedang menegur dengan sehalus mungkin.
Tapi sungguh rasa ini tulus dan begitu sakit. Rasa sakitnya sudah menjalari hati kecilku. Rasanya ingin mati… (Mati rasa sakitnya).
Berkali-kali sabar ku jadikan umpan untuk ketegaranku. Tapi apa ia hatiku menerima semua bentuk kepedihan hanya dengan kata sabar.
“Aku tidak ingin sabar. Jika balasannya adalah rasa sakit” Karena yang aku fikirkan “Jika ada rasa sakit baru kita mencoba untuk bersabar”
Bohong. Jika manusia tidak memiliki sisi buruk sama sekali. Atau memang aku yang tidak tau ada manusia semulia itu(Kec,Nabi).
Apa ada manusia yang menyerupai malaikat. Yang akan senantiasa seperti tuntunan Allah SWT. Lagi-lagi aku ingin berkomentar “Manusia hanya merencanakan, Allahlah yang memiliki hak melakukan segala bentuk kebaikan”
Ini emosiku yang tidak stabil. Ini pemberontakanku secara tidak langsung. Cuap-cuapku yang asal dan ingin ku sampaikan. Tulisan ini tak bernilai untuk kalian tapi sangat berpengaruh buat hidupku kedepan.

Ttd: Ifta_Mufti

ºººººº
            Ia adalah seseorang yang baik menurutku, entah untuk orang lain. Rizki namanya.
            “Assalamu`alaikum?” Sapanya halus. Awal pertemuanku begitu indah, bagai mana bisa kutepiskan dengan mudah?
            “Wa`alaikum salam!” Kuberikan pula senyumanmanku dengan semanis mungkin. Berharap ia bisa terkesan dengan sikapku.
            Ia ngeloyor ditengah perbincangan anak yang lain, aku yang mendapati tegur sapanya merasa senang mendapat umpan. Hhe,,, Kaya ikan!
            “Em… Dia lumayan Ta.” Nimbrung Ari. Aku hanya mengangguk tak berkomentar banyak. “Alah. Bilang aja kamu suka!” Singgungnya. lagi-lagi aku diam, sebatas mengangkat kedua pundakku.
            Setelah itu, seperti ada yang bersemi didalam hatiku. Seperti ada yang merekah juga, berwarna-warni. Semua terasa membahagiakan. Lagi-lagi semua terjadi dengan sempurna.
ºººººº
“Ta. Hari ini aku beruntung bangetbisa ketemu Rizki. Alhamdulillah, ia bisa membantuku.” Ira berceloteh. Bukan ia yang membuatku tertarik, tapi seseorang yang sedang ia bicarakan yang membuatku tergelitik.
            “Dimana? Kenapa? Bagaimana?” Tanyaku runtut memburu jawabannya. Ia hanya tersenyum melihatku. Sepertinya aku lucu dimatanya! Pikirku.
            “Di rumah Ari. Aku butuh seseorang untuk membantuku menyiapkan perlengkapan untuk lamaran yang ingin aku ajukan besok, memang sangat mendadak. Untung dia mengerti dan membantuku untuk menyiapkannya.” Terangnya berapi-api.
            “Hem… “ Gumamku. Rizki memang baik banget. Bukan hanya Ira, tapi orang lainpun jika menghadap padanya pasti langsung dibantunya jika ia bisa. Kemarin saja ia habis membantu Ari untuk membuat karya tulis ilmiahnya. Rupanya Rizki mempunyai kebisaan dalam banyak hal! Kenangku.
            Akh… Lagi-lagi Rizki! Memang. Aku tak pernah bosan untuk membahasnya, tapi tidak untuk hal-hal yang lain, aneh. Kuraba hatiku beberapa hari ini, agak sedikit berbeda. Sikapku, perhatianku dan tentu ini tentang perasaanku.
            Rizki! Rizki! Rizki!
ºººººº
            “Ta. Rizki tuh!” Panggil Ira sambil menunjuk kearah Rizki. Aku sangat kikuk mendapati sikap tiba-tiba Ira. “Aduh ini anak!” Batinku. Rizki mendekat, semakin rapat mengakibatkan hatiku tersipu.
            “Hai Ta!” Ucap Rizki. Tak kujawab, sekedar kujawab dengan senyuman saja. “Mau kemana Ki?” Tanya Ira. “Ke… “ Selang beberapa detik Ari datang menimpali “Ki… ajak Ifta aja, dia tau ko.” Lagi-lagi hatiku tergerak. Membuat jantungku bergoyang-goyang dak! Dik! Duk! Dak! Dik! Duk!. Mungkin tinggal beberapa menit, jika mereka melakukan hal yang membuat hatiku bereaksi maka jantungku akan segera meledak.
            “Hufh…” Kuseka nafasku berkali-kali. Seakan ada gundukan rasa tidak nyaman didalamnya. Aku masih terdiam,membiarkan mereka saling menyela. “Akh… aku selalu saja dikait-kaitkan!
ºººººº
            “Kita istirahat dulu yah Ki. Aku cape!” Pintaku. Rizki mengikuti. Disodorkannya sebuah minuman pocariswet ukuran 500 ml. “Ko 1?” Pikirku. “Barengan kali.” Batinku.
            “Rizki, Aku mau Tanya. Ko kamu mau sih bantun Ari sampe kaya gini?” Sembari membuka segel ditutup botol, kupandangi wajah Rizki dengan sangat kisruh. Bersamanya membuat jantungku berolahraga lebih berat dari biasanya. Karena pompaan didalamnya terasa bertubi-tubi, hingga nafasku tak lagi dapat mengikuti.
            “Ifta juga mau kan bantuin Ari?” Bantahnya. Membalikan pertanyaan itu kepadaku lagi. Mendapatinya, aku hanya terdiam mengiyakan saja apa yang ia bilang. Kemudian ia tersenyum.
            “Sebenarnya… ini gak sepenuhnya untuk Ari ko!” Ucapnya.  Membuatku bertanya-tanya. Tanpa suara dariku, ia tetap bicara. “Rizki seneng aja. Karena Rizki bisa bersama Ifta sekarang” Tuturannya seperti bualan. Hanya saja, tatapannya terlihat sangat meyakinkan. Karena kebingungan, lagi-lagi aku hanya bisa diam.
ºººººº
Esoknya.
            Setelah seminggu, tugas Ari dikumpulkan! Katanya. Padahal bukan itu kebenarannya. “Gimana?” Tanya Ari dan Ira berbarengan. Mereka malah tertawa dengan sikap kompaknya. Aku terbawa suasana, kemudian ikut tertawa renyah juga. “Apa sih yang pingin kalian omongin?” Ucapku pada akhirnya.
            “Aku ngomong duluan aja deh Ri!” Kata Ira menyela tawa kami, Ari hanya mngangguk. “Apa sih kalian!” Kutatap Ari dan Ira bergantian. Kemudian Ira menulai ucapannya lagi. “Ifta ama Rizki kemarn kan jalan berdua ketempat obserfasi… masa gak terjadi apa-apa gitu… “ Singgungnya. Aku hanya merespon kata-kata Ira dengan sangat mengerti.  Itu sebabnya aku  juga jadi malu-malu sendiri. “Pasti ada!” Sergah Ari. “He, eh! Ya, kan?” Tambah Ira.
            “Uh. Kenapa lagi-lagi secara tiba-tiba.” Hatiku berdialog. Tapi enggan rasanya membaginya pada mereka. “IFTA” Ira membuncah lamunanku. Semua isi dalam hatiku seperti berantakan sekarang. Bagaimana aku menyusunnya untuk kukatakan pada mereka.
            “Gak ada!” Timpalku. Mereka seakan kecewa mendapatinya. Entahlah, tapi sikap mereka jelas menunjukan maksud. Hatiku yang mulai menyukai semuanya ikut dalam permainan mereka.
ºººººº
            “Bagaimana?” Tanya Rizki. “Apanya?” Selaku. “Jawabnya?” huh… kita basa-basi untuk memulai sesuatu. “Em… Rizki Tanya… Ifta jawab deh!” Tuturku. Membuat Rizki terdiam. “Rizki suka sama Ifta!” Terangnya. Aku tersenyum, merekahkan bibirku dengan mimic yang sangat padam. Tapi tidak sampai membuatku lebai.
            “Terus…???” Ulurku. Aku sengaja mengganggunya sebelum benar-benar berkata iya! Tak dijawabnya permintaanku, agak sedikit membuatku kecewa. Tapi hatiku telah menjadi miliknya. Mau bagaimanapun aku akan tetap mencintainya.
ºººººº
            “Senangnya!!!” Ucap Ari dan Ira. “Kapan traktirannya?” Todong Ari. “Ia!!! Kan, ini karena usaha kita!!!” Tambah Ira. Rizki hanya menatapku, tersenyum manis. Aku tau maksudnya, tapi tak membuatku jua berkata. “Terserah Ifta aja!” Akhir jawaban Rizki.
            “Makasih ya. Ri, Ra?” Ucap Rizki lagi. “Ya… sama-sama Ki… “ Jawab Ira. “Kamu juga sering membantuku Ki.” Tambahnya. “Ia Ki, ini sih gak seberapa?” Timpal Ari. Kemudian Ari dan Ira bercerita mengungkapkan apa yang pernah terjadi.
ºººººº
            “Thaks yah Ki… Apa yang bisa Ira lakuin buat bales kebaikan Rizki?”
            “Gak usahlah. Sama-sama… “
            “Tapi berkat kamu Ki. Ira gak telat kasih ini lamaran, lagipula Ira juga bisa mendapatkan SKCK karena usaha Rizki nemuin pak polisi di jam 17:30. Kalo bukan Rizki pasti udah gak bisa!”
            “Udahlah. Gak papa!”
            “Eh. Rizki kan sering liatin Ifta. Suka yah…?”
            “Em… “
            “Gimana. Kalo Ira bantuin Rizki?”
            “E… “
            “Udah! Iya!”
            “Caranya… “
            Bla-bla-bla.

            Ira menceritakan detail kronologosnya. Aku yang dari awal sudah curiga, nimbrung membelah isi cerita mereka yang selanjutnya. “Terus… Ira ngusulin buat bantuin Ari ngerjain karya tulisnya . jadi Rizki bisa minta bantuan  Ifta dengan mudah. Ira tau kalo Ifta suka nulis. Ari setuju, dan mau bantuin Rizki juga! Begitu?” Ocehku panjang lebar sambil lenggak-lenggok seperti seorang guru yang sedang bercerita kepada murid-muridnya. Rizki senyum-senyum memperhatikanku.
ºººººº
            Seneng! Itu yang kurasakan. Ditambah hatinya dapat kumiliki juga. “Akh… !!!” Semua bener-bener terjadi… dan tak ada celah yang merusak kesempurnaannya. “Hatiku terus dielu-elukan dengan perasaan bahagia kala itu. Tak ada hal apapun yang dapat mengganggu kebahagiaanku. Rizki sosok yang mampu mengikat hatiku hanya untuknya. Entah hatinya, apa sama. Hanya dapat diikat olehku saja!
ºººººº
            Sebenarnya aku bukan perempuan pertama untuknya. Aku dengar ia pernah sangat mencintai Risa. Aku hampir saja takut akan dapat disamakan olehnya, tapi tidak. Rizki memperlakukanku bukan karena Risa ataupun untuk Risa. Tapi, melainkan melakukannya untukku dank arena aku. Hufh… pikirku, lega!
ºººººº
            “De!” De, adalah panggilan sayang Rizki padaku.
            “Ya. A!” Dan A. adalah panggilan sayang dariku untuk Rizki.
            “Kalo ada sesuatu ngomong yah? Sakit, seneng. Apa aja!” Pintanya.
            Aku pikir bisa menganggukan kepalaku. Tapi tidak, sikapnya membuatku tidak bisa berkata lebih banyak dari kata “Tidak tahu!” dan “Enggak!” Akh… Ia selalu bisa bersembunyi dengan tindak tanduknya. Atau aku saja yang harus lebih banyak belajar menyesuaikan diri dengan sikapnya.
            “Dede gak mau apa yang AA lakuin sama Dede itu sama seperti apa yang AA lakuin sama orang lain.” Pintaku. Aku memang paling tidak suka disamakan dengan orang lain. Terlebih untuknya, untuk seseorang yang sangat aku cintai.
            “Tapi tidak untuknya. Mungkin pintaku tidak digubrisnya. Malah banyak yang terjadi yang tidak aku suka.
            “Banyak!” Berulang kali aku ucapkan kata itu. Dalam diam sekalipun kurasakan begitu banyak kecanggungan dalam hatiku. Tapi apa yang kudengar setelah itu…
            “Rizki minta putus!” Pintanya. Setelah apa yang pernah ia minta tak kuberikan. Dan setelah rasa sakit membuat semuanya pahit.
            “Ifta pingin Rizki jadi pacar Ifta lagi. Ifta gak mau diputusin!” Pintaku setelah semua yang kulalui sesuai harapanku.
            Ia memperlakukanku berbeda. Sebagai orang yang sedang dicintainya, aku tak mendapatkan seluruh cintanya. Tapi, semua yang harusnya tak didapatkan oleh orang yang dicintainya kini aku terima.
            “Huh…!!!”
            Setelah kufikir-fikir, semua yang terjadi seperti beruntut. Saat lelah, tak lagi dapat kuelakan saat kudengar kabar bahwa Rizki telah balik ke-Risa.
            “Itu alas an Rizki memutuskanmu?” Kata Ina, yang kenal Rizki dan Risa. Ouch!
            “Ifta Cuma sekedar pelampiasan?” Hah!
            “Rizki mutusin Ifta untuk memenuhi permintaan Risa. Karena Rizki memintanya kembali untuk menjalin sebuah hubungan lagi” What!
            …
            “Rizki ngerasa gak cocok dengan Ifta” Lira ikut bicara. Teman sekaligus tempat curhat Rizki. Heh!
            And then…
            “Rizki Cuma bales dendam. Bukan Rizki yang ngejar-ngejar Risa, justru Risa yang ngejar-ngejar Rizki” Jelas Rizki. Jelang beberapa dekade, setelah proses panjang yang menyita waktuku. Itu jawaban terakhir yang kudapatkan. Truing-truing!
ºººººº
            Segera kupost pada blog yang kubuat. Sekelebat teringat lagi sakitku. Lalu mengenang lagi tragedy yang menimpaku itu. Dan berharap bisa menyeleseikan perasaanku disitu.
            Ttd: Ifta_Mufti(Mantan kekasihmu). Editedku….

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

░░░░░░░░░░░░░░░░░▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓

Cari Blog Ini

Entri Populer

KOMIK YANG MEMBERIKU INSPIRASI, IDE BAGUS DAN BANYAK SYARAT MAKNA!!!!!!!!!!!!

KOMIK YANG MEMBERIKU INSPIRASI, IDE BAGUS DAN BANYAK SYARAT MAKNA!!!!!!!!!!!!
Special Komik Ku,



EmJe`S World

Miftahul Jannah(EMJE),,,

“Aku adalah seorang perempuan yang ingin mengenal dan dikenal oleh seorang laki-laki,

Aku adalah seorang teman yang ingin menjadikan dan dijadikan sebagai sandaran hati,

Aku adalah Seorang saudara yang ingin mencontoh dan dicontoh oleh mereka saudara-saudaraku yang baik hati,

Aku adalah seorang murid yang ingin belajar dan diajar dengan guru-guruku saat ini,

Aku adalah seorang anak yang ingin berbakti dan diabdi keluargaku sampai nanti,

Dan aku seorang penulis yang ingin memberi dan diberi pada saat nanti,

Aku adalah seorang hamba yang terus berdoa pada Sang Rabbi sampai akhir hayatku nanti”


Aku… Seorang manusia biasa yang tak luput dari kasih dan mengasihi…


_________________

ємЈΞ