[Lentera ….ємЈΞ]


Baca dengan hatimu, lalu berikan isinya padaku (Ku tunggu! Koment-y!!!) ~,~


Cinta Adalah Umi dan Abahku Juga Tambatan Hatiku


Cinta  Adalah  Umi dan Abahku Juga Tambatan Hatiku
EMJE
“Ya  Allah,,,  Kutaruh  hatiku  padamu!”  Pada  Akhirnya  kuserahkan  semuanya  pada  Allah.  Alangkah  berat  masalah  ini  kurasakan,  alangkah  sulit  perasaan  ini  aku  tahankan.
Kubenamkan  pandanganku  pada  sajadah  dipukul  01:00,  malamku terusik. Masalahku  terus  membayangi  detik-detiku.  Betapa  sulitnya  aku  menahan  kemelutku  betapa  beratnya  hatiku  menahan  bebanku.
Isaku  semakin  kian  membuncah, derai  tangisku  semakin  jelas. Allah  satu  tumpuan  hidupku  yang  takan  pernah  lekang,  curahan  hatiku  yang  tidak  pernah  akan  tergantikan.
“Ya  Allah,  hamba  tersedu  dihadapanmu. Tak  henti-hentinya  hati  hamba  diselimuti perasaan gelisah” kalimatku terputus. Tak lagi dapat kukatakan yang ada didalam hatiku. Aku terus menangis, menangis dan terus menangis.
Bagaimana aku menggambarkan perasaan cintaku pada ilham yang kian dalam. Harus bagaimana kucurahkan bakti cintaku pada mereka, orang tua yang selama ini mengiringi tiap langkahku. Bagai mana mungkin aku harus membagi cintaku pada semuanya dengan ikhlas.
Sakit, hanya itu yang bisa aku rasakan. Pedih yang hanya berhasil kutahankan. Alangkah sedihnya hatiku harus harus memilih satu dari dua cinta dihatiku.
Sungguh ini amat sulit. “Ya Allah, ilham adalah cinta pertamaku…” lirih kurasakan kata-kataku sendiri. “Ilham adalah cinta yang untuk pertama kalinya berani aku kukuhkan…” Benar, mengingatnya sangat pahit.
Ilham bukan orang kaya yang bisa aku banggakan untuk menghidupiku. Ilham bukan orang yang tampan rupawan untuk menghiasiku dan Ilham bukan seorang laki-laki yang memiliki kelebihan dari sosok lain.
Tapi tanpa sadar hatiku hatiku jatuh padanya. “Ya Allah. Aku telah mempercayakan cintaku ini padanya.” Lagi-lagi aku menangis. Mungkin dengan begitu rasa sakitku akan berkurang.
Bahkan Ilham bukan orang yang sangat baik hingga tidak memiliki celah untuk sebuah kesalahan. Aku mengetahui keburukannya. Aku tidak menyukai sisi yang ini padanya.
Lagi-lagi tentang hati dan perasaanku. Aku begitu berharap untuk mendapatkan pendamping seperti dirinya. Aku begitu terpaku dengan satu sikapnya.
“Astaghfirullahaladzim…!!!” Sesekali aku beristighfar. Menyadari betapa bodohnya aku telah mengagumi sosok yang tidak pernah nyata dihadapanku itu. Lagi-lagi aku beristighfar “Astaghfirullahaladzim…!!!”
Aku mengenangnya. “Ilham Rizkiasha” Kekasihku ditahun silam, 8 Agustus 2009-17 September 2009. Bukankah waktu yang cukup singkat untuk mencintainya. Berawal dari keisengannya sewaktu dibangku SMA. Setelah aku mengenalnya dengan sapaan Ilham oleh teman satu kawanannya. Aku melihatnya dengan balutan koko putih dibajunya, kain hitam licin melingkar sebagai celananya dan sebuah peci hitam yang membuat hatiku berdesir.
“Benarkah ia yang mendekatiku tahun lalu” Ada kaguman dihatiku, sayang dibatasi oleh dinding cinta yang juga membayangi kita berdua. Disebutlah Rima sebagai pacarnya dan Viki pacarku.
Entah cinta seperti apa yang kurasakan padaViki.mentah ada perasaan seperti apa pada Ilham. Tapi awalnya semua itu hanya berkelebat beberapa hari dan berlalu oleh perasaan masing-masing.
Lalu tibalah hari itu. Cintaku pada Viki hanya sampai diujung putus. Semua perasaan yang terjadi kurasakan semu. Setelah menjelang beberapa beberapa hari hatiku berubah dan tak kukenali apa itu cinta pada  dirinya. Viki hanya seseorang yang kuanggap sebagai sosok yang rajin gak pernah nyerah dan memperhatinkan.
Perasaan nyamabku hanya ada pada sikapnya yang meng-Iyakan keinginanku agar aku senang.
Lalu perasaan seperti apa lagi yang ada untuk Ilham. Mengapa ia lebih dominan dari yang lain, mengapa hatiku menolak untuk menghapus jejaknya. Jejak yang tak kukenali hingga aku tersesat semakin jauh hingga saat ini.
Mataku sembab. Dadaku juga sesak, rasanya aku tak sanggup jika harus menangis berkali-kali malam ini.
“Astaghfirullahaladzim…” Hanya itu yang mampu menguatkan kerapuhanku.
“Astaghfirullahaladzim.” Juga kalimat terakhirku saat tidak lagi kurasakan sakit didadaku.
Lagi-lagi aku menuangkan kegundahanku. “Jika memang ia bukan takdirku…” Aku menahan napas. Lalu lalu menghembuskannya dengan kuat. “Bimbing hamba untuk mengiklaskannya ya Allah” Hatiku berkelebat seputar cintaku. Cinta yang dibatasi oleh dinding berlapis-lapis.
Lapis satu untuk cinta yang tidak sanggup aku miliki dengan mudah. Cintaku pada Ilham yang tidak tergadaikan.
Satu lapis lagi untuk cinta yang tidak sanggup aku miliki hanya dengan bakti yang tidak mungkin aku gadaikan dengan yang lain. Cintaku pada mereka melebihi cinta yang tak tergadaikan pada Ilham.
Mereka kedua orang tuaku….
ØØØ
Sudah semalam suntuk dari mulai sore hari aku seperti ini. tidak mengutarakannya dan juga tidak keluar kamar bertatap muka dengan mereka. Mungkin kedua orang tuaku tau dan berusaha menutupinya agar aku dapat mempertimbangkannya.
“Umi bukan ingin melarang… tapi mengertilah nak…!” Umi bersimpuh disampingku sambil memegangi kedua tanganku.
“Kalo bukan ngelarang. Apa namanya…?” Aku menangis, aku sedang mengkompromikan hatiku.
“Ada yang jauh lebih baik nak… percayalah!” Umi masih saja tidak mengindahkan hatiku. Rasanya sakit jika perasaan kitatidak diijinkan oleh seseorang yang sangat kita harapkan persetujuannya.
“Memang yang baik itu yang seperti apa Umi…?”  Aku berusaha mengerti. Tetapi tetap tak dapat berhasil membendung rasa sakit lewat air mataku.
“Yang pasti, yang Allah takdirkan nak!” Umi bener-bener berusaha. Untuk itu aku kemudian berkata. “ Jadi maksud Umi. Ilham bukan laki-laki yang Allah takdirkan…?” Aku terisak. Bagaimana mungkin Umi menghakimi sosok yang telah membuatku jatuh hati, bahkan sekalipun Umi tak pernah tau Ilham itu seperti apa. Umi tak pernah bertanya sedikitpun dan menolaknya dengan tegas.
“Sejahat itukah Ia hingga tega memaksakan hati anaknya…?” Hatiku berceracau, tak lagi kusampaikan. Inilah egoku! Ego yang ingin bisa aku pertahankan. Akh… aku tau betul mereka ingin agar aku mendapat kebahagiaan. Tapi, kebahagiaan yang seperti apa yang ingin mereka tawarkan? “Adakah kebahagiaan yang dapat melebihi perasaan bahagia yang ada dalam hatiku, seperti apa yang sedang aku rasakan?”
“Kamu akan mengerti. Jika sudah tiba saatnya…” Lirih kudengarkan untaian kata-kata Umi. Melihatnya seperti itu hatiku sangat terpukul. Bagaimana mungkin seseorang yang kuanggap baik dan kupertahankan mati-matian bisa memperlakukan Umi seperti ini. membuatnya berlutut padaku. “Astaghfirullahaladzim” Takkuasa menahan asa dan nestapa. Kerap kupendam segala lara dalam dada.
“Umi… Aku ingin jadi anak yang nurutbuat Umi…” Jawabku pada akhirnya. Dan ini adalah kalimat terakhirku dimuka Umi. Setelah itu hanya Allah tempatku berbagi dan membekali percaya diri akan takdir yang nanti kujalani.
ØØØ
            Malam membawaku pada massa yang rentan. Semalaman cinta mengusiku dalam tidur, hingga pagi menjelang mataku tak jera untuk terbelalak. Apa cinta yang seperti ini yang akan aku tunjukan? Atau cinta yang seperti apa yang sudah aku dapatkan?
            Hening… Sepi… tak membuat hatiku berhenti untuk berkata-kata. Ada dzikir didalamnya. Kemudian ditepis suara hatiku yang berkutat pada cinta.
            Cinta! Cinta! Cinta! Tak kusangka. Cinta dapat membawaku pada suatu masalah. Kini cinta membawaku pada suatu pertentangan. Apa yang salah, dua-duanya baik menurutku. Lalu mengapa harus ada pilihan?
            “Hidup adalah sebuah pilihan!” Mungkin maksud kata-kata itu sedang menunjukan kebenaran adanya. Atau memang benar apa yang dikatakan Umi. Mungkin aku memang tak berjodoh dengannya, hingga hal ini bisa terjadi.
            “Ya Allah. Apa ini pilihan yang yang kau jatuhkan padaku?” Betapa hancur hatiku sekarang. Tumpah ruah segala sedu sedan dalam harapku.
Harapan yang selalu aku nantikan, harapan yang selalu aku ajukan dan harapan yang….
Akh…!!! Aku memang terlalu berharap untuk ini sekarang.
“Maka dengan ini ya Allah, adakah kebaikan yang akan engkau berikan kepadaku jika sudah kuputuskan siapa satu yang kuajukan sebagai pilihan,” Tanganku masih menengadah. . berharap berkah dan rahmatnya datang tiba-tiba, mengubah asa jadi nyata. Hingga tak harus kupikirkan lagi tentang cinta dan mereka.
“Astaghfirullahaladzim…!!!” Hatiku buntu. Tak mampu kuseka semua lara, tumbanglah diriku ini bersujudkan pada sajadah yang sedang kupakai untuk berdoa. Terdengar diluar kecipak air. Mungkin itu Umi dan Abah! Mereka pasti ingin berdoa juga untuk anaknya, meminta kebaikan padanya.
Mendapatinya hatiku semakin pilu. Pupus sudah semangatku untuk terus menyodorkan cinta. Sedang ia yang kucinta tak berbuat apa-apa. Semua letih dan lelahku kurasakan sendiri. Sedang merekaI kedua orang tuaku, tetap bersamaku untuk menemaniku.
“Adakah kebahagiaan yang melebihi kebahagiaanku sekarang?” Aku mengingatnya. Sungguh! Tidak ada kebahagiaan melebihi kebahagiaan seorang anak yang terus dicintai oleh kedua orang tuanya dari kandungan sampai keliang lahat. Adakah cinta yang yang dapat melebihi cinta yang mereka punya. Setidaknya satu cinta yang telah mereka berikan, sedikitpun belum terbalaskan.
Akankah aku tetap menginginkan cinta selain darinya. Umi dan Abahku… “Astaghfirullahaladzim…” Malam menyatukanku pada massa yang takan pernah kulupa. Dimana suka dukaku lebih banyak bersama mereka.
“Ilham cukuplah bagiku untuk tetap mencintaimu. Kau akan tetap kusimpan dalam harapku. Saat itu, Allah mungkin akan memberi jawaban pasti. Dimana takdir akan mempertemukan kita kembali”
Sebelum subuhmenjemput. Mataku mulai berayun-ayun, seiring tenang dan damai kembali menjamah hatiku. Memberiku ruang keikhlaskan dan keputusan yang dapat ku berikan esok kala Umi dan Abah angkat bicara.
“Mungkin inilah cintaku… Cinta Umi, Abahku… dan cinta tambatan hatiku…” yang akan tetap berada dalam hatiku! Tambahku.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

░░░░░░░░░░░░░░░░░▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓

Cari Blog Ini

Entri Populer

KOMIK YANG MEMBERIKU INSPIRASI, IDE BAGUS DAN BANYAK SYARAT MAKNA!!!!!!!!!!!!

KOMIK YANG MEMBERIKU INSPIRASI, IDE BAGUS DAN BANYAK SYARAT MAKNA!!!!!!!!!!!!
Special Komik Ku,



EmJe`S World

Miftahul Jannah(EMJE),,,

“Aku adalah seorang perempuan yang ingin mengenal dan dikenal oleh seorang laki-laki,

Aku adalah seorang teman yang ingin menjadikan dan dijadikan sebagai sandaran hati,

Aku adalah Seorang saudara yang ingin mencontoh dan dicontoh oleh mereka saudara-saudaraku yang baik hati,

Aku adalah seorang murid yang ingin belajar dan diajar dengan guru-guruku saat ini,

Aku adalah seorang anak yang ingin berbakti dan diabdi keluargaku sampai nanti,

Dan aku seorang penulis yang ingin memberi dan diberi pada saat nanti,

Aku adalah seorang hamba yang terus berdoa pada Sang Rabbi sampai akhir hayatku nanti”


Aku… Seorang manusia biasa yang tak luput dari kasih dan mengasihi…


_________________

ємЈΞ